Pembelajaran pagi ini dimulai. Alea menyimpan novel yang dibacanya di dalam laci meja. Tak lama datang buk Siska, guru matematika mereka."Pagi anak-anak," sapanya.
"Pagi buk." Semua serentak menjawab guru cantik di depannya.
"Hari ini kita ulangan dadakan! Silahkan keluarkan alat tulis dan simpan semua buku yang berhubungan dengan matematika", ujarnya kemudian membuat semua murid membulatkan mata sempurna.
Selalu saja begini, diberikan ulangan dadakan tanpa persiapan apapun. Mereka menurut dan menyimpan semuanya walaupun masih ada yang mendumel.
Ujian diadakan dengan gerisak gerisik manusia yang mencari makan, eh maksudnya mencari jawaban. Tanya kanan, kiri, depan, belakang namun tiap bentar melirik guru agar tidak ketahuan.
Sekarang tujuan mereka semua pada gadis dipojok belakang sebelah kiri. Dia mengerjakan ujian dengan tenang. 20 menit kemudian dia mengumpulkan lembaran membuat yang melihatnya membuka mulut lebar.
Bagaimana tidak, mereka baru saja ingin bertanya namun dia langsung memberikan jawaban kepada buk Siska. Keadaan jadi hening, mereka pasrah dengan kertas banyak coretan diatas meja.
"Bagus, Alea silahkan duduk," puji buk Siska lalu Alea kembali ketempat duduknya semula.
Dia kembali mengulurkan tangan dalam laci meja dan mengambil buku yang lumayan tebal. Ia menyelesaikan latihan yang ada disana. Waktu masih lama lagi dan latihan telah dia kerjaan.
"Buk, permisi ke toilet," ujarnya.
Buk Siska mengangguk lalu dia berdiri dan berlalu begitu saja. Teman mereka menyayangkan kepergian Alea.
Di toilet Alea merapikan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya. Dia sempat berfikir kenapa dia tidak mau memperlihatkan wajahnya. Namun kejadian yang lalu membuatnya kembali menutup sebagian wajahnya.
Awalnya sudah ada niat nya untuk memperlihatkan tapi kejadian itu kembali terngiang di benaknya.
Dia mencuci tangan lalu keluar toilet dan berjalan di koridor namun dia dihadang oleh ketua geng perusuh itu. Sebenarnya geng itu bukan perusuh tapi bagi Alea, geng itu membuatnya menutup telinga jika melewati siswi-siswi. Kalian pasti tau kan?
"Lo cantik, jangan tutup muka Lo", ujar Alfan datar namun ada tatapan kerinduan diwajahnya.
Ya, dia Alfan si ketua geng perusuh. Mata Alea sedikit membulat. Kenapa cowok ini tau wajahnya? Apa dia tadi mengintip di toilet? Tapi tidak mungkin karna tidak ada celah mengintip.
Perlahan tangan Alfan menyingkirkan rambut Alea namun tangannya ditahan dan Alea menggeleng. Dia tidak akan membiarkan seorangpun disekolah ini melihat wajahnya.
"Kenapa?" tanyanya.
Alea tetap menggeleng dan Alfan mengangguk menciptakan keheningan. Alfan berdehem karna alea memegang tangannya terlalu lama. Ketika sadar, Alea langsung melepaskan tangannya dan memalingkan wajahnya kesamping.
Alfan sedikit terkekeh melihat tingkahnya. Dia mengizinkan Alea pergi dan kembali ke kelasnya. Alea masih belum stabil. Kejadian tadi membuat pengaruh besar ditubuhnya.
Dia kembali ke kelas. Bisa dilihat telah banyak siswa yang mengumpulkan lembaran jawaban. Tak lama bel istirahat berbunyi. Dia tetap dikelas membaca novelnya. Keadaan seketika ribut dan mereka keluar untuk memberi makan cacing dalam perut mereka.
Ada dua orang gadis menuju ke mejanya. Gadis yang paling tinggi bernama Megan Clary Gutama. Rambut pirang, iris mata coklat gelap dan bibir merah ranum bak buah Berry. Tinggi yang sedikit melebihi Alea dan mulut yang cerewet.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEBAN [Slow Up]
Teen FictionAlea Laura Axvel Hanya gadis biasa yang sekarang tidak merasakan kasih sayang kedua orang tua? Namun ia mendapatkan itu dari 'teman barunya' Ketika ia sudah mulai bisa tertawa kenapa lagi lagi harus dihancurkan. Kenapa temannya malah membencinya. D...