5

800 118 31
                                    

"Hari ini kita akan bersih-bersih rumah!" seru [Name] diikuti kembar Fukuzawa dengan semangat membara.

Yang akan memimpin ajang bersih-bersih ini, sudah pastinya adalah wanita muda bernama lengkap Fukuzawa [Name]. Ia telah menyiapkan kertas catatan kecil dan membagikannya pada dua wanita paruh baya tersebut.

"Di situ sudah ku tulis tempat yang akan kalian bereskan," tunjuk-nya pada kertas catatan kecil itu.

"Bangunan tengah dan ruang baca adalah bagian ku. Soal taman nanti kita bereskan bersama-sama"

"Siap!" Si kembar berteriak menyerukan.

[Name] menepuk tangannya, tanda jika briefing telah selesai. "Baik, waktunya bekerja!"

Mereka mulai bergegas sesuai dengan area yang telah ditentukan. Ini kesempatan bagus untuk menggerakkan otot-otot mereka agar tidak kaku.

"Fuah.. beres juga," ucap wanita muda itu menyeka keringat di pelipisnya.

Memakan waktu sekitar 20 menit untuk membereskan kamarnya. Belum lagi kamar mandi, ruang bersantai, ruang baca, dan lain sebagainya. Namun melihat ruangan yang telah dibersihkan-nya menjadi rapi, membuat rasa lelahnya telah terbayarkan.

"Sekarang, ke ruang baca." [Name] bergegas pergi meninggalkan biliknya yang telah rapi tertata.

Setibanya di depan ruang baca, dia menggeser pintu ruangan tersebut. Debu-debu lekas berterbangan di sekitar ruangan. Ruang baca merupakan tempat yang sering disinggahi, namun tak luput dari debu-debu yang juga ikut singgah. Untungnya [Name] mengenakan perlengkapan untuk bersih-bersih, membuatnya tidak mudah menghirup debu.

"Ku pastikan semuanya bersih tanpa debu sedikit pun"

Dimulai dari meja, kemudian laci-laci, dan setelah itu mengarah pada rak buku besar. Pasang matanya tersadar akan sebuah pedang katana bersandar di dekat rak buku. Siapa lagi jika bukan pak tua dengan surai perak pemiliknya. Jarang sekali menjumpai pedang katana berada di rumah apalagi sampai tergeletak begitu saja.

"Sepertinya Yukichi-san lupa membawanya. Harus ditaruh di mana ini?" Wanita itu sungguh bingung, bagaimana cara agar pedang ini tidak mengganggu pemandangan.

Dia mengamati ke segala penjuru ruangan. Namun tidak ada tempat lagi untuk si pedang, kecuali atas rak buku yang masih menerimanya. Sepertinya tidak ada pilihan lain.

"Hfft.. lebih baik sih ditaruh di atas," dengus [Name] pada pedang tersebut.

"Tidak apa-apa kan kalau aku menyentuhnya?" Tanpa pikir panjang, ia pun berjinjit demi menyingkirkan pedang katana itu.

"Nah, kalau begini kan rapi"

Matanya menyapu ke seluruh ruangan. Semua barang berdiri sesuai pada tempatnya. Mengkilat dan tidak ada sedikitpun debu yang menempel. Semburat cahaya yang masuk membuat ruangan menjadi lebih hidup. Sungguh menyegarkan pandangannya.

"Sudah selesai. Sekarang kita ganti ke ruang berikutnya." [Name] berkata dengan riangnya seraya mengibaskan tangannya.

Ruang baca itu kembali ditutup. Membiarkan pedang katana itu tergeletak di atas rak buku, apakah sebuah malapetaka akan datang?

.
.
.

Malam pun berlabuh di kota Yokohama. Ini waktu sang pemimpin Agensi Detektif Bersenjata untuk pulang. Fukuzawa memasuki rumah dengan memijit sebelah pelipisnya. Ini bukan karena migrain, hanya saja kepalanya terasa berat.

"Selamat datang, Yukichi-san." Senyuman itu. Seperti biasa saat setiap pria itu pulang, ia hadir dengan lembut seperti kemilau cahaya dalam kegelapan.

Epiphany | Fukuzawa YukichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang