Cheongdam-dong, 2020
Suasananya sedikit bising dengan suara pelanggan yang sedang menikmati makanan di Universe Restaurant di Apgujeong-dong, Cheongdam-dong yang terkenal dengan kelezatan lima jenis jajangmyeon; jajang sujebi, white jajang, red jajang, kaan jajang dan iron griddle jajang.
Tiga yeoja berusia awal 20-an melangkah ke restoran mencari tempat duduk kosong. Untunglah mereka datang pada saat seperti ini dan bukan pada saat puncak. Biasanya, saat jam sibuk, restoran akan penuh. Hingga pelanggan yang baru datang harus berdiri menunggu kekosongan meja.
Hanya beberapa menit setelah mereka merapat, seorang pelayan namja mendekati mereka sambil memberi mereka buku menu. Sangat efisien! Mereka tidak perlu menunggu lama untuk memesan makanan. Setiap orang kelaparan. Kalian perlu tahu, mereka baru saja selesai membersihkan rumah.
"Satu white jajang dan minuman jus jeruk," kata Winter tanpa melihat buku menu yang barusan diberikan padanya. Dari rumah lagi dia sudah tahu mau pesan apa.
"Aku ingin yang red jajang. Air, aku mau ice green tea," kata Karina yang duduk di sebelah kiri Winter.
Pelayan yang berdiri terus mencatat pesanan kedua yeoja itu. Kemudian, dia melihat seorang yeoja dengan rambut lurus panjang separas pinggang yang duduk menghadap Karina. Pelayan sedang menunggu pesanan dari yeoja itu.
"Buatku iron griddle jajang dan jus apel," ucap Giselle sambil menatap pelayan. Senyuman tipis terbentuk di bibirnya. Rambutnya yang menjuntai dibelah ke belakang.
Winter bersandar di kursinya setelah pelayan yang mengambil pesanan mereka menjauh. Matanya menatap Karina dan Giselle.
"Akhirnya kita juga berhasil membersihkan rumah. Ini pertama kalinya gue membersihkan rumah. Gue bersumpah! Capek gila," Giselle mengakui perlahan sambil mengangkat telapak tangannya, tanda sumpah.
Winter tersenyum sinis. "Setelah ini, Eonni harus rajin berkemas, Giselle Agashi. Kalau malas sekali, paling tidak kamar eonni sedikit bersih. Jangan buang sampah sembarangan seperti di hostel dulu. Mataku sakit."
"Benar ... kalau tidak, gue akan mengusir lo dari rumah," tambah Karina.
Wajah Giselle menjadi masam. "Mwo! Itu kejam. Gue tahu itu rumahmu, Rin..." ucap Giselle yang sedikit terasa oleh ucapan Karina.
Karina terkekeh pelan sambil memukul lengan Giselle yang ada di atas meja. "Gue cuma bercanda. Lo jangan ambil hati. Tenang... Tidak ada istilah rumah gue. Ini rumah kita. Oke?"
"Tapi kami tidak membayar apapun. Eonni serius, apa kamu tidak ingin kami membayar sewa?" Winter bertanya dengan tidak senang.
Sejujurnya, Winter merasa tidak nyaman menginap gratis di Kwangya Condominium. Karena lamaran kuliah Karina ditolak, gadis itu memutuskan untuk menyewa di apartment imonya yang terletak di lantai 13, Kwangya Condominium. Kebetulan imonya harus pindah lagi ke Amerika.
Namun, orang tua Karina tiba-tiba membeli rumah dari imo Karina. Karena Winter dan Giselle adalah teman baik Karina, orang tua Karina mengundang mereka berdua untuk tinggal bersama Karina secara gratis tanpa harus membayar sewa.
Karina merupakan satu-satunya anak perempuan di keluarganya, sehingga tidak heran jika Karina selalu dimanjakan oleh orang tuanya. Meski Karina terlihat seperti orang biasa, dia sebenarnya adalah anak dari orang kaya.
"Berapa kali gue ingin bilang... Tidak perlu membayar. Kita kan udah setuju. Kalian hanya harus membayar tagihan untuk api, air, dan internet setiap bulan. Dah, gue gak ingin mendengar tentang ini lagi. Makanan telah tiba. Jadi, lebih baik kita mengisi perut kita yang sudah berbunyi. Gue bahkan tidak tahu lagu apa yang dimainkan perut gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mint Cold Love
Teen Fiction"Gue gak tahu apa masalah lo dengan gue. Yang penting, gue tahu lo sombong. Dan karena itu, gue rasa gue gak perlu meminta maaf kepada yeoja sombong seperti lo. Fair enough!" - Mark Lee Pertemuan pertama antara Kim Winter dan Mark Lee memicu kebenci...