Wanita tersebut masih meringku terdiam diatas kasur dengan air mata yang terus saja mengalir. Tenggorakannya terasa kering dan ia ingin sekali minum. Tapi apa daya, mengingat kondisi tubuh yang tak memungkinkannya untuk bergerak membuatnya mengurung niat itu rapat-rapat.
Tapi setelah berpikir lebih keras dan lebih dalam, Grace kemudian langsung mendapatkan ide dari otaknya di situasi saat ini yang masih dikategorikan dalam bahaya. Segera setelah ia melihat sebuah gelas kaca yang kosong di atas nakas Vincent, Grace langsung mengeliat dan bergerak menuju pada benda tersebut.
Ia menggerakkan kedua kakinya guna mencapai gelas itu. Menyenggol lalu mendorong paksa hingga benda tersebut jatuh keatas lantai, dengan pecahan yang berserakan. Menciptakan suara nyaring yang memekakan telinga.
Grace berusaha untuk membuat dirinya jatuh dari ranjang tersebut. Mengakibatkan dirinya terkena kepingan kaca kecil yang menorehkan luka. Dan darah pun keluar dari kulit mulusnya, hanya saja masih bersifat goresan dan luka yang belum fatal.
Setelah itu, Grace langsung mengambil pecahan benda tajam tersebut guna memotong tali yang membuat kedua tangannya terikat. Beruntung sekali ia bisa menemukan kepingan tajam yang berada dibelakang tubuhnya.
Grace menggesekkan kaca tersebut, sebari meringis sebab sisi tajamnya menggores kulitnya. Ia bahkan menangis kembali lantara menahan sakit yang mendera, luka itu teramat dalan hingga ingin membuatnya berteriak.
Tetapi ia tidak akan melakukan itu. Karena Grace tengah berusaha untuk meloloskan diri dari jeratan neraka yang mengurungnya tanpa tahu waktu.
Semaksimal mungkin ia memotong tali dengan alat tajam seadanya, meskipun fisik menjadi tangguhannya.
Lama ia memotong dan bergulat dengan waktu, Grace akhirnya bisa merasakan kebebasan sebab kedua tangannya sudah sirna dalam ikatan. Tali itu mengendur, lalu putus dan terlepas membebaskan kedua tangan Grace. Yang kemudian membuatnya bisa bernafas dengan lega.
Wanita itu tak mau mengulur waktu, segera setelah mendapatkan kebebasan tahap pertama. Grace langsung mencapai tali yang tengah mengikat erat kedua kakinya. Mekipun sedikit susah, lantaran simpulan ketat yang diberikan pria itu teramat kuat untuk dilepas. Grace pun terus membuka dan tak pernah menyerah.
Hingga ditahap terakhir, ia sedikit meringis tatkala melepaskan selotip tebal dari bibirnya. Bibir Grace terasa bengkak saat ini, akibat dicium dan dibungkam paksa oleh bibir Vincent dengan teramat kasar.
"Dasar psikopat gial!" umpat Grace tanpa sadar.
Segera ia berdiri guna memperlihatkan pandangannya ke arah sekitar. Rasa sakit sudah ia rasakan akibat pecahan kaca yang membuatnya kembali mengaduh kesakitan.
Sebab beling-beling di bawah sana, tanpa segan menusuk telapak kaki Grace yang tidak dilapisi apapun. Hingga menyebabkan robeknya kulit, hanya saja menahan sakit tersebut susah sekali untuk di lakukan.
Berperang dengan pikiran, lantas Grace mulai melangkahkan kakinya menuju pintu flat, dimana ia berpikir akan bebas dari neraka ini. Dan setelah itu, Grace tak peduli pada luka ditelapak kakinya.
Bercak darah yang membentuk pola telapak kakinya sudah tercetak dilantai. Tetapi dengan segera Grace mengambil sepatu Vincent yang terletak dirak depan. Agar jejak kakinya tak bisa terlihat lagi.
Setelah memakai sepatu itu, Grace segera melenggang keluar dengan hati-hati. Tentu saja untuk password pintu Vincent ia mengetahuinya, karena saat Grace menolong dan mengobati pria itu ia melihat sendiri digit yang ditekan Vincent tanpa pria itu sadari. Dan untung saja wanita tersebut dapat mengingatnya.
Ketika ia telah tiba di lorong apartemen, Grace hanya terdiam sebab tak merasakan adanya lalu lalang orang yang lewat. "Kenapa apartemen ini sepi sekali? Kemana orang-orang?" tanya Grace pada diri sendiri.
Karena, entah mengapa kondisi gedung yang ia tinggali layaknya sebuah pemakaman umum yang teramat sepi. Tidak satu batang hidung yang tampak di dalam maniknya. Lorong itu hening dan benar-benar senyap, karena itu Grace merasakan ketakutan.
Lalu langkah selanjutnya adalah, wanita itu terus berjalan dan berharap menjumpai seseorang untuk meminta bantuan. Atau barang kali melaporkan kejadian ini pada pihak kepolisian yang haus akan sebuah kasus. Intinya Grace akan membuat pria psikopat itu dipenjara.
Tak ada lagi kata kebebasan untuk pria tersebut. Ia akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatannya kali ini, pikir Grace.
Disela ia melanjutkan perjalannya, Grace tidak menyadari akan wujud seorang pria yang tengah mengikutinya dari belakang. Tentu itu bukan Vincent, melainkan rival pria itu sendiri yang sudah sepatutnya Grace hindari.
Pria tersebut bergerak perlahan disela langkahnya. Ia menyeringai dengan begitu menakutkan tanpa ia sadari, bahkan sempat tertawa dalam hati melihat aksi konyol wanita yang sedang ia ikuti.
Leon terlihat lebih menyeramkan dari pada Vincent ketika ia tersenyum.
"Ah, sebaiknya aku memungut wanita itu sebelum ia kembali pada tuannya." Leon tergelak tipis "Ini akan menjadi malam yang menyenangkan." lanjut pria itu.
Ibarat sebuah pepatah. Lepas dari cengkraman harimau, kini jatuh kedalam mulut buaya.
Semua itu tertuju pada situasa Grace yang kini wanita itu hadapi. Grace tidak tahu jika diluar flat Vincent ada suatu hal yang lebih berbahaya sedang menunggunya.
Entah bagaimana nasib wanita tersebut, semoga saja Tuhan dan orang-orang sekitar mau menyelamatkannya dari siksaan dan penderitaan yang terus menyerangnya tanpa henti.
~~~
Hmm, kalian tahu gasih? Story ini mau tamat huhuhu😭😭
Karena menurutku, aku ga bakat buat story yang genrenya kek gini🙁 Jadi maaf kalo nggk kaya ekspetasi kalian😩😩
Ini tinggal beberapa Chapter lagi kok😌 mianhae...
Tapi aku janji bakal bikin story baru, jadi kalian tenang aja😉😉
Oh iya, jangan lupa baca cerita aku yang lainnya ya... 😊😊
Jangan lupa buat Vote and Follow akun Wattpad ini ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Obsession ! [KTH] END √
Fanfiction[COMPLETED] √ Rasa suka, cinta dan obsesi sangatlah berbeda. Bagaimana dengan obsesi? Hal yang mengerikan dibandingkan apapun. Kau akan melakukan apa saja untuk menjadikan obsesi tersebut menjadi milikmu selamanya.~ .Mengandung unsur kekerasan, dan...