EPISODE 7. Bertemu

6.3K 365 20
                                    

Biar gak ketinggalan update-an cerita ini. Follow akun @Zaynriz dan masukan cerita ini ke library atau reading list kalian.

Gak bayar! :v

🌸🌸🌸

Aku tidak bisa berkata-kata lagi saat dihadapanku ada pria tampan yang sejak tadi tidak mau menurunkan sudut bibirnya. Hal yang bisa kulakukan hanya lah terus terpaku padanya seolah senyuman Smith adalah karya Tuhan paling indah.

Itulah kenapa aku terkejut saat melihatnya. Ohh, kalian pasti berpikir aku bertemu dengan orang di masalalu?

Aku tidak mau menyembut Smith seperti siapapun. Dia tampan dan tidak seperti siapapun. Dia hanya seperti dirinya sendiri.

Dengan jelas, dari tempatku duduk dengan sedikit kegelisahan karena ada rasa malu menumpuk di wajahku yang entah datangnya sejak kapan padahal aku adalah tipe perempuan yang sangat percaya diri ketika bertemu lawan jenis---aku bisa melihat senyum manis yang merekah di pahatan wajahnya yang tegas.

Kenapa laki-laki dengan wajah tegas semakin menampar ketampanannya ketika tersenyum? Atau karena Smith memang seleraku? Jadi, tidak perlu mencari cela terlalu banyak untuk mematahkan presepsiku.

Meski tidak jauh berbeda dengan Benjy. Maksudku, Benjy juga sedikit tampan tapi Smith punya kadar ketampanan yang jauh di atas Benjy. Entah sejak kapan pula aku menyukai laki-laki dengan kulit sawo matang. Entah sejak kapan pula aku menyukai laki-laki dengan rambut-rambut yang menutupi sebagian rahang.

Dan alisnya ....

Sepertinya aku harus berhenti mengagumi betapa tampannya Smith karena ternyata ketika aku sadar dia juga menatapku dan aku langsung memutuskan tatapan kami. Oh! Sungguh tak bisa lepas dari aura Smith. Tapi sepertinya, semua orang di restoran ini terpaku pada ketampanan Smith juga.

"Apa kau sudah tahu namaku, Alice?" Smith membuka obrolan di waktu yang tepat.

Oh tentu saja, dari Amanda dan Aldrich yang sekarang entah kemana. Kupikir mereka akan tinggal lama, menemaniku berbincang dengan Smith. Rupanya mereka berdua pergi setelah menanyakan kabar Smith sekitar 2 menit. Singkat sekali dan aku langsung dibuat lemas, ditinggal sendirian.

"Jika belum, perkenalkan aku Smith." Dia mengulurkan tangannya, Smith tersenyum ramah. Sialnya aku malah memperhatikan otot-otot di tangannya yang seolah ingin keluar melalui kulitnya. Kutebak dia suka berolahraga, mengangat beban, kemungkinan paling mungkin.

"Kau sudah tahu namaku, jadi aku tidak perlu menyebutkan namaku, Smith," jawabku berguyon tak lupa terkekeh untuk mencairkan suasana.

Smith juga terkekeh dan melepas jabatan tangan kami. Sejak kapan pula aku suka dengan suaranya? "Benar sekali. Kalau begitu, silakan dimakan atau jika kau ingin minum." Smith mempersilakan seperti pramusaji restoran.

Aku mengangguk dan mempersilakan dia juga.

"Alice." Smith memanggil ketika aku baru saja menyendok spageti.

Aku menegakan kepala dan melihat ke manik cokelat miliknya. Aku tidak bertanya 'Kenapa'. Semoga tatapanku bisa menjelaskan bahwa aku sedang bertanya.

"Mungkin kita bisa makan sambil sesekali bertanya tentang satu sama lain?"

Aku langsung mengangguk. Anggap saja ajakan untuk berkenalan lebih lanjut. Kusetuji perkataannya dengan garpu yang kugerakan di tanganku.

40 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang