-IVANA-
Gadis berbalut dress pendek berwarna ungu itu sedang bersembunyi di balik semak-semak sambil terus mengintai dua sejoli yang sedang bermesraan. Tangannya terkepal kuat. Ia tidak tahan menatap kebersamaan pasangan itu. Ingin sekali ia datangi mereka dan menonjok habis-habisan wajah cantik perempuan yang sedang tertawa bersama cowok dengan jaket cokelat yang melekat di tubuhnya.
"Kapan sih mereka pulang? Gue bisa lumutan nungguin mereka." Ucapnya dengan kesal.
Dilihatnya gadis dengan cardigan hitam itu kini sedang meletakkan kepalanya tepat di bahu cowok di sebelahnya. Adegan itu berhasil menyulut api kecemburuan di hati Ivana. Dengan cepat gadis itu keluar dari semak. Namun, ia memilih kembali ke dalam semak karena tidak ingin ketahuan oleh kedua sejoli itu. "Shit!"
Tiba-tiba terdengar bunyi nada dari dalam tas kecil-nya. Cepat-cepat gadis itu merogoh ke dalam tas-nya untuk menemukan benda pipih di dalam sana.
KEYSA A. CALLING.
Gadis itu menggerutu. Dengan cepat, ia mematikan sambungan telepon itu. Wajahnya mendongak untuk memastikan situasi masih terkendali.
Ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan bunyi nada dering telepon, melainkan notifikasi beruntun.
Keysa A.: Van!!!
Keysa A.: Vanaaa!!!
Keysa A.: IVANAAA!!!!!!!
Keysa A.: WOII SETANN!
Keysa A.: DENGER GAK LO?!
Keysa A.: Oh iya gue lupa ini di hp
Keysa A.: Lo sihh!
Ivana J.: APAAN SIH IBLIS!
Keysa A.: Lo lupa hari ini jadwal kita nge-mall! Gue sama Ellina daritadi uda nungguin lo bego.
Ivana J.: Hari ini gue gk ikt. Ada urusan.
Keysa A.: Jangan bilang lo cosplay jadi detektif Conan?!
Ivana J.: Biasalah
Keysa A.: Gue doain lo ketauan
Ivana J.: Lo yg bkn gue ketauan. Udh, detektif Conan mau menjalankan misi. Jgn ganggu!!
Kali ini Ivana mematikan ponselnya. Berharap tidak ada lagi gangguan untuk menjalankan misinya. Mata cantik Ivana kembali menatap ke arah depan, tepat pada dua pasangan yang masih setia bermesraan. Emosi dalam jiwa Ivana kembali tersulut. Tangan kanannya yang mengepal bertubrukan dengan tangan kirinya beberapa kali. "Awas lo! Habis lo sama gue!"
Duarr.
Suara kilat yang keras membuat Ivana terperanjat kaget. Hampir saja ia keluar dari persembunyian. Beruntung ia masih bisa mengendalikan diri. Wajahnya menengadah menatap langit yang kini mulai gelap. Mungkin hujan akan turun.
Benar saja. Beberapa menit kemudian rintikan hujan mulai turun. Ditengadahkan tangannya untuk menghindari rintikan hujan yang akan membasahi wajahnya.
Tepat di hadapan Ivana, cowok itu kini melepas jaket dan dibuat untuk melindungi mereka dari rintikan hujan. Sialan. Ditengah kecemburuannya, kaki kanan Ivana terasa ada sesuatu yang menggelitik. Gadis itu pun beralih menatap kaki kanannya.
"Aaaaaaa!!!!"
Ivana keluar dari semak dan meloncat-loncat supaya ulat itu bisa lepas dari kakinya. "Ulat sialan!"
"Ivana?"
Deg.
Ivana mengalihkan tatapannya dari ulat itu dengan perlahan. Dilihatnya kedua sejoli itu kini sedang menatap Ivana heran. "Ngapain lo disini?"
Ivana mendadak kikuk. Ia sudah tertangkap basah sekarang. Gadis itu meringis, "H-hai Kak Nicholas."
Cowok bernama Nicholas itu tidak menghiraukan sapaan Ivana. Tatapannya dingin. "Lo ngikutin kita?"
Deg.
Ivana meneguk ludahnya. Jantungnya berdegup melebihi batas normal. Sekarang apa yang harus ia katakan?
"H-hah? Nggak kok! A-aku cuma lewat aja." Alibinya. Ivana kembali meringis. Ia memilih berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Minggir!" Ucapan dingin Nicholas membuat hati Ivana terasa nyeri. Cowok itu melewati Ivana begitu saja menuju tempat untuk berteduh. Tidak peduli dengan keadaan Ivana yang sekarang sudah basah kuyup.
Hujan siang ini membasahi sekujur tubuh Ivana. Menciptakan rasa dingin yang semakin menusuk kulit putihnya. Bahkan, ia sama sekali tidak memperdulikan hawa dingin yang semakin menyerang. Rasa sakit di hatinya melebihi rasa dingin yang ia rasakan. Untuk kesekian kali, hatinya kembali tersakiti.
★★★
MASIH AWAL, GUYS. LANJUTT YOO❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana
Novela JuvenilIvana berlari di tengah derasnya hujan. Tidak peduli dengan keadaan badannya yang sudah basah kuyup. Hatinya sakit. Sangat sakit. Air mata terus bercucuran dari kelompok matanya yang indah. Bahkan, ia sendiri tidak tahu harus kemana. Semuanya kacau...