Malam yang tak terduga - chapter 2 ( 2/4 )

218 23 1
                                    

" Terkadang cinta itu tidak butuh kata, tapi perlakuan yang nyata "

~ Was It love ~ | 01042021 | 23.15

-----------

Suara angin berhembus begitu kencang, di sebuah jembatan yang luas di pinggir jalan raya yang menuju ke sebuah permukiman warga padat penduduk.  Begitu indah dengan lampu berwarna-warni. Begitu banyak motor yang melintasi jembatan besar ini. Air sungai yang terlihat gelap membuat cahaya bulan begitu nampak terpancar membias menjadi nyata, layaknya sebuah cermin. Aku berdiri memegang besi berwarna biru itu.

" Maaf ", ucap Sandy.

Aku terdiam tak menghiraukan.

" Lagian gue bingung sama lu, kenapa gak mau pegangan, kalau lu jatuh gue gimana ?", Ucap Sandy dengan nada yang sedikit naik.

Aku berbalik dan kini berhadapan dengannya.

" Lu gila. Kalau ada yang anggap kita pasangan gimana ?", Ucapku menjelaskan kenapa aku tidak ingin memegang dirinya saat berboncengan dengannya.

" Kenapa lu mikirin hal itu, ngapain denger orang si ", ucapnya lagi dengan nada kesal akan jawabanku.

" Gini ya san, kita temenan. Kenapa lu harus marah dengan hal kecil gini ". Kata ku dengan nada menjelaskan.

Sandi terdiam, ia memutar badan. Kemudian, berjalan menuju motornya.

" Ya udah. Maaf !", Ucapnya dengan nada biasa.

" Sekarang, gue Anter lu pulang, terserah lu mau marah Ama gue atau enggak ", ucapnya sedikit memaksa.

Suara lagu temperatur milik agnezmo terdengar. Sebuah panggilan telpon masuk ke handphoneku.

" Hallo ", ucapku setelah mengangkat telpon itu.

Tanpa sadar, Aku berjalan menjauhi diriku dari Sandy saat mengangkat telpon itu.

" Siapa ?", Ucap Sandy.

Aku yang sedang mendengarkan suara dari telpon, tak menghiraukan Sandy. Sesekali aku melihat Sandy seperti orang yang sedang kesal.

" Baik, pak. Saya coba menuju kesana ya ", ucapku kepada seseorang yang menelpon ku.

Aku berjalan menghampiri Sandy yang masih tampak kesal dengan bersandar di besi yang ada di pinggir jembatan.

" San, maaf banget, kayanya lu pulang duluan deh, gue ada urusan dadakan ", ucapku kepada Sandy.

" Mau kemana, gue Anter ", ucap Sandy bertanya.

" Gapapa sumpah, gak enak ngerepotin ", jawabku meminta Sandy untuk tidak mengantarku.

Sandy tampak kesal, lalu menarik tangganku.

" Gue udah bilang, gue Anter !, Mau kemana ?", Ucapnya sambil melepas tanganku dan menaiki motornya.

" Cepet !", Ucap Sandy dengan nada emosi.

Aku menurutinya dan naik ke atas motornya.

" Ke resto ala cafe yang di pasar Minggu ", ucapku dengan sedikit kesal.

Bukannya aku tak mau untuk diantar olehnya. Jarak dari tempat ku saat ini dengan resto itu sangat jauh.

Sandy menaiki kakinya dan melaju dengan cepat.

-----------------

Begitu banyak mobil yang terparkir di area belakang resto ini. Begitupun dengan motor motor yang terparkir rapih.

" Gue kedalam dulu ya ", ucapku kepada Sandy dengan menuruni motornya.
" Tapi, kalau lu mau ikut, masuk aja ", tambahku.

Sandy terdiam, dan melapas helm yang ia gunakan.

" Gue disini aja ", jawabnya.
" Ya udah gue masuk ya, kalau mau pulang juga gapapa ", ucapku.
" Gak !, Gue tunggu disini", ucapnya dengan nada sedikit naik.

----------

Mataku melihat sebuah dekorasi pangung yang tak biasanya ada di resto ini.

" Bukankah ini hari Rabu, kenapa rame banget ya ", ucapku dalam hati.

Aku melaju menuju meja kasir yang berada di depan. Ku lihat begitu banyak orang yang ada disini. Bahkan, hampir semua meja penuh terisi. 3 orang gadis cantik memakai seragam berwarna merah dengan garis putih menambah suasana khas. Bahwa, hari ini ada event di cafe ini.

" Pak Kevin, di tunggu dari tadi padahal, ko baru Dateng ", ucap pak Japar , manager resto disini.

" Ini ada apa ya pak rame banget ", ucapku bertanya kepada pak japar.

" Bapak bagaimana, kan ini event bulanan yang waktu itu bapak deal sama sponsor pak buat resto ini ", ucap pak Japar menjawab.

" Pak Kevin lupa kah ", ucap pak Japar menambahkan.

" Astaga, saya lupa pak. Padahal, saya yang jadwalkan ". Ucapku.

" Masa lupa pak, buktinya ini rame. Berartikan promosinya berjalan baik ", ucap pak japar.

" Hahahah.. ", tawaku.
" Astaga kenapa aku lupa ya, untung aja Nina ngikutin apa yang ku minta ", ucapku dalam hati.

" Mari pak, itu ditunggu pak diwang sama ibu ", ucap pak Japar sambil menyuruhku untuk mengikutinya ke arah pak diwang.

Pak diwang adalah pemilik frenchise resto ini. Ia adalah frenchise terlama untuk resto ini.

" Pak Kevin ", ucap pak diwang.
" Selamat malam pak diwang dan ibu ", sapaku.
" Sampe saya harus telpon, kemana aja pak ", tanya pak diwang.
"Maaf pak diwang tadi mau kesini tuh pas acara jam 9 gitu, cuma berhubung bapak bilang ada yang penting dan mau saya datang kesini, jadinya saya datang lebih cepat ", ucapku kepada pak diwang.

Aku terpaksa bohong, agar tidak ketahuan. Bahwa, aku lupa dengan acara ini.

" Oh ia, pak Kevin, tadi pak Sarif bilang itu diparkiran ada teman bapak. Suruh masuk aja pak, suruh gabung sini. Sekalian bapak ajak temennya makan pak", ucap pak diwang.

" Baik pak, kalau gitu saya ke teman saya dulu pak dan ajak dia makan", jawabku kepada pak diwang.

----------

Aku berjalan menuju tempat parkiran motor yang berada di belakang restoran.

" Pak Sarif, temen saya kemana ya pak ",
Ucapku kepada pak Sarif, satpam resto ini.

" Oh, tadi pergi pak Kevin ", ucap pak Sarif.

Aku mulai cemas, " kemana sandy ?, Apa dia marah ?", Ucapku dalam hati.

---------

" Tak melihat wajah yang kita suka, terkadang disana muncul berbagai macam kecemasan dan tuduhan ",

~ Was It love ~ | 02042021 | 00.17

Was It LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang