2. Jadi yang tak diinginkan

54 17 2
                                    


Kring... kring... kring

Terdengar bunyi alarm yang membangunkan seorang gadis yang bersembunyi dibalik selimut. Dia mematikan jam dan segera menuju kamar mandi. 30 menit Setelah itu, dia keluar menggunakan seragam sekolah.

Baju lengan panjang putih dengan lapisan abu-abu dan rok pendek diatas lutut. Dia melepas rambutnya dan menyambar tas sekolah. Dia turun kebawah dan wajahnya seketika berubah.

"Pagi bi," sapanya pada bibi yang baru saja nyelesai pekerjaan menghidangkan makanan.

"Pagi non".

"Ayo non sarapan." Gadis itu duduk dengan wajah ditekuk. Bibi sangat tau apa alasannya dan memilih untuk diam.

"Papa sama Mama ga pulang ya Bik," tanyanya dengan wajah lesu.

Ingin sekali rasanya dia makan bersama seperti kecil dulu. Keluarga kecil mereka yang hidup sederhana namun bahagia. Tidak seperti sekarang yang kebahagiaan itu menghilang tanpa jejak.

Bibi hanya tersenyum
"Gak non soalnya mereka ada kerjaan penting," jawabnya.

Dia hanya mengangguk.

Dia sangat tau bagaimana orang tuanya saat ini. Tidak memperhatikan bahkan memarahinya cuma hal sepele. Bahkan hubungan papa dan mamanya pun sudah mulai tidak jelas karna keasikan kerja masing-masing.

Ketika mau sarapan, ada dua orang memasuki ruangan. Gadis itu segera berdiri.

"Pagi pa, ma," sapanya.

Ia segera menuju tempat kedua orang tuanya. Dia hendak mengajak keduanya untuk sarapan. Walaupun keduanya suka kasar pada Alea namun dia tetap menganggap mereka orangtuanya.

"Ma, Pa, sarapan bareng yok, bibi masak banyak," ujarnya menawarkan.

"Saya sibuk," jawab sang Papa.

"Saya ingin balik kekantor", lanjut mamanya. Dia menahan air mata. Ingn sekali dia makan bersama orangtuanya.

"Tapi ma, pa--"

"Sana sarapan sama bibi", Potong papanya

Dia terdiam dan melirik bibi, panggil aja bi Hira. Bi Hira sangat Tau perasaan gadis itu namun dia tidak ingin ikut campur urusan keluarga  ia hanya bisa  tersenyum.

"Tapi aku kangen bareng kalian,"ujarnya dengan suara serak.

"Non Alea sini kita sarapan dulu, nanti non telat."

Ya, gadis itu adalah Alea Laura Axvel. Gadis cantik dengan rambut terurai menutupi sebagian wajahnya. Bibir ranum nan mungil itu menjadi ciri khas seorang Alea. Badan tinggi semampai, rambut hitam pirang Sepinggang yang menjadikan tampak sempurna.

Rambut itu tidak diwarnai nya namun itulah rambutnya yang sedikit pirang diujung. Iris mata coklat terangnya membuat siapapun tidak bisa berkedip.

Siapa yang tidak tau dia? Cewek kutu buku yang selalu menorehkan prestasi di sekolah. Pendiam dan suka menyendiri itulah dia.

Tidak ada yang tau dibalik sifat diamnya. Itu dia kubur dalam-dalam hingga tidak ada satupun yang mengetahui nya. Namun siapa sangka? Cowok nakal, berandalan, tiap bentar masuk ruang BK, dia mengetahui rahasia dibalik diri Alea.

"Kamu hanya BEBAN" ujar Shafira-mamanya menekan satu kata terakhir. Dia terdiam, dia sudah sering mendengar kata itu.

"Kamu tidak pernah diinginkan di dunia ini!" ujar papanya kemudian.

Hal itu membuat hatinya lebih teriris. Bagaimana tidak, orangtuanya yang tidak pernah menginginkan nya?

"Iya, aku hanya beban. Aku bahkan sudah tidak diinginkan disini," batinnya.

Mereka pergi lagi, keduanya tidak peduli apakah Alea sedih atau gimana. Mereka hanya memikirkan kerjaan di kantor yang sampai melupakan anak semata wayangnya. Bukan! Aleabukan anak tunggal. Bahkan karna 'DIA' lah Alea menjadi seperti ini.

"Alea yang kuat, gadis yang bisa melewati semuanya".

"Tapi, Alea cape BI."

"Sudah non. Lebih baik sekarang ke sekolah ya? Nanti non telat loh"

Alea mengangguk. Ucapan bi Hira membuat hatinya sedikit tenang. Dia memeluk bibi dan bi Hira membalasnya. Dia sudah menganggap anak majikannya itu anaknya sendiri.

"Makasih bi," ujarnya. Dia sangat ingin merasakan pelukan seorang ibu dan itu dia dapat dari pembantunya sendiri.

Selesai sarapan dia menuju bi Hira yang di dapur.

"Bi, Alea berangkat dulu ya," bibi mengangguk dan dia menyalami tangan bibi.

"Eh jangan non, tangan bibi kotor", ujarnya menjauhkan tangan nya itu.

"Gak apa-apa bik, kan bibik juga orangtua aku," ujarnya membuat bi Hira tersenyum. Setelah menyalami Alea segera menuju sekolahnya dengan berjalan kaki.

Jarak rumah dari sekolahnya tidak terlalu jauh, hanya saja butuh waktu 30 menit untuk sampai disana. Menurutnya berjalan membuatnya bisa menikmati suasana pagi.

Jam masih menunjukkan 06.30 sedangkan dia masuk pukul 07.30. masih ada satu jam lagi buat dia menghabiskan waktu dengan buku-buku nya.

Tidak ada yang tau rupa dibalik rambut Alea. Disekolah dia selalu menunduk tanpa memperlihatkan wajahnya. Hanya sedikit yang tau ketika dia melihat keatas atau sebagainya.

Dia berjalan di koridor, banyak bisikin yang membicarakan dirinya. Namun yang menjadi masalah bukan dari dirinya tapi seorang cowok berandalan, nakal, ketua geng dan tiada hari baginya tanpa keruangan BK.

Dia itu Alfan Pranaja Xendrick. Cowok paling dikagumi satu sekolahan. Badan yang tinggi, mempunyai iris mata hitam pekat dan rambut yang disisir rapi ke belakang.

Tiba-tiba dia melewati Alea dan berbisik ditelinganya.

"Gue tau rahasia lo, Alea," ujar Alfan. Dia terkejut namun mengembalikan ekspresi nya semula. Dia melihat cowok itu sekilas melalui sedikit rambut yang menutupi matanya lalu juga beranjak pergi.

Namun tidak ada yang tau bahwa ada seseorang dibalik dinding melihat kejadian itu.

"Gue akan membuat hidup lo menderita!!" ujarnya berlalu pergi.

_______________________________________

Siapa rupa dibalik dinding itu? Apakah memiliki dendam dengan gadis cantik? Atau pria yang di dekatnya?

Pantanginn cerita ini! 

Vote and comen

See you

Salam manis
~queenri~ 

BEBAN [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang