deux

43 7 0
                                    

Koeun berhenti memasukkan jajang sujebi ke dalam mulutnya ketika dia melihat Mark mengedipkan mata pada seseorang.  Senyuman nakal terukir di bibir namja itu.  Kemudian, Koeun berbalik. 

Matanya sekarang tertuju pada meja yang ditempati oleh tiga yeoja.  Seorang yeoja berambut pirang panjang menarik perhatiannya.  Dia kemudian tersenyum nakal dan melihat ke depan lagi.  Koeun berdehem dengan maksud untuk menarik perhatian Mark yang sedang melihat ke meja tersebut. 

"So, dia korbanmu berikutnya?"  Pertanyaan Koeun dengan nada sarkastik. 

Mark sedikit terkejut.  Dia menatap, Koeun dengan bingung.  "Hah???". 

"I guess dia korban kamu yang berikutnya."  Koeun memberikan kalimat pernyataan dengan nada datar. 

Dahi Mark sedikit berkerut, tidak mengerti!  Tapi hanya sesaat.  Dia mulai tertawa setelah memahami kata-kata Koeun.  "Betapa kejamnya kalimat kamu," komentar Mark sambil menyeringai.

"Benar apa yang aku katakan... Kamu ingat aku tidak memperhatikan bahwa kamu melihatnya dari tadi? Kamu juga mengedipkan mata."

"Dialah yang pertama kali lihat aku. Aku hanya melayaninya. Lagipula, dia seksi, oke!"

"The blonde girl, isn't it?" tebak Koeun yang sudah matang dengan kelakuannya Mark.

Mark mengangguk. "You're totally right."

"Mata kamu sangat bagus ya, Mark. Cepat aja kamu liat yeoja seksi."

"Well... Aku bisa mencuci mataku ini.  Bosan melihat wajah kamu setiap kali kita makan."

Koeun terkekeh.  Dia gak terasa kok.  Dia tahu namja di depannya hanya bercanda.  "Bukankah kamu yang mengajakku makan bersamamu tadi?  Katanya, kamu gak mau makan sendirian."

"Eh, apa aku mengatakan itu?  Kamu salah dengar.  Aku bilang, aku kasihanin kamu.  Ada namjachingu tapi namjachingu dekat Jeju-do.  Itulah yang aku temenin kamu untuk makan malam malam ini."

"Hentikan itu Markeu-ya... Kamu gak usah menidakkan hal itu Markeu. We both know the fact."

Mark tertawa. "Baiklah, Eun-ah. Aku memang hanya memilikimu aja. Kamu yang selalu temenin aku makan, bersamaku kemana-mana..."

"Tetapi itu hanya jika kamu gak punya teman. Saat kamu mendapatkan yeoja seksi, kamu terus lupain aku," ucap Koeun dengan nada yang dibuat-buat. Dia juga tidak serius. Sengaja ingin menggoda Mark.

"Uh, itu sih gak bener. Aku gak akan pernah melupakanmu, oke! Hmmm, sebenarnya Eun, kurasa aku harus merekam reaksi that blonde girl itu saat melihatku. Itu sangat telihat jelas bahwa dia benar-benar jatuh cinta padaku. This is my first time, aku bertemu yeoja seperti itu. Kiyowo!"

"Imut? Ya sudah. Just drop your phone number to her. Dia pasti menyukainya, bukan? Tapi Markeu ku yang tersayang... bisakah kamu berhenti sebentar menggoda yeoja itu dan makan kaan jajang kamu itu."

"Sarkasme hm? Baiklah Koeun sayang."

Bibir Mark tersenyum. Kemudian, dia kembali menyuap kaan jajang miliknya. Matanya kembali menatap yeoja berambut pirang itu. Dia suka melihat sikapnya.

Sikap yeoja yang tampak kekanak-kanakan itu mencuit hatinya. Dia merasa ingin berkenalan dengan yeoja, ingin berteman. Teman saja oke! Itu Mark... Semua yeoja dianggap teman meskipun hubungan mereka seperti sepasang kekasih.

Suapan Mark terhenti ketika yeoja berambut hitam panjang melewati mejanya memberikan jelingan. Mark tertawa sinis. Sungguh, dia tidak tahu apa masalahnya dengan yeoja itu, yeoja yang duduk satu meja dengan yeoja pirang itu yaitu yeoja yang telah mencuit hatinya.

Mint Cold LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang