Chapter 196 : Kerinduan

2.3K 169 16
                                    

Happy Reading 💕
.
.
.
Enjoy 💕
.
.
.
❤❤❤

Suara tangisan menyambutku begitu pilu. Isakan yang tak kunjung usai, bergeming di telingaku. Aku merasakan genggaman yang begitu erat di tanganku. Seolah tak mau untuk dilepas. Air matanya yang mengalir begitu deras, terasa basah di tanganku.

Mataku terasa berat untuk dibuka. Seluruh tubuhku terasa kaku, enggan untuk bergerak. Namun tangisan itu menarik atensiku. Terasa memanggilku untuk segera bangkit dari tidurku yang panjang.

Sebentar? Bukankah aku sudah mati? Terakhir kali, kuingat tangan ini menancapkan sebilah pisau tajam di perutku. Membuatku tak sadarkan diri dan melupakan segalanya.

Aku terjebak dalam ruang hampa yang begitu gelap. Tak tau arah dan tak ada siapapun di sana. Namun aku sempat bertemu cintaku di sana. Hingga, sesuatu menarik tubuhku dan menghempaskanku jatuh begitu dalam. Aku tak mengingat apapun setelah itu.

Kini isakan tangis itu terdengar menusuk telingaku. Tangisan yang begitu pilu, begitu rapuh hingga membuat hatiku terhanyut dalam kepedihan.

Aku memaksa kelopak mataku yang kaku. Membukanya perlahan, membiarkan cahaya nakal masuk ke celah netraku.

Telingaku berdengung, begitu perih. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Membiarkan bias cahaya masuk ke dalam netraku. Awalnya semua nampak begitu samar. Hingga perlahan-lahan sosok pemuda yang begitu aku rindukan, nampak jelas di mataku.

"W-w-i-i-nn..." ucapku tertatih.

Wajah itu nampak begitu pucat, bahkan tak ada kebahagiaan yang terpancar dari sana. Air matanya yang mengalir deras, membuatnya terlihat semakin menyedihkan.

"W-i-n?" ucapku dengan susah payah.

Benda apa ini yang menutup hidung dan mulutku? Membuatku susah untuk bersuara. Aku hanya bisa menggerakkan jari-jemariku yang digenggam erat olehnya.

"Win, apa benar ini dirimu? Apa aku bermimpi?" ucapku dalam hati.

Mulutku terasa kaku, suaraku terasa habis. Aku tak bisa berucap lagi. Namun tak apa, setidaknya tanganku bisa merasakan hangatnya genggaman tangan mulus itu. Dia benar-benar Winku. Win yang sangat aku cintai.

.
.
.
.
.

Author POV:

Di tengah ruangan 5x5 meter. Terlihat seorang pemuda yang terduduk di atas kursi dengan tangan yang menggenggam erat tangan pasien yang terkulai lemas di atas ranjang.

Pemuda itu merebahkan kepalanya di atas tubuh pasien. Air matanya tak kunjung surut. Dia telah menangis sepanjang hari, di pangkuan sang kekasih yang tertidur panjang di atas ranjang pasien.

Win Metawin, lelaki itu nampak begitu menyedihkan. Dia menggenggam erat tangan Bright seolah tak mau ia lepaskan. Sudah 3 hari lamanya dia menjaga Bright yang mengalami masa kritis selama satu minggu.

Tepat setelah Bright menusukkan sebilah pisau di perutnya. Membuatnya kehabisan banyak darah dan dilarikan ke rumah sakit lain. Kini, Bright dirawat di salah satu rumah sakit elit di kawasan Jakarta Utara.

Dia mengalami masa kritis setelah tubuhnya di operasi. Sudah seminggu berlalu, namun Bright tak kunjung membuka matanya.

Win, pemuda manis itu kembali ke Jakarta. Setelah kakaknya menelfonnya. Mengatakan semuanya kepada Win. Mengatakan betapa buruknya keadaan Bright saat ini. Bahkan lelaki itu sampai gila dan bunuh diri karena merindukannya.

Win tak sampai hati. Dia melepas egonya, membuang kepedihan di hati dan berangkat ke Jakarta secepat yang ia bisa. Hatinya begitu kacau saat mendengar lelaki yang ia cintai terkulai lemas di atas ranjang rumah sakit dengan kain berwarna biru muda yang menempel di tubuhnya.

Sudah tiga hari, dan selama itu Win tak berpindah dari posisinya. Tetap duduk di sisi Bright, menggenggam tangannya erat, menangis sepanjang hari. Sembari berdoa, agar Bright segera bangun.

"Mas... Kumohon kembalilah. Aku di sini. Aku sudah ada di sini mas. Aku di sini untukmu. Jadi cepatlah sadar. Aku di sini menunggumu. Aku sangat merindukanmu. Maafkan aku yang begitu telat. Sekarang aku sudah di sini. Ayo kita mulai semuanya dari awal. Aku berjanji, jika kamu sadar. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, mas. Jadi kumohon bangunlah. Bangunlah mas..."

Win kembali menitikkan air matanya. Menjatuhkan wajahnya di atas pangkuan sang kekasih. Menggenggam tangannya erat. Berharap kekasihnya akan segera bangun dan menatap wajahnya.

Begitu lama ia menunggu. Hingga matanya tak sanggup menahan rasa kantuk. Win tertidur. Ia tak tau. Tanpa sadar, jari jemari yang ia genggam perlahan bergerak.

"W-w-i-i-n." satu kata yang terdengar samar menusuk pendengaran Win.

Win yang setengah tidur, perlahan membuka matanya. Tangannya yang lembut, merasakan sesuatu yang aneh. Jari jemari Bright mulai bergerak di tangannya. Sontak Win terbangun.

Dia menoleh ke arah Bright. Matanya membelalak sempurna. Dia melihat Bright telah sadar. Bahkan lelaki itu menoleh ke arahnya. Dia terlihat mengucapkan beberapa kata, namun Win tak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Mas? Mas Bright? Mas udah bangun? Mas?"

Win nampak begitu riang. Dia mengelus pipi Bright. Menggerak-gerakkan bahu lelaki itu. Memastikan apa benar yang ia lihat, bahwa kekasihnya telah siuman.

Bright terus berucap, namun Win tak begitu memperhatikannya. Dia terlalu bahagia. Air matanya bahkan terus mengalir bagaikan sungai.

"Dokter!!! Dokter!! Dokter! Bright sudah sadar!!! Dokter!!!!" Teriak Win begitu lantang.

Dia memanggil dokter untuk segera memeriksanya. Tak berselang lama, dokter pun datang bersama seorang perawat cantik di belakangnya.

Mereka memeriksa Bright begitu intens. Win melihatnya dengan seksama. Dia sedikit gelisah, menunggu hasil pemeriksaan dari dokter.

Tak berselang lama, suara langkah kaki yang begitu riuh datang mendekat. Mereka adalah orang tua Bright yang menunggu di luar ruangan. Mereka begitu bahagia saat mendengar anaknya telah sadar.

"Bagaimana dok?" tanya Win gelisah.

"Saudara tenang saja. Pasien sudah melewati masa kritisnya. Sekarang keadaannya belum stabil. Saya akan memberikan beberapa resep untuk pasien. Nanti perawat yang akan membawakan obatnya. Untuk saat ini biarkan pasien beristirahat terlebih dulu."

"Ah, syukurlah. Baik dok terimakasih." ucap Win.

Dia begitu lega melihat Bright akhirnya terbangun. Win mendekat, dia kembali duduk di samping tubuh Bright.

Wajahnya yang berseri, menatap dalam netra Bright yang tak lepas menatapnya sejak tadi.

Win menggenggam erat tangan kekasihnya. Mengusap lembut surai rambut yang nampak begitu kusut. Mereka saling menatap satu sama lain. Menyampaikan rasa rindu yang teramat dalam. Mengabaikan Davikah dan Sunny yang melihat keduanya dari ambang pintu.

Sunny mengerti, dia membiarkan Win berdua dengan anaknya. Dia menarik tubuh istrinya untuk diajak keluar bersamanya.

Hari itu, menjadi hari yang sangat indah. Karena sepasang kekasih, kini kembali bertemu dan menyalurkan perasaan rindu yang mereka pendam begitu lama.

Hari itu Win dan Bright menikmati waktunya dengan bertatapan dan menggenggam erat satu sama lain. Tak ada sepatah katapun yang terucap. Mereka memilih diam dan menikmati waktunya dengan keheningan dan tatapan kerinduan.

Kedunya begitu bahagia. Hingga tak perlu berucap untuk memahami seberapa besar rasa rindu yang telah mereka simpan. Mereka tau, Cinta itu masih ada. Rindu itu begitu besar. Hingga, hanya dengan tatapan saja. Mereka telah mengerti perasaan satu sama lain.

.
.
.
-TBC-

MY DRIVER AU PART-2 [COMPLETED ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang