HAPPY READING
1. Jebakan
Terkadang kita menciptakan sendiri rasa sakit hati melalui ekspektasi.
Ekspektasi yang terlalu tinggi menimbulkan rasa sakit pada hati sendiri.
- Ivana Joanna.14 Agustus 2021
"Hai, Arkana!"
Arkana menoleh ke belakang, dan mendapati seorang gadis tengah tersenyum manis ke arahnya. Arkana mengangkat sebelah alisnya, tanda bertanya.
Gadis itu mendekat, dan berdiri tepat di samping Arkana. "Aku mau belajar bareng kamu, boleh?"
"Gue capek."
Senyumannya mengendur. Kecewa? Pasti. Sudah beberapa minggu ia tidak pernah bertemu dengan cowok ini. Dan saat ada waktu untuk berdua, ia malah menolak.
Gadis itu mencoba untuk tersenyum lagi. "Yaudah. Kamu istirahat aja dulu. Besok kita belajar. Oke?"
Arkana hanya membalas dengan anggukan. Dan tanpa berkata lagi, ia pergi meninggalkan gadis itu di tempat.
"Arkana!"
Arkana berhenti berjalan, kembali menoleh ke belakang.
"Kamu... gak ada acara keluar sama Via?"
"Gak."
Setelah mengatakan itu, Arkana kembali melangkah dan hilang di tikungan. Menyisakan sesosok gadis yang tengah tersenyum misterius. Ide buruk mulai muncul di benaknya.
Ia kembali masuk ke dalam mobil. Dan mengendarainya dengan kecepatan rata-rata. Mobil itu membawanya ke sebuah rumah yang luas dan tampak sepi.
Gadis dengan rambut hitam digerai itu keluar dari mobil. Mata hitamnya fokus menatap seorang gadis dengan pakaian casual yang tengah berdiri tepat di depan rumahnya. Dilihat dari penampilannya, gadis itu mungkin akan keluar.
"Hai, Via!"
Gadis bernama Via itu menoleh. Dengan ramah ia tersenyum kepada seorang gadis yang tadi memanggilnya. "Ada perihal apa kesini?"
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, tapi gak disini, Vi,"
"Dimana? Di cafe?"
Gadis berambut hitam legam itu menggelengkan kepalanya, membuat Via sedikit mengerutkan kening, heran.
"Di sana aja cukup kok. Cuma bentar doang," Ucapnya sambil menunjuk sebuah gang yang lumayan sempit dan sepi. Via yang percaya pada gadis di depannya ini sama sekali tidak membantah. Ia pun berjalan mengikuti gadis itu. Tanpa disadari ada seorang pria yang mengikuti keduanya.
Sampai dua gadis remaja itu di sebuah gang sempit nan sepi. "Kenapa?" Tanya Via.
Gadis berambut hitam itu kini menyeringai. Saat sudah memastikan bahwa tidak ada orang selain mereka di sana, ia pun mulai mengeluarkan benda tajam dari dalam tas-nya.
Via terkejut. Tidak menyangka. Dengan cepat ia membalikkan tubuhnya. Namun belum sempat ia menghindar, benda tajam nan dingin itu berhasil menusuk perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana
Teen FictionIvana berlari di tengah derasnya hujan. Tidak peduli dengan keadaan badannya yang sudah basah kuyup. Hatinya sakit. Sangat sakit. Air mata terus bercucuran dari kelompok matanya yang indah. Bahkan, ia sendiri tidak tahu harus kemana. Semuanya kacau...