Innc [1]

1.6K 216 146
                                    

Dengan ceroboh aku mencintai. Sehingga aku pun terluka. Karena harga diri yang tidak ada gunanya.

🍂

____________________________________

...

Langit-langit kamar seolah kembali memutar ulang atas apa yang telah terjadi semalam. Di ruangan ini, tempat yang luas namun tak cukup luas untuk sekadar melepas rasa sakit di hati Chika.

Perempuan yang baru saja menyelesaikan studi sarjananya ini menghembuskan napas kasar. Ia menggenggam erat selimut putih yang menutupi tubuh polosnya.

Chika, panggilan akrab dari seorang gadis yang bernama Yessica Tamara. Gadis berparas cantik dengan postur tubuh yang sangat ideal. Gadis yang selalu berhasil mencuri hati para pria yang menatapnya.

Tapi itu semua tak membuat Chika hidup sebebas gadis pada umumnya. Sejak beberapa tahun ini, Chika merasa bahwa dirinya seperti robot yang hanya boleh dikendalikan oleh seorang pria. Dia lah Gito, lelaki yang sedang terlelap di samping Chika.

Chika menoleh ke sisi kanannya, ia melihat punggung polos Gito yang sedang tidur membelakanginya. "Sampai kapan aku bisa bertahan?" gumam Chika resah, seperti sedang memendam sesuatu yang sangat memusingkan.

Lalu Chika menyingkap selimutnya. Ia berjalan tanpa busana ke arah kamar mandi di sudut kamar. Chika membasahi seluruh tubuhnya dengan air yang memancar dari ujung shower. Chika menunduk, melihat ke bagian depan tubuhnya sendiri.

"Pacar sama budak beda tipis," ucap Chika pelan. Ia sungguh menyesalkan nasibnya sendiri.

Ini adalah tahun ketiga Chika berpacaran dengan Gito. Saat awal-awal bersama, Chika merasa seperti wanita paling berharga yang selalu dijaga oleh Gito. Tapi itu hanya permulaan. Setelah tiga bulan mereka menjadi sepasang kekasih, Gito menampakkan sifat aslinya. Dia pemarah, pengekang, merasa paling benar, dan tidak pernah menghargai Chika sebagai seorang wanita.

"Kalau saja aku ngga punya hutang materi ke dia, aku pasti bisa lepas dari dia sejak dulu," gumam Chika di tengah guyuran air yang menerpa tubuhnya.

Ya, Gito adalah pria mapan yang bersedia menanggung segala kebutuhan Chika. Gito juga yang telah membayar uang kuliah Chika setiap semesternya, hingga gadis cantik itu lulus seminggu yang lalu. Karena perusahaan ayah Chika mendadak bangkrut dan membuat Chika harus bergantung pada Gito.

Kini Chika membasuh seluruh tubuhnya. Bahkan ia juga merasakan perih di beberapa bagian. "Sshh.." desis Chika menahan perih itu. Lalu ia melihat ke bagian depan tubuhnya sendiri. Beberapa bercak merah terpampang di area dada dan perut Chika.

"Gila!" gerutu Chika yang mencoba menahan perih di kulit halusnya. Ini yang seringkali Chika dapat setelah Gito menyita waktu malamnya.

Dengan hati yang tak rela, tapi tak bisa berbuat apa-apa, Chika hanya menanti kehadiran seseorang yang bisa melepaskannya dari penjara Gito.

...

...

Beberapa menit berlalu, Chika keluar dari kamar mandi dan langsung memakai baju yang telah ia siapkan sejak semalam.

"Sayang? Kamu udah bangun?" tanya Gito yang baru menyadari jika Chika tak berada di sampingnya.

Chika tersenyum tipis. "Iya."

Gito meraih celana boxernya lalu berjalan ke arah Chika yang sedang mengancingkan kemeja. "Kok kamu mandi duluan? Kan enak mandi bareng," ucap Gito sambil memeluk Chika dari belakang.

InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang