quatre

32 7 0
                                    

Winter buru-buru memakai sepatu Adidas abu-abunya. Hari ini dia hanya memakai jeans dan kaos oblong untuk pergi ke kelas. Ia tidak sempat memilih pakaian kebiasaannya karena kelalaiannya bangun lewat.

Kelasnya dimulai pada delapan tiga puluh menit di pagi hari dan sekarang jam sudah menunjukkan delapan tiga puluh lima menit di pagi hari. Gelabah Winter dibuatnya. Pagi ini sudah kelas Tiffany Ssaem yang terkenal dengan sikap galaknya. Habis dia hari ini. Tiffany Ssaem pantang jika muridnya datang terlambat. Dalam hatinya, Winter berdoa agar Tiffany Ssaem juga datang terlambat ke kelas.

Tadi malam, Winter, Giselle dan Karina pulang lewat. Pada jam satu pagi mereka tiba. Karina sudah gatal mengajak mereka nonton film tadi malam saat jalan-jalan di Neo Zone Mall.

Winter dan teman-temannya kemarin menghabiskan akhir pekan. Alhasil, Winter bangun terlambat pagi ini. Giselle dan Karina tidak ada kelas pagi itu, lalu tinggal Winter buru-buru bersiap-siap sendiri.

Setelah mengunci pintu, Winter berlari ke lift. Sebelum sempat menekan tombol bawah, tiba-tiba ada tangan sasa yang menekannya terlebih dahulu. Secara spontan, Winter memandangi pemilik tangan sasa tersebut dan mata mereka bertemu.

Winter tergamam. Perasaan kesal dan benci terus membanjiri dirinya. Dia mendengus keras saat dia melihat ke kiri. Malas mau lihat namja itu. Argh, kenapa dia bertemu kembali dengan namja yang tidak sopan itu?

Pintu lift terbuka, tapi Winter masih berdiri. Dia tidak berniat masuk ke lift. Tidak ingin sendirian dengan namja yang tidak sopan itu.

"Tidak ingin masuk? Atau apakah lo mau terlambat ke kelas? Tadi sepertinya lo agak terburu-buru." Namja itu berbicara dengan nada yang agak sinis.

Winter melirik jam di pergelangan tangannya. Delapan empat puluh menit di pagi hari. Wajah galak Tiffany Ssaem tiba-tiba terlintas di benaknya. Winter harus membuat pilihan apakah akan dimarahi oleh Tiffany Ssaem atau pergi ke lift dengan namja yang tidak sopan itu.

"Oke, jika lo ga mau... Bye!" ucap namja itu sambil melepaskan jarinya yang menekan tombol buka di elevator.

"Eh, sebentar!" Winter berteriak saat dia berlari ke lift.

Namja itu tersenyum pada Winter. Senyuman sinisnya membuat hatiWinter semakin kesal. "Gue gak menyangka akan melihat lo di sini lagi, sombong!"

Winter pura-pura tidak mendengarnya. Matanya mendongak. Malas mau melayani namja itu. Pagi ini dia tidak ingin bertengkar.

"Hmmm, sepertinya yeoja yang sombong itu udah ga bisa berkata-kata. Itu bagus. Dunia ini aman," provokasi namja itu, sengaja ingin mengundang amarah Winter.

Winter melihat nomor-nomor yang telah dipertukarkan. Dia sekarang di lantai dua. "Maaf, gue sih bisa berkata-kata. Tapi gue gak punya waktu untuk memperlakukan namja yang tidak sopan dan mesum seperti lo. "

Ting! Pintu lif terbuka.

"Annyeong."

Winter melanjutkan perjalanan menuju sepeda motornya. Namja yang tidak sopan itu masih ada di dalam lift dan wajahnya dengan jelas menunjukkan bahwa dia tidak senang dengan Winter. Tentunya perkataan Winter barusan telah membuat namja tersebut merasa sakit hati. Rasakan!
















Pundak Mark ditepuk lembut oleh Koeun begitu yeoja itu menancapkan pantatnya di samping Mark. Mark tidak heran dengan kehadiran Koeun. Matanya menatap ke depan. Hanya tubuhnya yang ada di samping Koeun, tapi pikirannya melayang mengingat kejadian pagi ini.

Mint Cold LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang