🌸 07 🌸

44 14 1
                                    

PLEASE VOTE AND COMMENT

"Menurut lo apa yang gue katakan tadi salah?" Tanya Hana. Saat ini dia dan Ray sedang duduk di kursi depan Indomaret.

"Nih eskrim." Bukannya menjawab, Ray malah menyodorkan sebungkus es krim.

"Gue nggak mau Ray. Jawad dulu!" Hana memberengut.

"Mau gue bukain yah es krimnya?"

"Raydin! Gue lagi serius lho ini." Hana sudah kesal.

Ray hanya mendecak gemas. "Apa yang lo katakan tadi nggak salah." Jawabnya.

"Ya terus kenapa Nadh marah sama gue?" Hana bertanya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya terus kenapa Nadh marah sama gue?" Hana bertanya lagi.

"Gue udah jawab pertanyaan lo yang tadi, harusnya sekarang lo jawab pertanyaan gue. Ini es krimnya mau gue bukain apa enggak?" Tanya Ray pelan.

"Ih jawab dulu, Ray." Sungut Hana.

"Yaudah gue bukain nih." Kali ini Ray memberikan es krim yang sudah ia buka bungkusannya.

"Gue nggak mau, Rahirdin!" Perasaan nama Ray itu Raydin deh. Tapi sama teman-temannya selalu dipanggil seenaknya. Bisa Rahirdin, bisa Raygon, kadang juga diplesetkan jadi Baygon. Emang Ray mau bunuh nyamuk apa?!

"Makan es krim dulu, Hanone." Kali ini giliran Ray yang memanggil Hana sesukanya. "Otak lo butuh yang dingin-dingin. Biar nggak panas." Lanjutnya.

Daripada perdebatan mereka makin panjang, lebih baik Hana terima saja es krimnya. Di sampingnya, Ray tersenyum geli menatapnya. Tadi katanya nggak mau, eh padahal habis juga itu es krimnya.

"Yang lo katakan tadi emang nggak salah, Han. Tapi apa yang lo lakuin itu salah." Ujar Ray ketika mereka selesai memakan es krim.

"Hah? Maksudnya gimana?" Tentu saja Hana jadi bingung.

Ray pun menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Hana tadi memang benar. Sayangnya kondisi hati Nadh sedang nggak bagus. Sehingga harusnya kata-kata yang tadi itu disimpan dulu. Karena akan melukai hati Nadh, sama seperti yang barusan terjadi.

FaodailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang