"Thanks," ujar Alea yang dibalas dengan anggukkan.
Mereka saling diam tanpa tau apa yang dipikirkannya. Tidak lama bi Hira datang membawa makanan ringan dan 2 gelas jus. Sontak Alea terkejut dengan kedatangan bi Hira tiba-tiba.
"Hai non," sapanya.
Alea sontak langsung melihat. Matanya melotot, Alfan masih disini dan ketahuan duluan. Dia hanya diam menunduk.
"Maaf bi," ujarnya.
"Kenapa non?"
"Hm, a-aku bawa cowok ke kamar," ujarnya sedikit gemetar. Bik Hira tersenyum. Itu tidak masalah karna dari tadi dia memperhatikan mereka berdua dibawah.
"Haha, non non. Tidak masalah non bahkan bibi seneng non punya teman", ujarnya sedikit tertawa.
"Yasudah, ini makanannya. Bibi tadi liat kalian berdua nyanyi. Romantis soalnya," kekeh buk Hira.
Ia yang melihatnya saja menjadi iri melihat pasangan itu
"Hehe, iya bik. Bisa aja," ucap Alfan sambil tersenyum.
"Iya den, kamu anak tetangga sebelah kan? Bibi tadi liat kamu loncat dari balkon sana."
Bik Hira dapat melihat ekspresi
Alfan yang hanya menyengir tidak jelas.Tu-tunggu! Dia nyengir, salah bukan? Kenapa dia bisa senyum seperti itu. Lalu Kemana dinginnya hilang? Aneh!
"H-hah? Eh i-iya bi," ujarnya canggung. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tentunya. Bik Hira mengangguk dan izin pamit keluar.
"Bibi pergi dulu, non itu pacarnya dijagain jangan sampe lepas hehe."
Bik Hira langsung ngacir keluar sedangkan Alea melotot. Alfan hanya terkekeh mendengar ucapan bik Hira yang terdengar sedikit lucu.
"Maafin bibi ya, dia emang gitu," ujar Alea.
"Gpp, siapa tau nanti kata bibi jadi benaran," ujarnya sedikit menggoda Alea. Dia hanya diam menunduk. Pipinya lagi lagi memerah karna ucapan manusia ini.
Oh tidak, jangan sampe baper. Bisa saja itu hanya lelucon dan bercanda. Jangan anggap benaren!.
"Haha, lucu lo kalo lagi gitu," ujar Alfan tertawa.
"Dimana sifat dingin lo?"
Pertanyaan dingin itu menyadarkan Alfan hingga dia terdiam. Bahkan sedikit terhenyak dengan ucapan Alea. Dia berfikir, dia kenapa bisa seperti ini? Seketika keadaan kembali hening.
Alfan meneguk jus itu tandas hingga habis. Alea terpaku pada leher cowok itu, jakunnya yang bergerak seiring tegukan air. Ia sadar ketika Alfan meletakkan gelas itu dimeja kembali.
"Gue liat lo," ujarnya seketika.
"Hah?"
Alea terlihat bingung, apa yang diliat makhluk satu ini? Di keningnya terbentuk angka sebelas membuat Alfan menjentikkan.
"Aduh, sakit nyet," ujar Alea kesal
Ia mengelus keningnya yang terasa sedikit sakit. Tanpa ia sadari, bibirnya maju kedepan menahan kesal.
"Minta gue ituin hm bibir lo?" goda Alfan lagi.
Seketika Ia mengembalikan wajahnya seperti biasa, datar.
"Gue tadi liat apa yang lo kerjain. Terpukau liat gue?"
Alea menatap tajam Alfan yang masih di depannya. Rasanya seluruh aliran darahnya menuju ke pipi. Alfan terkekeh lalu mengelus pucuk kepala Alea lembut membuat sang empunya melihat tepat matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEBAN [Slow Up]
Teen FictionAlea Laura Axvel Hanya gadis biasa yang sekarang tidak merasakan kasih sayang kedua orang tua? Namun ia mendapatkan itu dari 'teman barunya' Ketika ia sudah mulai bisa tertawa kenapa lagi lagi harus dihancurkan. Kenapa temannya malah membencinya. D...