[13] Looking For You

2.6K 430 96
                                    

Sunghoon langsung menjatuhkan sepedanya sesampainya di halaman rumah. Tidak peduli sepedanya tergeletak di atas tanah tanpa menggunakan standar.

Kakinya langsung berlari menuju pintu rumah yang tertutup. Bisa dilihat dari luar bahwa rumahnya sangat gelap karena lampu yang tidak dinyalakan, tampak seperti tidak ada seorangpun di dalamnya.

Kenop pintu ia putar, dan ia terkejut karena pintunya tidak dikunci!

Panik, tentu saja. Dirinya tanpa basa-basi mengelilingi rumah untuk mencari si manis mungil bermata biru itu.

Ruang tamu, tidak ada. Ruang tengah, tidak ada. Dapur, tidak ada. Kamar Yeji, tidak ada. Kamar mandi, tidak ada. Halaman belakang, tidak ada.

Satu-satunya kemungkinan yang tersisa tempat si rusa itu berada adalah kamar Sunghoon.

Dengan napas yang terengah-engah dan boneka pinguin yang masih digenggamnya, ia memaksakan dirinya untuk menaiki tangga menuju kamarnya. Setelah sampai, ia langsung masuk begitu saja.

Namun apa? Nihil, kamarnya gelap dengan minim pencahayaan dari sinar matahari senja yang memasuki jendela.

Panik, takut, bingung, kalang kabut, gelisah, resah, khawatir, waswas, cemas, terkejut, tidak percaya, tercengang, dan lain-lain.

Surai hitamnya ia jambak kuat. Otaknya berusaha mengingat-ingat apa yang membuat si manis itu tidak ada di rumah ketika hari menjelang malam. Lalu ingatannya berhenti pada waktu Heeseung menghampirinya di rumah gucci.

Sial, Sunghoon merutuki perkataannya sendiri waktu itu.

Masih tidak terima dengan apa yang terjadi pada adiknya, pikiran Sunghoon kosong dan tidak bisa mencerna apa pun, jiwa aslinya melayang entah kemana dan ia hanya ingin sendiri tanpa ada seorang pun yang menginterupsi.

Mungkin itu sebabnya, mulutnya melontarkan kata-kata yang tidak seharusnya ia lontarkan, yang tidak sejalan dengan hatinya. Tanpa ia sadari, ia membuat dirinya kehilangan seseorang lagi setelah keluarganya.

Bodoh. Park Sunghoon menghabiskan harinya hanya dengan melakukan kebodohan.

Semua perkataan kasar yang ia tunjukkan kepada Heeseung ketika di rumah sakit dan di rumah gucci, sungguh, Sunghoon tidak menyangka ia yang melakukan itu. Ia merasa seperti ada arwah lain yang mengendalikan perkataan, pikiran, dan tubuhnya.

Sunghoon merebahkan setengah tubuhnya di kasur, boneka pinguin yang sedari tadi digenggamnya ia letakkan di kasurnya, dan tangannya beralih memukul-mukuli kepalanya sendiri.

Ia tidak tahu harus mencari kemana lagi, keberadaan Heeseung benar-benar tidak meninggalkan jejak.

Ketika sedang larut dalam pikiran dan kelelahannya dengan memejamkan mata sejenak, tiba-tiba ia merasa ada cahaya silau yang terpantul di wajahnya.

Matanya terbuka, dan menoleh ke arah sumber cahaya yang membuatnya silau. Yang ternyata berasal dari liontin kalung berbentuk pinguin yang terletak di atas nakas samping kasurnya.

Sunghoon langsung menyambar kalung itu, yang tak lain adalah milik Heeseung yang diberikan olehnya. Netranya menatap kalung itu lamat-lamat.

Kalau tidak salah, terakhir kali ia melihat Heeseung, sosok manis itu masih memakai kalungnya. Kalau kalung itu sekarang di sini, itu artinya Heeseung sempat singgah, lalu menghilang tanpa jejak.

Sunghoon merogoh celananya, mencari benda pipih panjang berwarna hitam. Dia langsung mencari nomor telepon seseorang, menekan tombol hijau dan meletakkan handphonenya di telinga.

"Halo?"

"Jongseong, aku butuh bantuanmu. Tolong bawa Jake juga."

┈━═☆Tԋҽ Dҽҽɾ☆━═┈

The Deer | HOONSEUNG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang