1

1K 142 18
                                    

Maafkan kalau ceritanya ada yang tidak sesuai dengan original story-nya, ooc, ada yang typo, dan #ripmyPUEBI.
~Happy reading~
.
.
.
————————————

Namikawa [Name].

Bukan, sekarang namanya adalah Fukuzawa [Name].

Wanita 28 tahun itu terpaksa meninggalkan pekerjaannya di Australia karena sebuah perjodohan yang tidak diinginkan. Umurnya memang sudah matang untuk dipinang, namun tidak pernah terlintas dibenaknya untuk menjalin kasih dengan seorang pria maupun menikah. Mau tidak mau wanita itu harus menerima realita saat ini. Lebih gila lagi, pria yang kini menjadi suaminya bukan pria sebayanya atau berkepala tiga, melainkan pria 45 tahun yang mana lebih pantas menjadi adik dari ayahnya.

Upacara pernikahan baru saja usai. Ucapan selamat yang datang memang tidak begitu banyak karena sengaja untuk tidak mengundang banyak orang. Mayoritas dari keluarga mempelai wanita dan keluarga mempelai pria hanya dihadiri dua orang wanita paruh baya.

Dengan baju pernikahan yang masih membalut tubuh [Name], dirinya langsung diboyong ke kediaman Fukuzawa. Setibanya di sana, dapat terlihat rumah tersebut sangat luas dan memiliki design lawas. Yang mana kayu lebih mendominasi material bangunan tersebut. Tempatnya begitu rindang. Menciptakan atmosfer yang menenangkan di sekitar rumah, membuat siapapun yang berkunjung akan merasa tentram.

Baru melangkahkan kaki memasuki hunian itu, mata [Name] tertuju pada wanita kembar paruh baya. Dikira-kira umurnya lebih tua dari pada pak tua di sampingnya. Melihat arah mata [Name], seketika Fukuzawa mengeluarkan suaranya.

"Mereka adalah kerabat ku, Aira-san dan juga Hairi-san. Mereka juga akan membantu mu di sini," ucapnya membuat wanita itu tersentak.

"Salam kenal [Name]-sama, namaku Aira," ujar wanita kimono merah muda dengan perawakan yang tegap dan tenang.

Disusul dengan wanita kimono biru langit di sebelahnya, yang pasti adalah kembarannya. "Salam kenal juga [Name]-sama, namaku Hairi. Semoga kau betah di tinggal di sini"

Hairi adalah yang paling semangat menanti kehadiran istri dari kepala keluarga Fukuzawa.

"H-hai' salam kenal. Aku bingung harus memanggil kalian dengan sebutan apa," balas [Name] gugup. Ia menggaruk sudut bibirnya yang tidak gatal.

"[Name]-sama boleh memanggil kami dengan nama depan kami. Karena kita keluarga sekarang," ucap Aira dengan senyum lembutnya.

[Name] ragu-ragu akan saran dari wanita itu karena terasa tidak sopan. Sambil berjalan mengekor di belakang Fukuzawa, ia memikirkan sebutan yang pas untuk mereka.

"Aku rasa, Obasan? Karena jika memanggil kalian dengan nama depan, rasanya sangat tidak sopan bagiku," jelas [Name] agak canggung. Namun wanita kembar itu meresponnya dengan riang.

"Kami tak masalah. Bahkan kami senang karena [Name]-sama memanggil kami Obasan". Rasa antusias Hairi menular kepada Aira, sampai-sampai ia manggut-manggut karena penuturan Hairi. Mereka memang seperti bunga sakura yang sedang mekar di musim semi.

Tak lama Fukuzawa menjauh, meninggalkan mereka bertiga. Menimbulkan pertanyaan ke mana pak tua itu pergi.

"Sepertinya Yukichi-sama sedang ada urusan. Kalau begitu, [Name]-sama ikut dengan kami saja," tutur Aira agar tidak membuat istri dari sang empu semakin penasaran.

"Kami juga memiliki kejutan untuk [Name]-sama," sahut Hairi

Sontak kembar Fukuzawa menggandeng tangan [Name], mengajaknya berkeliling rumah.

Dari awal wanita itu memijakkan kakinya di sini, jelas sekali jika rumah ini sangatlah luas. Bahkan orang yang berkunjung ke rumah ini bisa-bisa kesasar karena tata lokasi rumah yang tampak rumit. Hairi menjelaskan jika rumah ini terdapat empat bangunan. Bangunan depan untuk menerima tamu dan tiga bangunan ke belakang yang mengitari taman sebagai hunian. Bangunan besar yang berada di tengah merupakan hunian kepala keluarga, sementara milik kembar Fukuzawa berada di ujung. Rumah tersebut tidak kuno sama sekali karena telah ditambahkan beberapa fitur modern, bahkan membuatnya terkesan elegan namun tidak mewah. Ruangan demi ruangan didatanginya, tidak ada satupun objek yang cacat maupun barang berserakan tertangkap oleh netranya. Jelas sekali rumah ini dirawat dengan telaten.

Epiphany | Fukuzawa YukichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang