Matahari sangat terik. Cuaca yang sangat panas mampu membakar kulit orang yang berlama-lama di bawahnya.
Sunghoon berjalan di tanah rata yang dipenuhi rumput, mengabaikan rasa gerah di tubuhnya yang masih mengenakan setelan jas dan kemeja. Tangan kanannya menggenggam beberapa tangkai bunga krisan putih.
Di Korea, krisan putih merupakan simbol dari ratapan dan kesedihan.
Tujuannya saat ini tak lain adalah makam adiknya. Bolak-balik dari makam dan ke rumah gucci tak pernah sekalipun membuatnya bosan dan lelah.
Langkah kakinya terhenti, menatap punggung seseorang yang berada di hadapan makam adiknya.
"Sunoo?"
Merasa dipanggil, orang itu menoleh, sedikit terkejut dengan kehadiran pemuda Park yang tiba-tiba.
"S-Sunghoon hyung? Hai...."
Sunghoon berjalan mendekat, mengabaikan Sunoo yang menggaruk tengkuknya canggung.
Bunga yang digenggamnya ia letakkan di atas kijing makam. Setelahnya ia menyatukan kedua tangannya dan menundukkan kepala, mendoakan mendiang adiknya agar beristirahat dengan tenang.
Sudah cukup mengeluarkan banyak air mata hari ini, dia tidak ingin menangis lagi. Dia sadar bahwa dengan menangis sepanjang hari tidak akan membuat adiknya kembali padanya.
Dia menarik napas dalam lalu menghembuskannya, sebelum menoleh menatap Sunoo yang sedari tadi menatapnya. Yang ditatap langsung mengalihkan perhatiannya.
"Mengenai adikmu... aku turut berduka." Ujar Sunoo, memecah keheningan. Sunghoon hanya mengangguk menanggapinya.
Sempat sunyi beberapa menit, "bagaimana rasanya?"
Sunoo menatap Sunghoon bingung, menunggu kelanjutan dari pertanyaannya.
"Masih memiliki keluarga... hingga kau sebesar ini?" Lanjut Sunghoon, diam menatap makam adiknya.
Sunoo menunduk, memandang ujung sepatunya, "mereka tidak memedulikanku."
Kedua orangtua Sunoo sedang berada di luar negeri, menjalankan pekerjaan mereka yang tak ada habisnya. Awalnya Sunoo meminta orangtuanya untuk membawanya ke negara itu, namun orangtuanya menolak keras dan malah mengatakan bahwa Sunoo hanya akan menghambat pekerjaan mereka.
Dan sekarang sudah kurang lebih dua tahun semenjak kejadian itu, dan orangtuanya tidak sekalipun berniat pulang ke kediaman.
Walaupun setiap setengah tahun sekali mereka mengirimi Sunoo uang, namun mereka tidak sekalipun mengabari Sunoo. Setidaknya kan memberitahunya bahwa mereka baik-baik saja melalui surat, atau hanya sekedar bertegur sapa di kolom chat.
Tapi tidak satupun yang dilakukan. Ketika Sunoo menelepon pun hanya berakhir dengan suara operator yang memintanya untuk menghubungi lagi lain kali.
Heran, apa mereka sama sekali tidak memiliki waktu luang hanya untuk memberi kabar anaknya yang bahkan tidak sampai membutuhkan waktu satu menit?
Sunghoon menepuk pundaknya berkali-kali, "pasti ada kalanya mereka memedulikanmu. Mereka bekerja dengan susah payah juga untuk menghidupimu."
Sunoo hanya mengangguk menanggapinya. Benar kata Sunghoon, orangtuanya sesibuk itu demi membiayai hidupnya yang berbeda negara dengan orangtuanya. Mungkin mereka akan pulang dan menghambur pada pelukan Sunoo setelah semua pekerjaan mereka selesai.
Pemuda imut itu menatap sekitar, mencari seseorang di lingkungan makam.
Dimanakah seseorang dengan rambut coklat kemerahan dan mata yang lebar itu? Kenapa Sunghoon tidak bersamanya? Sunoo pikir Sunghoon selalu pergi bersama dengan orang itu, namun sekarang dia tidak melihat seseorang selain mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Deer | HOONSEUNG ✔
FanfictionSunghoon dikejutkan dengan seseorang yang meringkuk lemah di balik semak-semak hutan dengan anak panah yang tertancap di bahunya, yang mana anak panah itu adalah anak panah yang ia luncurkan dari busurnya beberapa menit yang lalu. "Aku tidak salah l...