002: 4645

549 41 2
                                    


Granny, aq udh nympe. Siapa yg jemput? 

Baggage byk bgt. 

Ini nmor Indonesia aq. Bru beli td d jkt.

Aku berjalan di sepanjang koridor kabin, mengantre di belakang penumpang lain, sambil menggendong ranselku menggunakan satu bahu. Tanganku yang lain menggenggam kotak makanan penerbangan yang belum kusentuh.

"Terima kasih telah naik Merpati," sapa salah satu pramugari berseragam hitam-hitam di pintu keluar pesawat.

Aku tersenyum dan langsung menyusuri tangga metal kecil menuruni pesawat. Sepanjang berjalan di apron, Granny menelepon.

"Agas udah nyampe?" sapanya.

"Yes, Granny. Sekarang lagi mau ambil bagasi. Ada yang jemput, enggak?"

"Ada kok, Sayang. Tadi Nenek udah ngirim—tunggu sebentar, ada Sm*sh di TV! Aaargh!" Tiba-tiba saja suara Granny menghilang dari telepon.

Aku mengernyit dan menatap ponselku. Beberapa kali kupanggil, "Halo? Halo? Granny?" tetap tidak ada jawaban. Dari ujung telepon aku bisa mendengar sayup-sayup suara musik. Bahkan, aku bisa mendengar Granny menjerit-jerit. Baru setelah aku tiba di pengambilan bagasi, suara Granny muncul lagi.

"Haduh-haduh," kata Granny, agak ngos-ngosan. "Akhirnya nonton juga iklan itu. Halo Sayang, gimana? Tadi Nenek udah nyuruh si Dicky buat jemput kamu pake mobil Nenek. Udah dari tadi, kok. Pasti udah nungguin."

"Barusan Granny ke mana dulu? Smash apa, Gran?"

"Itu, Sayang, boyband nomor satu Endonesya. Sm*sh! Favorit Nenek! Tadi iklannya muncul di TV dan Nenek baru lihat. Padahal Jeng Nunuk udah lihat, masa Nenek belom, sih? Hihihi! Kamu pasti suka sama Sm*sh."

Aku mengernyit lagi dan menatap ponselku.

"Nanti Nenek tunjukkin posternya di rumah," tambahnya. "Sekarang kamu di mana, Gas?"

"Lagi nunggu bagasi. Agak banyak, nih. Ada empat suitcase. Belum lagi satu box isinya PC aku. Granny udah beli monitor plasma, kan buat PC aku?"

"Udah, Sayang. Tenang aja. Nenek beli yang 32 inch."

Astaga .... Enggak perlu sebesar itu, juga sih. Paling aku menggunakannya untuk main flight simulator!

"Terus yang jemputnya gimana, Granny? Ciri-cirinya apa?" tanyaku.

Nah, koper pertamaku sudah muncul. Aku buru-buru mengambil troli dan meletakkan koper biruku di atasnya.

"Cowok, Sayang. Nenek lupa tuh ciri-cirinya apa." Granny diam sebentar. "Oh, dia punya tato di punggungnya!"

For God's sake! Memangnya bakal ada cowok telanjang dada di sekitaran airport sehingga aku bisa mengecek punggungnya?

"Enggak ada ciri-ciri lain emangnya, Granny? Baju, kek? Jaket?"

"Oh! Dia baru beli jaket baru minggu kemaren! Tulisannya Adidas! Bekas sih, tapi kan Adidas!" kata Granny bersemangat. "Nenek yang pilihin jaketnya waktu di Cimol."

"Dan dia pake jaket itu sekarang?" tanyaku lagi, making sure.

"Enggak tahu juga tuh, Sayang. Nenek cuma tahu dia punya jaket baru sekarang."

AS-TA-GA!!

"Tapi Nenek suruh dia bawa poster yang ada tulisan kamunya, Sayang. Nenek tulis AGAS—empat huruf. Jadi begitu kamu keluar dari bandara, kamu bisa ketemu sama Dicky. Okay, Darling?"

"Iya deh, Granny."

Koper kedua dan ketigaku muncul tak lama kemudian, dilanjutkan dengan boks PC-ku dan koper terakhir. Aku berhasil menyusunnya dengan rapi lalu berjalan keluar.

Ketika tiba di area kedatangan Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung, banyak orang berdesakan keluar. Di antara para penjemput, aku menemukan beberapa orang (sebagian besar petugas taksi berseragam biru) yang mengacungkan tinggi-tinggi selembar karton bertuliskan nama orang.

Keluarga Hasyim.

JHB Tour.

Bapak Budiman.

Bapak Fransoa.

Paradise Tour.

Mana nih? Enggak ada yang tulisannya AGAS.

Aku melewati kerumunan orang dan tetap mengamati satu per satu karton yang diacungkan. Namun sampai aku tiba di lorong yang dipenuhi konter maskapai, aku enggak ketemu juga orang yang bawa-bawa tulisan AGAS.

Aku duduk di salah satu kursi kosong dekat toko roti. Mataku masih melirik ke sana kemari, berharap orang yang membawa nama AGAS segera muncul dan membantuku membawakan semua bagasi ini. Setelah dua menit menunggu, dan si Dicky ini belum muncul juga, aku mulai asyik mengamati orang-orang yang lalu lalang di hadapanku. Ada kumpulan orang India. Ada keluarga Malaysia yang bersikukuh untuk enggak menaiki taksi bandara. Ada juga kru kabin yang mondar-mandir tebar pesona.

Kadang aku mengamati beberapa cowok yang ada di situ. Ada beberapa security ganteng, dan rasanya menyegarkan sekali cuci mata ngelihat Southeast-Asian guys. Ada juga para penjemput imut yang bikin aku senyum-senyum sendiri.

Salah satu dari cowok yang kuamati adalah si manis berkaus ungu yang berdiri di depan kedatangan internasional. Mungkin, dia sedang menunggu salah satu penumpang dari Malaysia. Di tangannya ada karton juga, berisi nomor. Awalnya aku enggak peduli dengan nomor yang dia acungkan. Namun, lama kelamaan jadi penasaran juga. I mean, nomor apa coba yang dia tunjukkan ini?

4645

Bisa jadi nomor penerbangan sih, batinku. Atau mungkin nama tour & travel-nya. Bahkan, bisa jadi itu adalah kode rahasia turis yang namanya enggak mau dipublikasikan di khalayak ramai. Bisa jadi itu Katy Perry yang sedang mau liburan ke Bandung. Atau Lady Gaga. Enggak mungkin kan si penjemput menulis "Lady Gaga" di depan banyak orang, bisa-bisa semua perhatian tertuju kepadanya.

Mungkin 4645 itu artinya—eh, tunggu.

Aku melompat dari kursiku, meninggalkan troli di tempatnya dan bergegas menghampiri cowok manis berbadan lebih besar dariku itu. Makin dekat, makin kelihatan menarik. Dan aku makin deg-degan. Namun, ada satu hal yang benar-benar bikin penasaran.

"Misi, Pak," sapaku, membuatnya kaget karena dia sedang asyik menatap satu per satu semua penumpang yang baru turun dari Malaysia Airlines. "Ini maksudnya apa, ya?"

Cowok itu meneliti mukaku dan kemudian berseri-seri setelahnya. Aku agak takut. Astaga, bisa jadi dia lagi enggak nyari penumpang. Bisa jadi dia penipu yang menawarkan bisnis palsu dan menarik perhatian orang-orang dengan rentetan nomor macam begini. Mungkin saja aku akan dibawanya ke mana, gitu. Atau dihipnosis.

"Agas, ya?" sapa cowok itu tiba-tiba.

Apa?

"Ini buat Agas. Lihat tuh tulisannya: AGAS," katanya.

Nah, kan. Dugaanku benar! Aku melompat dari tempat dudukku barusan karena kupikir 4645 itu stands for AGAS. Adam sering mengajariku cara menulis 4L4Y, dan aku sempat kepikiran bahwa mungkin itu tulisan 4L4Y, yang ternyata: it is!

To be continued ....

Kadang Cupid Tuh Tolol "The Beginning" #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang