Dix

29 6 4
                                    

Begitu acara potong kue selesai, Winter meninggalkan acara yang masih berlangsung meriah. Perlahan, sang yeoja berjalan menyusuri gang kecil yang agak sepi di dalam restoran. Dia merasa sesak napas berada di tempat itu.

Matanya sedikit bersemangat melihat taman mini yang ada di sebelah kirinya. Kaki yeoja itu terus melangkah ke sana. Punggung Winter ditambatkan di kursi kayu berwarna cokelat tua. Matanya tertuju pada air terjun buatan di sudut taman. Keluhan berat yang Winter lepaskan. Sepatu hak tingginya telah dilepas.

Meski semua yang terjadi terasa berat bagi Winter, namun ia tetap bisa tersenyum dan bersenang-senang bersama teman-teman dan eommanya, merayakan ulang tahunnya. Namun, kegembiraannya terenggut saat acara pemotongan kue tadi.

Semua karena dia harus berdiri dekat dengan namja yang dia benci saat memotong kue ulang tahun. Siapa lagi selain Mark. Sungguh, Winter kesulitan bernapas saat berdiri di dekat Mark.

Sekali lagi, ketika dia mendengar seseorang memuji dia dengan Mark. Mereka bilang dia dan Mark cocok. Oh tolong... hampir muntah Winter mendengarnya. Dan karena itu, Winter segera meninggalkan upacara begitu acara selesai.

Hanya Tuhan yang tahu betapa tersiksanya dia berpura-pura tersenyum dan bertingkah ceria di depan para tamu terutama Baekhyun dan Taeyeon. Dia sadar dan dia tahu dia harus menjaga wajah eommanya. Dia seharusnya tidak mengoleskan arang di wajah eommanya.

Winter mengeluh lagi. Dia memijat lehernya yang lelah. Pikirannya tiba-tiba teringat permintaan eommanya untuk menikah dengan orang lain. Argh, kusut! Winter buntu. Dia benar-benar dilema. Haruskah dia mengizinkan eommanya menikahi Baekhyun? Bisakah dia menerima Mark sebagai saudara tirinya?

Menerima Somi bukanlah masalah baginya. Hanya saja dia merasa sangat sulit untuk menerima Mark ke dalam hidupnya. Wajah Winter diusap perlahan.

Deheman seseorang membuat Winter mendongak ke arah suara itu. Wajahnya terus berpaling. Dengan wajah bosan, Winter melihat kembali ke arah air terjun. Beberapa ikan cupang di kolam lebih menarik daripada melihat wajah orang yang berdeham tadi.

Mark tersenyum segaris melihat respon Winter yang kurang senang dengan kehadirannya. Perlahan, dia berjalan mendekati yeoja itu lalu duduk agak jauh dari yeoja itu.

"Saengil chukkahae..." ucap Mark pelan sambil meletakkan bungkusan kado itu di bangku yang ia duduki dan mendorong bungkusan itu mendekat ke arah Winter.

Winter tidak memberikan tanggapan apapun. Untuk sesaat, suasana tenang menemani mereka. Winter masih sibuk mengamati ikan-ikan yang berenang di kolam kecil. Mark melihat ke depan ke arah pohon-pohon berbunga yang menghiasi taman mini sementara pikirannya yang terikat memikirkan cara untuk meminta maaf kepada yeoja di sebelahnya.

Dahi Winter sedikit berkerut. 'Eh, kenapa gue duduk di sini bersamanya? Lebih baik gue pergi.' kata hati Winter.

"Gue ingin minta maaf," kata Mark sambil menatap wajah Winter.

Tepat ketika Winter memakai sepatu hak tingginya dan hendak pergi, Mark meminta maaf padanya. Kata-kata Mark yang tiba-tiba sedikit mengejutkan Winter. Matanya tanpa sadar menatap Mark. Mereka saling berpandangan sejenak.

"Tentang apa yang terjadi di dekat lift hari itu, gue ingin minta maaf. Gue sadar gue sudah keterlaluan. Gue benar-benar ingin minta maaf," kata Mark lagi.

Pembicaraan berikutnya dari Mark menyadarkan Winter. Yeoja itu dengan cepat menoleh ke arah lain setelah menyadari bahwa dia sedang menatap Mark tanpa sadar. Senyum sinis terbentuk di bibirnya.

"Apakah lo ingat gue bisa memaafkan lo setelah apa yang lo lakukan pada gue? Apakah lo ingat apa yang lo lakukan adalah hal kecil? Semudah itu gue memaafkan?"

Mint Cold LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang