Aplikasi Chat Gay - chapter 4 ( 1/4 )

137 7 0
                                    

" Cobalah kesempatan yang ada, walaupun peluangmu hanya sebutir biji ketumbar "

~ Was It love ~ | 07042021 | 23•29

-------------

- suara nada dering telpon berbunyi -

" Dimana mek ", sapa seorang wanita saat ku angkat telponnya.
" Alah sia mek, tumben tumbenan telpon gue pagi banget ", jawabku kepada wanita itu.

Wanita itu bernama Tita sahabatku dari SMP. Ialah orang pertama yang tau jika aku adalah seorang gay.

Aku ingat dulu waktu aku SMP, aku suka diganggu oleh Kaka kelas disana dan Tita yang seorang wanita membantuku serta melawan Kaka kelas itu.

Tita berteriak saat aku diganggu oleh kakak kelas, ia berkata, " eh anjing, sini lu lawan gue kalau berani. Beraninya lu keroyokan sama Ade kelas. Bangsat ".

Semua Kaka kelas mungkin malas ngeladenin Tita yang seorang cewe. namun, Tita yang ternyata kesal dengan ulah Kakak kelas yang selalu membuli adik kelas cowo yang kuper pun akhirnya memukul salah satu Kaka kelas dengan tinjunya.

Saat itu juga, kakak kelas mulai mengepungnya, ia berteriak kembali, " apa lu, bangsat. Beraninya keroyokan sama adik kelas, lu banci tau gak ".

Semua orang melihat itu, saat salah satu kakak kelas menghampiri Tita, seorang murid perempuan bernama Opi memukul Kaka senior itu dengan sepatunya.

" Apa lu, berani lu, sini ", ucap Opi, yang ternyata satu kelas dengan ku.

Beruntung, Bu Jubaidah yang biasa di panggil mata dewa itu datang dan memberhentikan kerusuhan ini.

Aku menghampiri Tita dan Opi,

" Makasih ya ", ucapku kepada tita dan Opi.
" Santai Bro, lagian gue kesel dia juga ngebully Azka temen gue ", ucap tita
" Ia santai aja, gue kesel aja mereka berani rame rame gitu ", ucap Opi.

Semenjak saat itu, tita dan Opi menjadi teman dekatku disekolah. Bahkan, teman tita pun menjadi sahabatku hingga saat ini.

" Gue mau main ke resto tempat lu kerja atuh mek ", ucap tita di telpon
" Main aja atuh mek, di pasar Minggu tapi ya, gue disana soalnya hari ini ", ucapku.
" Gue sekalian ajak si monyet ya ", ucap tita.

Si monyet itu bisa berarti satu orang atau lebih dalam pertemanan kita. Bisa jadi dia akan membawa Anggi, Septi dan juga Azka.

" Oh ia, gue sampe disana jam 1 an ya mek, gue kekantor dulu sekarang ", ucapku kepada tita.

" Siap mek, gue telpon si Anggi dulu dah, ada waktu gak si monyet itu ", ucap tita.

" Eh ia, emang mereka gak kerja mek ?", Tanya ku.

" Entahlah, sehari bolos kan gapapa mek, biasa itu hahahah ", ucap tita sambil ketawa.

" Oke mek, kabarin ya ", ucapku lalu tita mematikan telponnya

" Kebiasaan si mekmek mah, pasti langsung di matiin ", ucapku dalam hati.

Aku jadi teringat kelanjutan cerita itu, dimana pulang sekolah tita di hadang oleh 3 orang Kaka kelas cewe di depan mobilnya.

Tita sejak SMP memang sudah datang ke sekolah menggunakan mobil. Hari itu aku diajaknya untuk pulang bareng dari sekolah.

" Oh jadi ini cewe yang sok jagoan disekolah ", ucap kakak kelas cewe yang bernama Tantri, aku melihatnya dari tanda pengenal di baju seragamnya.

" Kalau ia kenapa emangnya ", jawab tita.
" Berani banget dia ", ucap Kaka kelas satunya yang aku juga lupa akan namanya.
" Gak usah sok jagoan, bisa gak ! " Teriak Kaka kelas dengan nada tinggi.
" Eh, anjing, gak usah ngegas dong ", ucap tita lalu menarik rambut ka Tantri.
" Kenapa lu mau juga gue Jambak ", ucap tita.

" Ada apa tit ", ucap Lia. Wanita cantik yang jadi idola Kaka kelas.
" Ini li, sok sok ngehadang gue Ama ngancem gak jelas ", ucap tita kepada Lia.
" Oh, perek 3 ini ?", Ucap Lia.
" Ngomong apa lu barusan ?", Ucap Tantri.
" UPS, emang gue salah ya, kan lu bertiga perek, udah gak perawan. Pantat lu aja udah turun ", ucap Lia.
" Anjing, masih adik kelas aja singing ", ucap Tantri lalu menjenggut rambut Lia.

Aku hanya diam saja dan bingung harus melakukan apa. Suasana mulai ramai dan banyak yang menonton.

Lia gak tinggal diam, dia balik menjenggut Tantri dan sesekali bahkan mencakar tangan dan semua bagian yang bisa ia cakar. Tita yang melihat itu pun langsung menjenggut namun ia malah harus menghadapi 2 orang lainnya. Opi turun dari mobilnya, ia membantu tita melawan.

" Anjing sini lu ", ucap Tantri setelah di lerai oleh Kaka kelas lainnya.
Terdengar suara yang memerintahkan mereka untuk berhenti.

" Dasar anjing, perek ", ucap Lia.
Lalu mencakar Kaka kelas lainnya.

Dan akhirnya perkelahian itu berhenti, karena Bu Heni datang melerai serta menyuruh mereka untuk berhenti.

Yang aku ingat adalah ketawa mereka saat berkumpul setelah selesai dari ruang BK, mereka malah mengingat kejadian itu sambil berkata " mampus, puas banget gue udah cakar mereka, rambutnya rontok dan lain lain halnya ".

" Ah jadi kangen mereka ", ucap dalam hatiku.

----------

" Pagi Cong ", ucap pak Doni.
" Tumben amat saya duluan yang Dateng ", ucapku meledek pak Doni.
" Sesekali Cong, lagian tumben lu gak telat ?", Tanya pak Doni.
" Kalau telat Mulu, devisi lain nanti ngoceh hahahah ", ucapku sambil ketawa.
" Pak, pak, si Cong lagi Deket Ama cowo ", ucap Nina.
" Gila ku rasa si Nina ", ucapku.
" Tadi pagi kayanya ada yang dianterin pak ", ucap meka mulai bergosip.
" Yang kemarin bukan cong ?", Tanya pak doni penasaran

Aku heran dengan teman kantorku, termasuk pak Doni. Ia begitu kepo dan antusias jika aku bercerita atau mendengarkan ku cerita tentang kedekatan ku dengan pria.

" Gak ada, gue sendiri ya ke kantor ", ucapku kepada mereka.
" Tapi Cong, kayanya yang kemarin suka deh sama lu, masa cuma temenan ", ucap Nina yang membuatku melirik dan melorotkan mataku ke arahnya.
" Ia cong, kata gue juga gitu deh ", ucap pak Doni
" Lu gak mau berkomentar meka ", tanya ku.
" Gak dah, gue sibuk design ", jawab meka.
" Nah, mending kerja Yo, deadline akhir tahun ", ucapku.
" Ih gue penasaran, masa temen doang, ku emang gak ada rasa gitu ?", Tanya Nina.
" Nin, mending lu update story' IG deh hari ini, gue liat belum ada ", ucapku.
" Ah elah, iya deh ", ucap Nina sambil mengarahkan tangannya seakan mengunci mulutnya.
" Tapi Cong ", ucap Nina kepadaku
" Gak ada tapi, kerja in ", ucapku.
Pak doni hanya tertawa kecil melihatku.

---------

" Pak hari ini saya ke pasar Minggu jam 11 ya ", ucapku kepada pak Doni.
" Oke Cong, hati hati ya ", jawab pak Doni.
" Woke dokky ", ucapku lalu pergi menemui Nina yang sedang ngeprint di ruang Depan

" Lu lagi ngapain ?", Tanyaku kepada Nina.
" Lagi liat cowo cowo di aplikasi nih ", ucap Nina .
" Anjir, biar gak jomblo cari jodoh dia ", ucapku meledek Nina.
" Bukan cong, gue justru lagi nyari cowo yang Ama lu ada gak disini ", ucap Nina.
" Maksud lu, lu naksir dia nin?", Tanyaku sambil menghentikan pencarian data laporan resto pasar Minggu.
" Kalau ia kenapa ?", Jawab Nina dengan pertanyaan.
" Gapapa ", jawabku.
" Ya enggak lah, canda. Ya kali ", ucap Nina.
" Gue lagi liat aplikasi buat gay nih, gue lagi nyari cowo yang Ama lu, kalau ada berarti dia gay juga dan lu ounya kesempatan ", ucap Nina lagi.
" Apaan ?, Aplikasi gay ?", Tanyaku buat memastikan.
" Ia cong, aplikasi gay, gue lagi liat di 3 aplikasi gay. Blued, hornet sama grinder ", ucap Nina.
" Terus ketemu ?", Tanyaku.
" Gak ada sih ", jawab Nina.
" Cuma bisa jadi dia gay, tapi gak pake aplikasi begini ", ucap Nina lagi.
" Mungkin dia gak gay nin, gue aja yang berharap, masa dia gak main aplikasi gitu kalau dia gak gay ", ucapku kepada Nina dengan sedikit rasa sedih.
" Hey, ada ko gay gak main aplikasi ginian ", ucap Nina.
" Siapa gay yang gak main aplikasi begitu ", tanya ku.
" Ya lu Cong ! " Jawab Nina .

---------

" kita tak perlu mengumbar siapa jati diri kita, apakah kita LGBT atau tidak. Tapi, yakinlah jika mereka sahabatmu, mereka akan tetap menjadi sahabatmu "

~ Was It love ~ | 08042021 | 00•21

Was It LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang