6. URUTAN KE 12
HAPPY READING!
"Yang jatuh cinta, memang harus siap untuk patah hati"
- Ivana JoannaAngin berhembus seolah sedang menemani seorang gadis dengan rambut tergurai acak-acakan. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Dadanya begitu sesak. Hari ini, seolah menjadi hari terburuknya.
Beberapa menit yang lalu, untuk kesekian kalinya, Ellina mendapatkan berita menyakitkan itu. Lagi dan lagi, berita tentang Arkana yang menjalin hubungan dengan gadis lain. Berita yang selalu membuat hatinya sakit.
Gadis itu meremas dadanya dengan air mata yang semakin deras. Sudah sangat lama ia mencintai Arkana. Sialnya, semakin hari, semakin bertambah juga cintanya untuk cowok itu. Padahal, ia juga tahu, bahwa cowok itu bahkan tidak begitu mengenalnya. Cowok itu sama sekali tidak peduli dengannya. Ia tidak menyangka, mencintai akan menjadi semenyakitkan ini.
Ellina mengusap air matanya kasar. Gadis itu segera menyambar tasnya, dan keluar dari rumahnya. Ia akan pergi ke rumah Ivana sekarang. Ia butuh teman. Ia butuh sandaran. Selama ini, gadis itu yang selalu menjadi sandaran untuknya. Ellina mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.
Selang 15 menit, gadis itu sudah sampai di depan rumah Ivana. Dengan tergesa-gesa, Ellina berjalan mendekati pintu rumah Ivana dan mengetuknya beberapa kali. Tidak butuh waktu lama, pintu di depannya itu perlahan terbuka.
Ellina seketika menyambar badan Ivana dan memeluknya erat. Tangisnya kembali pecah. Membuat Ivana merasa bingung dan juga panik. Gadis itu mengelus lembut punggung Ellina yang bergetar. "Kenapa, El?"
Ellina tidak menjawab. Gadis itu masih saja menangis. Membuat Ivana semakin khawatir saja. Apakah ada yang menyakiti gadis itu?
"Udah-udah! Ayo kita ke kamar dulu," Perlahan Ivana melepaskan pelukannya dan membawa Ellina ke dalam kamarnya. Dibawanya gadis itu duduk di atas kasurnya.
"Kenapa hm? Kenapa lo nangis El? Ada yang nyakitin lo? Ada yang ngadi-ngadi sama lo?" Tanya Ivana sambil menatap mata sembab Ellina dengan sorot khawatir.
Ellina menatap wajah Ivana perlahan, masih dengan air mata yang tertahan. "Kak Arkana,"
Satu nama, dan Ivana sudah paham betul dengan semua ini. Sering kali Ellina dibuat seperti ini karena ulah cowok itu. Melihat sahabatnya yang terluka seperti ini, rasanya ia ingin meninju habis-habisan wajah sok tampan Arkana. Wajah berasal dari tanah aja bangga lo?!
"Cowok itu lagi? Kenapa dia?"
"Dia jadian, Van. Lagi-lagi hati gue dibuat patah karena itu," Jelas Ellina. Air matanya kembali luruh.
"Padahal udah jelas, kalau dia gak peduli sama gue. Tapi kenapa gue sama sekali tidak bisa berpaling darinya? Kenapa melupakannya menjadi kemustahilan bagi gue?"
Ivana membawa Ellina ke dalam pelukannya. Ia membiarkan sahabatnya itu menumpahkan air matanya. Ia tahu betul, bagaimana perasaan sahabatnya sekarang. Bahkan, ia juga pernah mengalaminya. Saat ia mendapat kabar bahwa Nicholas mencintai gadis lain. Ketahuilah, itu sangat membuat hatinya sakit. Meski cowok itu bukan siapa-siapanya, tapi rasanya begitu sakit.
"Tenang, El. Pelan-pelan. Perlahan lo pasti bisa lupain dia,"
Ellina menggelengkan kepalanya perlahan. "Sebenarnya gue gak mau lupain dia. Gue masih ingin mencintai dia. Gue masih ingin berjuang. Tapi kenapa rasanya sesakit ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana
Teen FictionIvana berlari di tengah derasnya hujan. Tidak peduli dengan keadaan badannya yang sudah basah kuyup. Hatinya sakit. Sangat sakit. Air mata terus bercucuran dari kelompok matanya yang indah. Bahkan, ia sendiri tidak tahu harus kemana. Semuanya kacau...