Semakin Dekat - chapter 3 ( 2/4 )

128 20 4
                                    

Semakin dekat suatu hubungan, semakin jauh kita belum mengenalnya "

~ Was It love ~ | 07042021 | 19•42

---------

" Terima kasih ", ucapku kepada Sandy.
" Tak masalah ", ucap Sandy sambil menaruh helmnya.
" Masuk dulu ya ?", Pintaku pada Sandy.
" Gak ah, gue malu. Lagian lu kerja, nanti gue ganggu ", jawab Sandy.
" Tak masalah, intinya harus masuk ", ucapku tegas.
" Oke, kalau maksa, hahaha ", jawab Sandy dengan ketawa kecilnya. kemudian, ia melaju untuk memarkirkan motornya, sedangkan aku menunggunya, tepat di depan pintu masuk resto.

Aku tak menduga Sandy mengantarku ke Cakung hari ini. Aku ingat saat Selesai memakai baju dan keluar, aku berkata kepada Sandy untuk tidak mengantarku. karena aku lupa, bahwa hari ini aku harus pergi ke resto yang berada di Cakung. Sandy berkata, bahwa ia tak masalah untuk mengantarku. Karena, ia sudah berjanji untuk mengantarku hari ini.

Disepanjang jalan tadi, aku senang karena ia banyak bercerita dan bertanya mengenai ku. Banyak hal yang baru aku ketahui tentangnya. Mungkin aku menemukan sahabat baru yang baik seperti Sandy. Walau aku ingin sekali lebih dari itu. Tapi, sadar aku adalah pria. Tak mungkin Sandy yang pria akan menyukai pria sepertiku.

" Vin , Vin ", ucap Sandy berkali kali yang akhirnya menyadarkan aku.
" Ia, San ", jawabku kesal.
" Melamunin apa ?", Tanyanya.
" Gak ada. Ya udah yu masuk ", ucapku kepada Sandy. Yang membuat langkah kita memasuki resto.

-----------------

" Pak Kevin .... !", Teriak wanita di kasir yang mengagetkan semua orang dan akhirnya melirik ke arah kasir.

" Astaga, Okta ", ucapku sambil melihatnya.

" Maaf pak, abis kaget bapak kesini, tumben tumbenan ", ucap Okta sambil menghampiriku dan bersalaman layaknya orang tua dengan anak.

" ya kunjungan lah ta, lagian lu ko ada disini ?", Jawabku sambil bertanya kepada Okta.

" Ya kan tumben ", ucap Okta.
" Ya kan gak mungkin tiap hari, emang gue gak ada kerjaan. Lagian bisa iri semua Resto kalau gue kesini tiap hari hahaha ", kataku sambil tertawa.

" Bener juga ya, hahaha. Bisa, bisa ", ucap Okta.
" Eh, lagian ko lu bisa disini, bukannya terakhir lu di kalideres, ko jauh banget. ?", Tanyaku lagi kepada Okta, karena tadi ia belum menjawabnya.
" Oh itu, biasa lah pak di rolling ke sini, kan lu tau gue paling berpengalaman jadi selalu gue di rolling buat ngajarin ", jawab Okta dengan bangga.

Belum sempat ku jawab, Okta kemudian  melihat ke arah pintu masuk resto dengan tatapan tidak biasa. Seperti ada mangsa.

" Tha, lu kenapa dah ", tanyaku.
" Itu pak, ada cowo ganteng ", jawabnya.
" Alah, lu mah semua cowok lu bilang ganteng, gue bilangin Denis ya cowok lu, lu menel ", ucapku kepada Okta, yang membuatnya berhenti melihat ke arah pintu dan kemudian melihatku.
" Liat aja lu ya Mak, berani bilang Denis, gue marah ", ucap Okta yang kemudian kembali menatap ke arah pintu. Aku yang penasaran akhirnya membalikan badanku dan mengarahkan pandanganku ke arah pintu itu juga.

" Astaga, Sandy ", ucapku dalam hati.
Aku menghampiri Sandy dan meninggalkan Okta yang ku rasa belum sadar aku meninggalkannya.

---------

" Bentar ya san, gue mau kerja bentar, lu santai aja, kalau ada yang kurang dan mau makan lagi, kabarin gue aja ", ucapku kepada Sandy.

" Woy, ini udah banyak banget loh lu pesen, gue gak bisa juga ngabisin ini sendiri, lagian santai aja, sok sok kerja gih ", ucap Sandy membuatku tenang.

" Oke ", ucapku dan meninggalkannya di kursi pojok area luar buat smoking area.

Sandy melihatku berjalan, entah apa yang ada dipikirannya. Ada rasa tak enak karena membiarkannya sendiri dan aku malah bekerja. Tapi, aku harus tetap profesional untuk bekerja.

----------

" Ehem ", suara gumaman dari Okta.
" Kenapa ta ", ucapku.
" Gak mau lu kenalin gue pak, temen lu ", kata Okta sambil membuatkan ku minum.
" Mau lu Embat juga ?", Ucapku.
" Ya elah pak, biasanya juga lu gapapa, sekarang ko malah bilang mau Embat ", ucap Okta.
" Ia deh, ntar gue kenalin ", ucapku menjawab okta.

Kenapa aku sangat kesal kali ini, aku seperti meng-ia-kan permintaan Okta. Tapi, sejujurnya ini sakit. Aku begitu tak ingin mengenalnya dengan okta. Karena, Okta benar benar mampu membuat pria jatuh hati padanya. Siapapun yang menjadi sasarannya pasti berhasil jadi budak sexnya. Mungkin itu yang aku tak inginkan atau aku benar benar sudah jatuh hati pada Sandy.

------------

" Maaf pak, pak Ricard belum Dateng, bapak disuruh tunggu, tapi beliau tidak bilang sampe jam berapa tunggunya ", ucap supervisor resto pak aji.

" Oke pak, saya tunggu ", ucap ku kepada pak aji.
" Oh ia pak, ini yang bapak minta laporannya 2 bulan terkahir ", ucap pak aji sambil memberikan berkas di amplop warna coklat
" Baik pak aji, terima kasih ", ucapku sambil menerima berkas itu.
" Kalau gitu saya ke temen saya dulu, kalau pak Ricard datang, kabari saya ya pak ", ucap ku kepada pak aji.
" Baik pak, kalau ada yang mau dimakan pesan aja ya pak ", ucap pak aji.
" Terima kasih pak, tanpa disuruh itu sih", ucapku sambil tertawa kecil.
" Siap deh pak, saya lanjut dulu ya pak ", ucap pak aji. Lalu ia pergi.

-------

" Hai Vin ", ucap seseorang.

Suara itu, sepertinya aku pamiliar dengan suara itu. Apakah itu dia ?

--------

" Jika kau pernah sedekat nadi, maka akan ada waktunya kau merasa sejauh bayangan, mereka dekat namun tak bisa saling menyentuh "

~ Was It love ~ | 07042021 | 20•25

Was It LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang