32. Love With Basketball Captain

62 7 0
                                    

¶~¶
HAPPY READING
¶~¶

Mobil Nathan melaju dengan cepat menembus jalanan ibukota yang sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Nathan melaju dengan cepat menembus jalanan ibukota yang sepi.

Nathan membawa Raffael menuju salah satu rumah sakit terdekat guna mendapatkan pertolongan.

Nathan memberhentikan mobilnya tepat didepan rumah sakit. Kedatangan mereka langsung disambut oleh para suster.

Nathan, Natasya dan Michael mengikuti kemana Raffael akan dibawa.

"Maaf, tolong tunggu diluar," ucap seorang suster dan menutup ruangan itu.

"Hiks hiks," tangis Natasya pecah menghiasi ruangan itu.

Nathan merengkuh tubuh adiknya. Membawanya kedalam pelukannya.

"Hust tenang oke. Berdoa aja semoga nggak bakal terjadi apa-apa," ucap Nathan mengelus punggung Natasya, memberikan kenyamanan.

"Tenang-tenang gimana sih bang," jawab Natasya.

Nathan menangkup kedua pipi Natasya dan berkata, "Hey," menatap lekat manik matanya, "Berfikir yang positif oke. Kita berdoa bersama semoga Raffael gak kenapa-kenapa. Abang tau, Raffael pasti kuat." sambung Nathan menghapus air mata dipipi Natasya.

Ruang ICU itu masih tertutup rapat. Belum ada tanda-tanda dokter dan suster keluar dari ruangan.

Nathan memapah tubuh adiknya untuk duduk. Masih setia memeluk tubuh adiknya. Mengelus punggungnya agar lebih tenang.

Sementara Michael, masih setia berdiri bersandar pada dinding.

"Udah kasih tau, orang tua Raffael?" tanya Nathan. Natasya menggeleng tanda belum. Pikirannya sedang tidak sinkron sekarang.

Seutuhnya dirinya dikuasi oleh rasa panik dan takut. Pikiran - pikiran negatif datang menghantuinya.

Seumur-umur baru kali ini Natasya melihat orang ditikam pada bagian perutnya. Biasanya dirinya hanya melihat itu difilm-film atau pun drakor yang berbau tentang pembunuhan.

°°°°°°°°°°°

Nathan menelpon kedua orang tuanya. Memberi tahunya tentang apa yang menimpa Raffael.

"Pa, sekalian kasih tau orang tua Raffael. Nathan nggak ada nomor mereka," ucap Nathan kepada sang papa ditelpon.

Nathan mengakhiri telponnya.

"Gue ke kantin dulu, bang," pamit Michael.

Nathan mengangguk paham. Adiknya masih terisak. Ia tau pasti sekarang dia sangat khawatir.

Selang beberapa waktu kedua orang tua Raffael dan kedua orang tua Natasya datang.

"Gimana keadaan anak saya?" tanya papa Raffael.

Love With Basketball Captain - [ Tamat ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang