Chapter 194 : Gila

1.9K 168 69
                                    

Happy Reading 💕
.
.
.
Enjoy 💕
.
.
.
❤❤❤

Hari ini, seperti biasa Bright bangun dari tidurnya. Menghirup aroma obat-obatan yang menyengat khas rumah sakit. Punggungnya terasa sakit. Dia tidak bisa berkutik sebelum suster datang membantunya duduk di kursi roda.

Pagi itu, dia ingin menenangkan dirinya dengan berkeliling di halaman rumah sakit. Setidaknya, ia ingin menghibur hatinya yang hampa. Tangannya dengan ringan menekan tombol di gagang kursi roda. Membuat kursi roda itu bergerak secara otomatis.

Udara di halaman rumah sakit begitu sejuk, banyak tanaman hijau, bunga bermekaran dan kolam ikan dengan air mancur yang menyembur indah. Matanya yang tampak sayu, kini berbinar memandang ke sekitar.

Namun suasana damai itu perlahan lenyap, tatkala Bright melihat dua orang yang ia kenal sedang duduk di dekat kolam. Mereka nampak serius membicarakan sesuatu.

"Nan, bagaimana hasilnya? Kau bertemu dengannya kan?" ucap Davikah serius.

Nani, orang yang duduk di samping wanita itu. Nampak begitu murung, wajahnya dipenuhi raut kekecewaan.

Bright mengerutkan dahinya, mengarahkan kursi roda agar mendekat ke arah mereka. Dia bersembunyi di balik bambu kuning, sembari mendengarkan percakapan Davikah dengan sahabatnya, Nani.

"Maaf tante, aku tidak bisa membawa Win kembali," ucap pemuda itu lesu.

"Ck! Kenapa dia begitu keras kepala! Apa dia tidak punya hati nurani? Anakku sangat membutuhkannya di sini. Kenapa dia begitu sombong! Dia pikir dia siapa!" ucap Davikah kesal.

"Tan! Jangan keras-keras! Nanti Bright dengar!" ucap Nani panik.

"Ah, maaf. Tante terbawa emosi. Tante gak habis fikir, kenapa Win begitu tega. Dia bahkan tau tentang kondisi Bright. Tapi dia tidak mau mendengarkan siapapun dan tetap memilih tinggal di sana."

"Apa tante benar-benar sudah minta maaf padanya? Win begitu sakit hati. Bahkan padaku saja, sikapnya sangat dingin. Padahal aku tidak memiliki dosa padanya."

"Jadi maksudmu, tante berdosa padanya?"

"YA IYALAH, PAKE NANYA LAGI!!" sembur Nani.

PLAK!

Satu pukulan telak mendarat di kepala Nani. Pemuda itu nampak memekik kaget dan merintih kesakitan.

"Aw, tante sakit!"

"Maaf, tangan tante gatal. Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita harus membawa Win kembali. Bagaimanapun caranya, Win harus kembali. Dia harapan kita satu-satunya untuk menyembuhkan Bright. Tante sudah tidak kuat melihat keadaan Bright yang semakin memburuk."

"Bukan tante saja, aku juga tidak kuat. Tiap hari dia mengamuk seperti kesurupan. Bahkan perawat saja selalu mengeluh padaku. Mereka takut, setiap masuk ke kamar Bright. Syukurlah sekarang ada perawat baru yang sabar merawatnya."

"Hm, jangan di bahas lagi. Tante jadi semakin khawatir. Besok, tante akan berangkat ke Thailand. Akan tante usahakan supaya Win mau kembali ke Jakarta. Kau jaga Bright di sini! Jangan pernah membahas tentang Win di depannya. Dia bahkan tidak tau keberadaan Win saat ini. Tante tidak mau kondisinya memburuk."

"Tentu saja, tante tidak perlu mengatakan hal itu lagi padaku. Aku bahkan lebih tau dari tante. Bright sangat sensitif dengan nama Win. Jangankan menyebut namanya, membawa barang yang berbau dengan masa lalu mereka saja sudah membuat Bright kumat."

Mereka berdua menghela nafas berat. Menatap pancuran indah dengan raut wajah yang begitu lemas.

"Jadi, kalian tau keberadaan Win?" suara tegas itu tiba-tiba muncul dari balik bambu kuning tempat Davikah dan Nani duduk.

MY DRIVER AU PART-2 [COMPLETED ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang