BAB 6

35 11 9
                                    

" Buset dah, demi Pak Sutri ( Sopir pribadi) otak gue pengen pecah aja ." Wardana terus saja mengomel . Masalah Cuma satu, pelajaran matematika. Ia sangat tidak menyukai pelajaran matematika karena menurut itu hanya mempersulit otaknya. Cuma satu soal saja tapi Jawaban bisa beranak sampai tujuh turunan. Ia mikir bahwa kenapa ia harus berusaha belajar matematika kalau besar nanti ia akan menjadi Guru Taekwondo di perguruan ayah nya.



" Ini semua juga gegara Lo War, coba aja tadi Lo nggak ngegas ke Pak Sam (Pak Sam adalah Guru matematika yang juga wali kelas Jefran) soal masalah tugas. Dah baik kita di kasih 10 soal aja , eh pas.lo ngegas si Bapak ikutan ngegas dan nambahin soal jadi 50 nomer." Jawab Reva yang kelihatannya sudah tak memiliki semangat hidup.

Tugas yang di berikan Pak Sam itu deadline nya seminggu kemudian tapi bisa di bayangkan berapa lembar buku yang akan mereka habiskan untuk menulis Jawaban matematika.( Author rasa mereka seperti seorang ilmuan matematika yang akan menulis angka- angka indah serta rumus-rumus cinta matematika di buku tugas mereka.)



" Yaelah Rev ama War . Kalian berdua ngomong aja nggak ada gunanya oi. Nggak ada hasilnya kalo kalian ngomel nggak jelas ama nih tugas, kalian ngomong pun tuh tugas nggak akan bergerak. Mending cepat beres-beres buat pulang kerumah" Rara sepertinya juga sudah mau gila. Mengingat soal-soal yang di berikan Pak Sam kepada kelas mereka saja sudah membuat mata hingga otak mereka ingin meledak.



Pak Sam memang sangat baik kepada murid-muridnya. Tapi jangan pernah sekali-kali membuat ia marah seperti mengomel bahwa tugas yang di berikan itu banyak. Maka dengan senang hati Pak Sam akan memberikan lebih banyak tugas yang diberikan nya. Bisa 5x lipat dari tugas sebelumnya.

Pak Sam memang the best.


Selesai membereskan buku-buku , mereka bertiga pulang ke rumah masing-masing membawa mobil mereka. Mulai hari ini dan seterusnya Rara akan membawa mobil ke sekolah . Sebenarnya dia tak mau membawa mobil ke sekolah karena alasan bahwa naik bus itu lebih enak di banding dengan membawa mobil sendiri. Tapi karena ancaman ayahnya yang mengatakan bahwa tidak akan memberikan uang saku tiap bulan membuatnya terpaksa membawa mobil ke sekolah. Uang saku yang di berikan Ayahnya itu biasa ia gunakan untuk membeli Novel di toko buku langganan nya.

Sehabis dari sekolah ia langsung menunju ke Toko buku untuk membeli Novel keluaran terbaru.


.


.


.


.


.


Tok ...

Tok...

Tok....

Suara ketukan pintu yang membuat seorang pria berumur sekitar 40 tahun terhenti dari kegiatan kantornya.


"Silahkan masuk"

" Makasih Boss"

" Jadi apa yang akan kamu sampai kan kepada saya , apakah sudah ada informasi mengenai anak itu?"

" Sudah Boss. Semalam anak buah saya melihatnya di minimarket dekat apartemen xxxx . Sepertinya ia tinggal di apartemen itu Boss. Anak buah saya memukuli nya . Tapi aman Boss, dia masih dalam keadaan hidup."

"Baik, kerja bagus kamu. Ingat yang saya katanya, kalian boleh saja memukul bahwa menyiksa dia tapi jangan sampai ia mati. Saya tidak mau dia mati di tangan orang lain selain saya."

" Baik Boss. Kalau begitu saya pamit dulu"

" Baiklah."




Pria itu kemudian Bagun dari tempat duduknya yang semula dan berjalan menuju kaca . Ia melihat pemandangan kota xxxx itu di sore hari yang menurut nya menggambarkan moodnya sekarang.

" Saya tidak akan membiar kan keluarga mu hidup tenang Bagas. Setelah apa yang kau perbuat 11 tahun . Walaupun kau telah tiada tapi saya tidak puas karna masih ada anakmu yang hidup"

 You And TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang