-ARKANA-
PLAKK
Tangan besar itu berhasil mendarat mulus di pipi kanan seorang cowok dengan seragam abu-abu berbalut jaket hitam. Tangan cowok itu terkepal kuat. Rahangnya mengeras. Menandakan terdapat kilatan amarah yang tertahan di dalam hatinya.
"KAMU JANGAN PERNAH BELAIN MAMA KAMU ITU!!" Pria dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya itu menatap penuh amarah ke arah anak semata wayangnya.
Arkana kembali menatap wajah ayahnya dengan santai. Berusaha untuk menahan amarah yang semakin berkobar dalam hatinya. "Papa gak pernah tau apa-apa soal mama." Tekannya.
"PAPA TIDAK MAU TAU!" Suara penuh emosi itu kembali menggelegar di seluruh penjuru rumah dengan model Mediterania.
Perkataan ayahnya semakin menyulut emosi cowok itu. Ingin sekali ia memberikan bogeman mentah ke arah wajah ayahnya, tetapi ia urungkan niatnya karena ia masih ingat bahwa pria di depannya ini adalah ayahnya sendiri.
Cowok itu berbalik dan berjalan cepat ke arah pintu. Ia tidak ingin emosinya semakin terpancing. Tidak peduli dengan pria di belakangnya yang semakin tersulut emosi.
"ARKANA!!"
Teriakan keras itu membuat Arkana berhenti melangkah. "KAMU JANGAN PERNAH DATANGIN MAMA KAMU!"
Arkana tersenyum miring. Cowok itu berbalik menatap wajah ayahnya kembali. "Papa mungkin udah gak peduli sama mama. Tapi Arkan masih peduli."
Cowok itu kembali berjalan keluar rumah meninggalkan seorang pria yang masih mematung di tempatnya. Pria itu tidak menyangka, bahwa keluarganya akan hancur seperti ini. Tidak ada yang baik-baik saja. Anak semata wayangnya kini juga melawannya.
★★★
Arkana melajukan motor sport-nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia sama sekali tidak memperdulikan pengendara lain. Hatinya hancur. Pikirannya kalut. Tidak ada lagi kebahagiaan dalam keluarganya. Semua sudah berakhir.
Motor Arkana berhenti di depan sebuah rumah dengan interior modern. Cowok itu membuka helm-nya dan menatap pintu rumah itu yang perlahan terbuka.
Seorang gadis dengan rambut hitam lurus sepunggung ikal di bagian bawahnya itu berjalan tergesa-gesa kearah Arkana. "Ada masalah?"
Arkana terkekeh. "Lo selalu tau." Cowok itu turun dari motornya dan menggandeng tangan gadis yang kini menatap khawatir ke arahnya. "Irene," Gadis bernama Irene itu mengerutkan dahinya. Bertanya-tanya sebenarnya ada masalah apa. Apakah tentang keluarganya?
Dibawanya gadis itu ke sebuah tempat duduk yang ada di bagian taman rumah ini. Arkana bahkan sudah tau seluk beluk rumah ini. Sering kali ia datang kesini untuk menumpahkan segala keluh kesahnya. Sahabatnya, Irene, selalu ada untuknya disaat ia terpuruk.
Irene melepaskan cekalan tangan dari Arkana, dan berbalik memegang tangan cowok itu dengan lembut. "Kenapa Ar?"
Arkana tersenyum menatap wajah cantik Irene. "Kali ini gue gak mau cerita. Gue cuma mau melupakan semua yang terjadi."
Irene mengelus lembut tangan Arkana. "Gue harap, gue bisa buat lo lupa akan kesedihan lo,"
"Dan lo selalu berhasil." Perkataan Arkana membuat Irene tersenyum. Ia senang bila Arkana bisa melupakan kesedihannya saat bersamanya.
"Gue pengen buat lo bahagia, Ar," Ucapan gadis itu terdengar sangat tulus. Sedikit membuat Arkana tercengang.
Arkana melepaskan tangannya dari Irene dan beralih mengelus lembut rambut gadis itu. "Lo baik banget. Dan gue gak bisa membalas kebaikan lo, Ren."
"Gue gak butuh balasan, Ar. Karena gue tulus pengen buat lo bahagia."
"Lo tau kenapa?" Pertanyaan Irene membuat Arkana diam. Memilih mendengarkan ucapan Irene lebih lanjut.
"Gue suka sama lo."
Arkana tercekat. Tidak tau apa yang harus ia lakukan. Mendadak ia kehilangan kata-kata. Ia sama sekali tidak menduga bahwa Irene akan mencintainya. Tangannya terkepal. Ia mungkin akan marah pada dirinya sendiri. Ia tidak akan bisa membalas perasaan sahabatnya ini.
★★★
LANJUT, YUK! 😃
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana
Teen FictionIvana berlari di tengah derasnya hujan. Tidak peduli dengan keadaan badannya yang sudah basah kuyup. Hatinya sakit. Sangat sakit. Air mata terus bercucuran dari kelompok matanya yang indah. Bahkan, ia sendiri tidak tahu harus kemana. Semuanya kacau...