"Aku berangkat!"
YEJI menaiki sepeda elektriknya, bersiap berangkat ke sekolah yang belnya akan berdering 45 menit lagi.
Sunghoon berdiri di ambang pintu, masih menggunakan pakaian yang sama dengan ketika ia pergi latihan memanah.
"Hati-hati, jangan lupa antarkan surat ijinku ke sekolah ya!" Ujarnya memperingati, dan mendapat acungan jempol dari si adik.
"Siap! Hubungi aku kalau oppa butuh sesuatu untuk orang itu, aku tidak akan segan kok walaupun aku harus menggunakan sisa uang sakuku."
Sunghoon terkekeh, adiknya memang selalu pengertian. Ia melambaikan tangannya pada si adik yang mulai mengayuh pedal sepedanya menjauh dari lingkungan rumah.
Setelah dirasa batang hidung adiknya tak terlihat, Sunghoon kembali masuk ke rumah. Menutup pintunya namun tidak dikunci. Lalu merebahkan tubuhnya ke sofa ruang tengah, memejamkan mata dan merilekskan pikirannya.
Jika kalian bertanya, kemana orangtua Sunghoon dan Yeji? Kenapa sedari awal kedua orang paruh baya itu tidak diperlihatkan?
So, Sunghoon dan Yeji adalah yatim piatu. Kedua orangtua mereka sudah tiada semenjak tiga tahun lalu, tepatnya ketika Sunghoon baru menduduki bangku SMA, karena sebuah penyakit.
Ibunya menghembuskan napas terakhirnya tiga bulan setelah kematian sang ayah. Dan itu membuat Sunghoon sempat putus asa dan tidak tahu dengan apa yang harus ia lakukan untuk membiayai hidupnya dan adiknya yang waktu itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Namun mereka tidak berhenti untuk menuntut ilmu, dengan bantuan uang warisan dan uang hasil kerja paruh waktu Sunghoon. Mereka bersyukur, setidaknya masih ada sisa uang dan usaha untuk memenuhi hidup.
Mereka tidak pernah sekalipun berpikir untuk mencari tempat tinggal baru, yang dekat dengan sekolah atau daerah yang ramai orang. Karena dengan mencari tempat tinggal baru sama saja dengan menghabiaskan uang untuk hal yang sebenarnya sudah dimiliki, masih bagus dan masih berfungsi tetapi malah mencari yang lain.
Kuberitahu, rumah keluarga Park terletak di sebuah alam bebas yang tidak banyak diketahui orang. Hanya rumah mereka lah satu-satunya bangunan yang berada di lingkungan itu. Dengan kata lain, mereka hidup bertahun-tahun tanpa tetangga, jauh dari keramaian dan polusi kota.
(Nemu ini di internet, bagus banget astaga😭)
Keluarga Park memilih membangun rumah di dekat hutan dan perbukitan karena Nyonya Park suka dengan ketenangan, Tuan Park yang mencintai alam bebas, dan Sunghoon yang membutuhkan tempat untuk melatih kemampuan memanahnya tanpa harus pergi ke tempat pelatihan di kota.
Sedangkan Yeji masih kecil, belum mengerti apapun.
Perlu diketahui juga bahwa Sunghoon dan Yeji selalu berangkat sekolah bersama dengan sepeda elektrik masing-masing yang didapat dari ayah kesayangan mereka. Membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk sampai ke sekolah karena jaraknya memang sangat memakan waktu, apalagi rumah mereka yang jauh dari kota.
Okay, kembali ke Sunghoon yang saat ini masih memejamkan mata.
Bruk!
Sunghoon membuka mata, lalu menoleh ke sumber suara yang datangnya dari lantai atas, tepatnya dari kamar tidurnya.
"Apakah dia sudah siuman?" Batinnya, tanpa basa-basi berlari menuju kamarnya di lantai dua.
Dia meraih gagang pintu kamarnya, namun terkejut ketika pintu itu lebih dulu terbuka sebelum ia memutar kenopnya, menampakkan sesosok pemuda yang memakai atasan piyamanya dan rambutnya yang berantakan.
Yang berada di dalam kamar ikut terkejut melihat Sunghoon, matanya membulat dan ekspresinya panik. Detik berikutnya pintu kamar kembali ditutup dengan keras.
"Eh- Hey! Apa kau baik-baik saja?! Tolong buka pintunya! Hey!"
Sunghoon terus mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sendiri, berharap orang yang sedang menggunakan kamarnya membukakan pintu dan membiarkannya masuk.
"K-kau siapa?!"
Sunghoon menghentikan pergerakan tangannya, ketika mendengar suara dari dalam yang sepertinya sedang dilanda rasa takut.
"Tidak usah takut, aku orang baik. Tolong buka pintunya, aku hanya ingin memeriksa keadaanmu." Suaranya melembut, berusaha meyakinkan orang di dalam bahwa ia bukan orang jahat.
Beberapa detik kemudian pintu perlahan terbuka. Hanya menganga sedikit, meminta agar Sunghoon membukanya sendiri lebih lebar.
Sunghoon melangkah masuk, dan mendapati si pemuda tadi sedang duduk di sofa kamarnya. Menundukkan kepala dan bermain dengan jari kedua tangannya. Tak berani menatap Sunghoon yang kini berjalan mendekat.
Sunghoon duduk di sampingnya, sedikit memberi jarak karena ia yakin pemuda di sampingnya ini sedang menahan rasa takut. Tangannya terangkat, berniat mengelus pundak yang lain yang tidak berbalut perban.
Namun ia mengurungkan niatnya ketika pemuda di sampingnya menggeser posisinya menjauh.
Sunghoon memaklumi itu.
"Masih sakit?"
"H-huh?"
Ya Tuhan, lihatlah mata cantik itu. Sunghoon sempat terpana ketika pemuda di sampingnya menoleh ke arahnya dengan ekspresi bertanya-tanya.
Namun Sunghoon dibuat kecewa sedetik kemudian karena si orang asing kembali memalingkan wajah ketika menyadari tatapan Sunghoon yang aneh.
"Ehm... kau terkena anak panahku tadi... aku membawamu kemari karena kau hilang kesadaran. Maaf jika kau kurang nyaman...." Sunghoon menjelaskan, dan mendapat anggukan kecil dari lawan bicara.
"Ngomong-ngomong, apa kau penduduk di sekitar sini? Aku bisa mengantarmu pulang-"
"Tidak!!"
Hening. Sunghoon yang terkejut dengan bentakan dari yang lain dan si pemuda asing yang panik karena kelepasan.
Pemuda itu gelagapan, wajahnya memerah karena malu oleh perbuatannya sendiri.
"A-aku tidak punya rumah." Ujar pemuda itu final, suaranya terdengar sendu.
"Oh- maaf..."
Kemudian hanya keheningkan yang terjadi, keduanya sibuk dengan pikiran masing. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang terus berputar di otak Sunghoon, membuatnya penasaran dan ingin menanyakannya langsung pada si lawan bicara. Tapi sepertinya ia harus menunda itu karena mungkin pemuda itu masih shock dan belum siap ditanyai.
"Park Sunghoon."
Pemuda bersurai sedikit kemerahan itu menoleh ke arah Sunghoon, "h-hah?"
Sunghoon mengangkat kedua ujung bibirnya, memamerkan senyum tampannya, "Aku Park Sunghoon, siapa namamu?"
➴╔═══════════════╗➴
To be continued
➴╚═══════════════╝➴Written on 22.10.2020
Siapa hayo ea ea
Oiya kalian bisa panggil aku Ara, thor, nyet, mblo, meng, hyung, neng, dll asalkan jangan kak :D semoga kita bisa menjalin hubungan yg baik antara author dan readers layaknya teman🙈❤
Udah dulu ya, jan lupa voment mniez~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Deer | HOONSEUNG ✔
FanfictionSunghoon dikejutkan dengan seseorang yang meringkuk lemah di balik semak-semak hutan dengan anak panah yang tertancap di bahunya, yang mana anak panah itu adalah anak panah yang ia luncurkan dari busurnya beberapa menit yang lalu. "Aku tidak salah l...