EPISODE 6. Di dalam Mobil

8.9K 354 12
                                    

Biar gak ketinggalan update-an cerita ini. Follow akun @Zaynriz dan masukan cerita ini ke library atau reading list kalian.

Gak bayar! :v

💮💮💮

Di dalam perjalanan menuju restoran di mana aku akan bertemu dengan Smith, tidak ada yang bisa kulakukan selain duduk diam di kursi penumpang. Ini mobilku, tapi aku harus duduk tenang seperti nyamuk tak berselera menghisap.

Aldrich dan Amanda setiap menit bergurau. Bahkan sahabatku itu sampai mengeluh rahangnya dan perutnya sakit. Aldrich tidak berhenti membuat Amanda tertawa padahal semua guyonannya basi.

Gajah apanya yang besar?

Hanya orang bodoh yang tidak tahu.

Entah Amanda pura-pura bodoh atau memang sepertinya begitu. Dan lebih bodohnya, dia tertawa untuk guyonan klasik itu.

Aku muak. Benakku seketika mengingat Benjy. Bukan karena Benjy orang yang sama seperti Aldrich. Melainkan karena momen berdua di dalam mobil. Walaupun Benjy bukan tipe laki-laki yang konyol, tapi dia bisa bergurau.

"Aldrich , bolehkah aku bertanya?" Dan tawa mereka buyar, diganti dengan Amanda dan Aldrich yang melirikku lewat kaca spion tengah.

Aldrich mengangguk di tempatnya duduk.

"Seperti apa Smith?" Aku bertanya sambil menyandarkan kedua tanganku di sandaran kursi Aldrich dan daguku, kutumpu di telapak tangan. Tubuhku yang condong ke depan, sedikit memudahkanku mendengar lebih jelas.

"Apa maksudmu, Alice?"

"Maksudku, beritahu aku tentang bagaimana kepribadian Smith. Supaya aku bisa menyesuaikan diri saat berbicara dengannya." Kulihat dari kaca spion tengah Aldrich tersenyum. Ada hilal, dia akan memberitahuku.

Tapi sepertinya Amanda menghalangiku untuk tahu lebih banyak perihal Smith. "Tidak Alice. Maksudku, jangan bertanya pada Aldrich."

Aku langsung menoleh ke arahnya dengan tak suka. Kumundurkan lagi tubuhku dan bersandar.

"Kau ini kenapa? Aku tidak bertanya padamu, Amanda," kesalku, melipat tangan di dada. "Jika kau tidak ingin menjawab, jangan menghasut kekasihmu."

Dia sepertinya tak acuh. "Kau hanya boleh tahu ketika kita sudah sampai," titahnya. Tanpa menoleh ke belakang untuk melihatku yang sedang duduk di kursi penumpang sendirian dengan wajah kesal.

Aku menatapnya tidak suka. "Beri aku penjelasan kenapa aku tidak boleh mengetahui tentangnya?" kulihat lagi wajahnya dari spion tengah. "Setidaknya kau bisa menjelaskan bagaimana wajah atau perawakannya."

"Tidak perlu curiga."

"Aku tidak mengatakan aku curiga, Amanda."

Tapi apa yang Amanda lakukan itu membuatku curiga. Bagaimana bisa aku tidak boleh tahu perihal Smith sementara Amanda sangat bersemangat mengenalkanku dengannya. Ini seperti ada udang dibalik batu, 'kan?

"Kalian akan jadi pasangan yang cocok! Sangat cocok. Itu saja penjelasanku." Amanda berujar dengan keyakinan yang semakin kuragukan. Dan dia justru bertepuk tangan kecil setelahnya disambut oleh Aldrich dan mereka tertawa lagi.

Kenapa aku justru merasa diledek oleh mereka?

"Sungguh kalian tidak menyembunyikan sesuatu?" tukasku, dengan sorot mata curiga. Kulihat mereka secara bergantian.

Baik Aldrich maupun Amanda, mereka langsung berhenti tertawa. Dan semakin membuatku kesal karena mereka tidak menjawab pertanyaanku, menormalkan ekspresi mereka. Aldrich dengan sok-nya fokus pada jalanan dan Amanda ... sepertinya ponsel lebih menarik daripada keberadaanku.

"Kalau kalian hanya ingin mempermainkanku lebih baik aku turun di sini!"

"Oh pas sekali. Mobil kita sudah sampai," terang Aldrich dan membuatku melongo.

Sejak kapan?

Kurasa tadi masih di perjalanan. Aku mengecek dengan melihat ke jendela. Oh benar sekali, mobilku sepertinya bisa bertelportasi atau memang mobilku ini sudah sekongkol dengan mereka berdua.

Amanda dan Aldrich keluar lebih dulu.

"Ayok! Cepat Alice!" Amanda menarik tanganku dari luar.

"Sebentar, sabar sedikit!" jawabku membentak. Tidak begitu lama, kami bertiga masuk ke restoran megah tersebut. Cukup ramai, tapi tidak seramai pasar malam.

"Di mana dia?" Amanda bertanya pada Aldrich yang sedang mengecek ponselnya. "Semoga saja Smith tidak berbohong lagi. Kuharap dia bisa datang lebih awal."

Lagi?

Kenapa Smith terdengar seperti orang yang selalu berbohong?

Tapi aku tidak banyak bertanya lagi. Amanda dan Aldrich pasti tidak mau menjawab.

Aku melihat ke sekeliling. Mencari kemungkinan orang yang bernama Smith. Semoga saja dia lebih tampan daripada Benjy. Aku memang tidak begitu cantik, tapi berharap memiliki kekasih yang lebih tampan itu tidak apa-apa, 'kan?

'Memperbaiki keturunan.'

Itu dua kata yang sering kudengar akhir-akhir ini.

"Ah, dia ada di meja nomor 15." Aldrich mengedar pandangannya. "Itu dia!" serunya.

Tanpa menunggu, secepat mobil Lamborgini kepalaku mengikuti arah tunjuk Aldrich.

Aku langsung menganga tidak percaya. Kedua mataku hampir copot dan ....

Sungguh dia orangngnya?!!

💥💥💥

Waduh, kenapa tuh Alice?

Sebelumnya, makasih guys udah mampir ke cerita ini. Makasih udah kasih vote, komentar kalian dan dukungan kalian yang lainnya.   🤗

Jangan lupa follow akun Zaynriz atau kalau kalian punya IG follow juga akun ini rizkamursinta31.

OH YA! Yang paling penting dari semuanya adalah ... Tetap jaga kesehatan ya guys! Cuci tangan, jaga jarak dan pakai masker!!!

SEE YOU NEXT EPISODE 👋🏻

Salam hangat, Zaynriz💕

40 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang