EPISODRE 3. Forget Him

8.5K 482 27
                                    

Biar gak ketinggalan update-an cerita ini. Follow akun @Zaynriz dan masukan cerita ini ke library atau reading list kalian.

Gak bayar! :v

Gak bayar! :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💮💮💮

Aku melangkah keluar dari gedung apartemen dengan tangisan dan langkah cepat. Tidak kuhiraukan lagi tatapan aneh dari orang-orang di sekitar sana. Masih bisa berjalan sampai ke mobil pun aku bersyukur sekali.

Kubanting paper bag ke kursi samping. Mobilku masih berhenti dan aku langsung menenggelamkan kepalaku di stir mobil dengan isak tangis yang tak kutahan lagi. Aku tidak peduli lagi jika dianggap gila atau akan ada orang yang mengetuk jendela mobilku dan bertanya kenapa.

Tapi sepertinya tidak ada sampai aku sudah kehabisan air mata. Bekas air mata mengering dipipiku, mataku membengkak parah. Hidungku memerah dan tersumbat, suaraku pasti akan terderdengar sengau tapi sekarang aku mulai reda oleh tangisan.

Berulang kali aku mengambil tisu dan menguras habis cairan dalam hidung. Kubuang bekas itu di tempat sampah dalam mobil. Tidak kutahu, sudah berapa lama aku menangis hingga tempat sampah penuh oleh tisu. Dan tak kutahu berapa lama aku di parkiran. Aku mencoba melihat jam lewat ponsel di dashboard yang sayangnya malah menampilkan wajah Benjy.

Seketika aku menangis lagi mengingat wajah Benjy yang sayangnya saat itu dia sedang mencium pipiku. Begitupun kenanganku bersama Benjy seolah tak mau melihatku berhenti menangis.

"Benjy ...." Aku menarik ingus dan sesegukan oleh tangis. "Kau begitu ... kau tega sekali Benjy ... hiks ...." Aku kembali menangis, mengelap ingus dan membuangnya.

Begitu berulang kali sampai aku kuatkan untuk mengecek ponsel sekaligus melihat jam dan langsung mengganti wajah Benjy di ponselku dengan gambar entah apa karena aku tak sempat memikirkan apa yang harus kupajang di layar ponselku.

Tiga menit berlalu lagi, ponselku tiba-tiba berbunyi. Anehnya, aku masih berharap itu Benjy yang meminta maaf padaku. Dan meminta untuk kita menjalin hubungan lagi tanpa ada Caroline. Sayangnya, Amanda-lah yang menelfonku.

Dengan isakan yang mulai reda, tapi aku malah sesegukan karena tangis. "Ada---" Aku sesegukan lagi "Ada apa Amanda? Hari ini aku tidak ke butik dulu." Benar sekali, suaraku sengau. Haaah, pasti Amanda akan tahu kalau aku habis menangis.

"Iya aku tahu. Lagi pula kau masih di Jepang. Aku menelfonmu hanya untuk bertanya kabar."

Aku hampir lupa, aku belum memberitahu Amanda kalau aku sudah pulang.

"Aku sudah pulang," jawabku dengan bibir bergetar. Kenapa setiap detik rasanya aku selalu mengingat kejadian tadi.

"Alice, katakan padaku, siapa yang membuatmu menangis?!"

40 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang