huit

25 3 1
                                    

Dengan langkah lemah, Winter melangkah menuju lift setelah mengunci motornya. Lelah! Ia benar-benar merasa lelah. Bukan lelah fisik tapi lelah batin. Pikirannya lelah. Lelah memikirkan kata-kata eommanya saat makan siang tadi. Semuanya terjadi dengan cepat. Dia tidak menyangka.

Sejujurnya dia tidak menyangka momen ini akan datang. Momen dimana ia harus menentukan pilihan demi kebahagiaan eomma kesayangannya. Beberapa detik setelah menekan tombol atas, pintu lift terbuka. Dengan sisa energi yang tersisa, Winter melangkah ke perut lift.

Saat pintu lift hampir menutup, satu tangan menghalanginya. Winter dengan cepat menekan tombol buka. Mata Winter terus melebar saat melihat dua sosok di depannya. Dia mundur kembali beberapa situs secara spontan.

Mark dan Somi, yeoja yang ditemui Winter kemarin sore. Yang mengejutkan Winter, Mark menggendong Somi di bagian belakang tubuhnya. Astaga, apa yang terjadi?

Mark hanya bisa menghela nafas ketika dia sekali lagi bertemu Winter di lift. Stres juga Mark ketika setiap kali dia ingin naik lift atau turun dari lift, dia pasti akan bertemu Winter. Sepertinya tidak ada orang lain. Mark hanya menunjukkan wajah bosan. Hari ini dia malas berbicara dengan siapa pun.

Mark lelah. Lelah mengurus Jessica di rumah sakit dan lelah melayani kelakuan Somi. Untuk kesenangan Somi, dia harus mengikuti yeoja itu untuk bersenang-senang di Lotte World. Mark terkejar-kejar karena itu. Dari rumah sakit, ia harus membawa Somi yang sedang merengek untuk bersenang-senang ke Lotte World.

Somi sangat manja dengannya. Setiap permintaan Somi akan berusaha dia penuhi selama dia bisa karena dia sangat mencintai Somi. Somi adalah manusia paling berarti dalam hidupnya.

"Baby, I'm tired. Can't you walk alone, baby?"  Mark bertanya pelan. Tak tahan rasanya menggendong Somi yang berbobot 47 kg di punggungnya.

Somi menggelengkan kepalanya. Dia yang memeluk Mark dari belakang mendekatkan pipinya ke pipi Mark. "I was tired. I walks all day in high heels, you know. Besides, you hasn't carried me in a long time."

Somi menatap yeoja yang sepertinya bersembunyi di belakangnya. Dia terus tersenyum ketika melihat Winter. "Annyeong Winter. Kita jumpa lagi," kata Somi yang masih mengingat nama Winter.

Winter hanya bisa tersenyum. Dia sedikit terkejut ketika Somi menyapanya. Dia tidak berpikir yeoja itu masih ingat namanya sementara dia juga ingat lupa nama Somi.

Mark membalikkan wajahnya. Kemudian, menatap Winter sejenak sebelum melihat ke depan lagi. "Baby, do you know her?"

Kepala Somi mengangguk. "I found her yesterday. She's our neighbour, oppa. Oops, my shoes fell off, oppa. Take them."

Mark mendengus. "How could I want to take your shoes, baby? Come down on your own."

Tanpa sadar, Winter mengambil high heels milik Somi. Kemudian, diserahkan kembali ke Somi. Mark menatap tindakan Winter. Dia tersenyum sinis.

"Apakah hari ini lo berbaik hati?" Sarkasme Mark bersahaja.

Somi menepuk bahu Mark. "Oppa, why are you talking like that? It's not good. Gomawo Winter-ya."

"Sama-sama," kata Winter pelan.

Begitu pintu lift terbuka, Mark bergegas keluar. Sungguh, dia tidak tahan lagi menggendong Somi. Kemudian dia menurunkan Somi meskipun Somi sepertinya tidak mau melepaskan dirinya. Saat itu, Winter sudah berada jauh di depan.

"It's close to our house. Come on, walk together. I lead. You're heavy, you know," gumam Mark.

Somi  mencebik. "Later, how do you want to carry your wife? Even me, you can't carry."

Mint Cold LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang