8. Kehadiran anggota baru.

21 2 0
                                    

Alea memberhentikan mobilnya di depan taman kota yang sangat terik pada siang itu. Matanya melihat ke arah bangku yang biasa ia duduki ketika kecil. Bahkan tanpa sadar ia menangis termenung di bangku taman.

Masih teringat bagaimana bahagianya kehidupan yang lalu. Kejadian yang selalu membuatnya tertawa. Tanpa ia sadari, dua orang melihatnya dengan wajah garang.

"ALEA ! PULANG KAMU!"

Alea yang terkejut langsung menghapus air matanya dan melihat ke depan. Dimana kedua orangtuanya menatapnya marah. Dia merasa tidak melakukan kesahalan apapun.

"Iya"

Ia kembali memasuki mobil. Menancap gas menuju rumah yang hanya beberapa menit sampai. Ada rasa was-was ketika ia memasuki rumah. Hawanya terasa sangat tidak enak ditambah dengan papa mama nya menatap tajam ke arahnya.

Matanya menangkap satu sosok yang asing. Seorang gadis dengan wajah cantik dan rambut sebahu yang ikal. Ia tersenyum sinis melihat alea yang duduk di sofa lainnya di ruang tamu.

"Ini Tsania anak angkat kami. Mulai sekarang kami akan sering di rumah. Semua pekerjaan rumah kamu yang mengerjakan! Awas saja ada sedikit debu yang terlihat di mata saya. Saya tidak akan segan menyiksa kamu. Paham!"

Alea mengangguk mendengar ucapan Papanya. Buat apa mereka mencari anak angkat sedangkan disini ada anak kandungnya. Apa dunia emang sekejam ini?

Tsania berjalan ke arah Alea. Membisikkan sesuatu yang membuat gadis itu sedikit terkejut. Tanpa segan pun Tsania menarik kuat rambut pirang Alea.

"Selamat merasakan penderitaan kembali Alea," bisiknya.

Alea merinding mendengar bisikan itu. Otaknya langsung berjalan mendengar kata 'kembali' dari mulut gadis itu.

"Sayang, udah sini. Buat apa kamu dekatan sama anak pembawa sial itu. Lebih baik kita shopping yuk?" ujar Shafira–Mamanya.

Tsania tersenyum senang.

"Ayok, Ma! Aku mau beli baju baru. Soalnya liat baju aku sedikit terus udah mulai kusam juga," ucapnya berpura sedih.

Angga–Papa Alea terkekeh, "yaudah makanya kita belanja sesuka kamu."

Mereka bertiga meninggalkan Alea sendiri di ruang tamu. Bahkan dia saja tidak pernah di panggil sayang oleh keduanya. Tapi kenapa pada gadis itu?

Ia memasuki kamar untuk mengganti pakaiannya. Setelah itu berjalan ke luar membersihkan rumah yang sangat besar ini. Biasanya bukan bik Hira yang membersihkan nya. Tapi ada beberapa pelayan di rumahnya yang khusus untuk membersihkan rumah.

Mereka hanya datang ketika pagi dan pulang ketika sore. Sangat jarang ia bertemu pelayan itu. Sekarang malah kedua orangtuanya memecat mereka.

Senyumannya selalu terlihat ketika mengepel ruang tamu. Hal itu yang membuatnya terus bahagia.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ketiga orang yang pergi tadipun sudah kembali lagi. Namun, ia baru saja menyelesaikan pekerjaan di lantai bawah.

"Heh Anak pembawa sial! Kenapa kamar ini belum kamu bersihkan hah? Apa otak kamu tidak bisa berpikir kalau kamar ini akan di pakai Tsania!" Sorak Shafira dari lantai atas.

Kamar itu tepat di sebelah kamar Alea. Ia berlari ke atas dan berdiri di depan pintu.

"Udah ma. Mama ke bawah aja, biar aku yang urus anak anjing satu itu." Shafira menoleh ke arah Tsania lalu mengangguk.

"Oke sayang. Siksa aja sesuka hati kamu," ujarnya berlalu pergi.

Alea terus merasakan hatinya sakit melihat interaksi kedua orang itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BEBAN [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang