001: Short Flight

1.3K 55 10
                                    


Sebelum mulai membaca, silakan baca deskripsi cerita terlebih dahulu. Ini adalah karya republish, yang tidak akan seluruhnya diunggah di sini atas alasan keamanan. Misalnya, adegan seks, akan dipindahkan seluruhnya ke blog (tetapi masih under construction ya blognya). Jadi kalau menemui plot bolong-bolong, most likely saya sengaja tidak mengunggahnya, dan saya akan memberikan notice-nya juga pada bagian yang hilang.

Selamat membaca (lagi)!


- xxx -


Tanda mengenakan sabuk pengalaman sudah menyala. Seorang pramugari muncul dari baggage holds yang memisahkan kabin dan kokpit. Sambil berjalan kembali menuju kursinya di belakang, dia juga memastikan semua penumpang telah mengenakan sabuk pengamannya.

What a short flight! Aku bahkan belum menyantap in-flight meal-ku.

Seumur-umur, baru sekarang aku naik scheduled flight yang penerbangannya kurang dari 20 menit. Dan baru di flight ini pula snack yang dibagikan hanya sekadar roti mungil dan segelas air putih.

Selama pesawat descending, aku menatap ke luar jendela dan mengamati Kota Bandung yang dipenuhi atap-atap merah-oranye. Sudah bertahun-tahun aku enggak ke sini. Berapa tahun, ya? Sepuluh, mungkin? Aku sudah lupa kondisinya gimana. Dalam pikiranku hanya ada flashback sedetik dua detik tentang tempat tinggalku dulu, tapi aku enggak bisa merangkumnya menjadi satu ingatan utuh.

Aku meninggalkan Bandung—lebih tepatnya, negara ini—untuk kemudian tinggal di New Jersey. Aku betah amat sangat tinggal di sana. Namun bukan berarti aku melupakan bahasa Indonesia, lho. Mom and Dad bicara "Bahasa" di rumah, bahkan saat dinner. Dan kalau aku sudah sebal sama cowok bully di sekolahku, aku sering mengata-ngatai mereka dalam bahasa Indonesia yang purely mereka enggak ngerti. Aku bahkan dapat vocab baru dari temanku Adam (orang Yogyakarta) tentang kata "alay". Dan begitu aku menyeru, "ALAY!" pada James, cowok yang kubenci di sekolah, mereka takut, karena mereka pikir, aku sedang memantra-mantrai mereka dengan jampi-jampi Asia Tenggara yang sakti.

Untung saja James enggak pernah meng-google kata tersebut.

Bandung kali ini bakal menjadi tempat tinggalku lagi. Mom and Dad meninggal di California dalam sebuah perjalanan bisnis. Ya, aku yatim piatu sekarang. Dan itu sudah terjadi sejak tiga bulan lalu. Namun berhubung aku enggak punya relatives di Amerika, aku diminta untuk pulang ke Indonesia dan tinggal bersama nenekku di Bandung.

Aku sempat bolak-balik Kedubes RI supaya tetap diizinkan tinggal di sana. Namun permohonanku ditolak. Aku harus pulang ke Indonesia supaya mendapat custody. I mean, orangtuaku boleh saja wafat, tapi nenekku masih ada, bukan? Nah, si orang Kedubes ini yang bersikukuh agar aku tinggal bersama nenekku, daripada luntang-lantung sendirian dan mencoba bertahan hidup di Amerika.

Well, sudahlah. Mungkin memang harusnya begitu.

This might be the hardest week I have ever been through. Harus meninggalkan Amerika, meninggalkan semua temanku di sana, menjual semua perabot (karena enggak semuanya bisa dibawa ke Indonesia). Aku menangis nyaris setiap hari. Membuat Lilly, tetanggaku, bolak-balik ke rumahku untuk menenangkanku.

Sejak penerbangan Amerika-Indonesia yang kulalui 30 jam lalu, aku merasa hampa dan kosong. Aku bahkan enggak menyantap in-flight meal-ku. Baru saat tiba di Cengkareng subuh tadi, bertemu dengan Adam, satu-satunya sahabat dari Indonesia yang kukenal di dunia maya (dari situs Manjam, to be exact) aku merasakan secercah semangat. Dia membawaku keliling Jakarta, mengajakku makan di Sushi Tei, dan mengantarku ke penerbangan berikutnya yang berangkat dari Halim Perdanakusuma.

Adam benar-benar keren. Dengan tulus dia terbang dari Yogyakarta hanya untuk menemaniku beberapa jam saja di Jakarta. Dia pernah mengikuti program pertukaran pelajar di New York, dan dari sanalah akun Manjam kami "bertemu". Aku sempat membawanya keliling New York sepanjang akhir pekan. Sehingga Adam merasa perlu membalas budiku hari ini.

Adam orang yang ramah. Dia mengajariku tips-tips menawar belanjaan di pasar tradisional dan memberi tahu program TV menarik yang wajib kutonton. Salah satunya adalah Big Brother, yang menurut Adam, "So Cool Program!" Padahal di Amrik sono, Big Brother sudah masuk season ke-13. Dan aku sudah enggak menonton program itu sejak season ke-4.

Well, yang penting sih aku bisa menjadi seseorang yang baru di sini. Rasanya menegangkan! Sama kayak membeli sepatu baru. Wangi toko dan segala kekakuan di sol sepatunya begitu kental. Dan rasanya bahagia dunia akhirat kalau punya apa pun yang "baru". Begitu juga hidupku.

Namaku Vargas, dan aku akan menjadi orang yang baru di tanah kelahiranku sendiri. Semua duka yang kuhadapi sejak tiga bulan lalu hanyalah sepenggal cerita dari kisah hidupku.

To be continued ....

Kadang Cupid Tuh Tolol "The Beginning" #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang