Motor itu berhenti disampingnya. Ketika orang itu membuka helm, Alea terkejut. Dia adalah Alfan.
"Naik," ujarnya.
Alea cuma melihat sekilas. Dia hendak pergi namun tangannya ditahan Alfan.
"Naik!" Bukan ajakan lagi tapi perintah. Tapi Alea tetaplah gadis keras kepala. Ia kembali menggeleng. Ia akan pulang jalan kaki menuju rumahnya. Tidak akan mengizinkan siapapun mengetahui rumahnya.
Alfan turun dari motornya. Ia mengangkat tubuh Alea ke atas motor membuat gadis itu merutuk kesal. Tanpa bertanya, Alfan memasang helm di kepala gadis itu dan naik kembali ke atas motor
(Jujur gue baper😭 -author-)
Dia melajukan motor kencang, biasalah modus seorang cowok. Dengan sengaja ia rem mendadak hingga gadis itu memeluknya. Namun, ternyata Alea hanya memegang kedua bahunya agar tidak terjatuh.
Dia kembali melajukan motor menuju rumah Alea. Ketika tiba didepan rumah, Alfan membuka helm-nya dan alea melotot. Jadi cowok itu tau tempat tinggalnya?
"Lo tau darimana rumah gue disini?" tanyanya.
Alfan mengangkat bahu acuh. Dia kembali memasang helm itu dikepalanya.
"Gue duluan, obati luka lo."
Sebelum membalas perkataan cowok itu, dia melajukan motornya dan berbelok ke rumah disamping rumah Alea.
Matanya sukses membulat sempurna. Jadi cowok itu tinggal disana. Ia masih tidak percaya. Akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya.
"Siang, bi."
"Siang non, udah pulang?"
Alea mengangguk kecil menjawab pertanyaan bik Hira.
"Alea langsung keatas ya, bi," ujarnya lagi segera menuju kamarnya.
Ia mengganti pakaiannya dengan baju lengan panjang warna hijau army dan celana jeans panjang warna dongker. Sebelum itu dia telah membersihkan lukanya agar tidak infeksi.
Hari ini, hari yang panjang baginya. Ketika belajar membuka diri, dia mengetahui sedikit tentang orang lain. Sifat teman barunya, kehebohan geng rusuh, rumah Alfan dan sebagainya.
Dia sungguh tidak percaya, akan mendapatkan seorang teman. Hobinya yang membaca buku tetap selalu ada padanya. Ua duduk dimeja belajar dan kembali membaca cerita yang belum dia selesaikan.
Merasa bosan dia menuju tempat alat musik dikamarnya. Dia membuka piano yang berada didekat sudut jendela. Tangannya menari menekan tuts piano yang mengeluarkan nada nada indah. Karna terbawa suasana, tangannya yang sedikit gemetar dan bunyi piano yang masih mengalun indah.
Air matanya menitik, kenangan manis bersama keluarganya dulu kembali terngiang dikepalanya. Ketika dia mengikuti lomba piano, kedua orangtuanya selalu hadir bahkan memberikan dukungan yang kuat untuknya.
Namun sekarang itu tidak ada lagi. Hanya dia seorang diri yang bisa mendengar alunan itu. Tapi tanpa dia sadari, seseorang disamping rumahnya masih setia memperhatikan dibalik tirai kamar.
Dia berhenti memainkan piano dan menghapus jejak air matanya. Dia membuka buku bersampul biru laut dengan kunci kecil tergantung diujungnya.
Perlahan tangannya menari menorehkan tinta pena ke kertas kosong.
Dear my favorite parents
Setiap doa yang ku ucapkan
Ku berikan itu untuk kalian.Pa... Ma...
Lea kangen kalian. Lea ingin bersama kalian. Lea ingin seperti dulu.Kalian bilang akan tetap bersama, namun kalian sekarang melupakan Lea. Bahkan kalian tidak menginginkan kehadiran Lea.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEBAN [Slow Up]
Teen FictionAlea Laura Axvel Hanya gadis biasa yang sekarang tidak merasakan kasih sayang kedua orang tua? Namun ia mendapatkan itu dari 'teman barunya' Ketika ia sudah mulai bisa tertawa kenapa lagi lagi harus dihancurkan. Kenapa temannya malah membencinya. D...