Innc [12]

1.4K 187 225
                                    

Pergi tanpa pamit adalah titik terjahat dari ketulusan. Dan, datang tanpa permisi adalah titik titik bunyi hujan.

🍂
_____________________________________

...

'Apa arti mimpi bercinta?'

Satu kalimat yang baru saja diketik oleh Chika di layar ponselnya. Gadis ini bertanya tentang arti mimpinya tadi pada laman pencari yang selalu ia andalkan untuk menemukan jawaban.

"Hah? Kangen? Masa kangen sih? Ngapain aku kangen Kak Vivi?" protes Chika saat membaca salah satu artikel yang ia temukan dari pencarian tadi.

Mimpi itu berhasil membuat Chika tidak tenang bahkan sampai detik ini. Setiap kali Chika melihat atau berbicara dengan Vivi, pikirannya langsung tertuju pada mimpi tidak senonoh itu.

"Mimpi bercinta karena rindu pada orang yang dicinta," gumam pelan Chika saat membaca artikel lain tentang hal yang sama. "Tunggu! Cinta? Hah?! Kok cinta sih? Masa iya aku jatuh cinta sama manusia es kayak dia?"

Chika terus memprotes apapun yang ia baca. Ia menyangkal perasaannya sendiri. Meskipun sebenarnya ia mulai sadar, karena ia belum pernah punya perasaan sekuat ini pada orang lain. Apalagi hanya Vivi yang berhasil membuat jantungnya maraton hanya karena menyentuh bibir dengan jari.

Ya, Chika ingat itu. Semalam Vivi menyentuh dan mengusap lembut bibirnya untuk menghapus jejak Gito. Sentuhan yang singkat, tapi cukup untuk membuat darah Chika berdesir dengan napas yang terasa seperti tercekat.

"Aku.. jatuh cinta sama Kak Vivi?" gumam Chika yang kini menyentuh bibir dengan ujung jemarinya. Kali ini ia tidak menyangkal, hanya saja ia harus memastikan perasaan ini.

"Mau sampe kapan lo ngelamun di situ?" tegur seseorang dari belakang Chika.

Seketika gadis itu menoleh ke sumber suara. "Eh? Kak Vivi?"

"Lo cuci tangan apa mandi sih? Lama banget. Itu seminarnya mau mulai," omel Vivi.

Karena memang seusai sarapan tadi, Chika pamit untuk mencuci tangan. Tapi setelah lima belas menit, ia belum juga kembali sampai akhirnya Vivi menjemputnya sekarang.

"Iya maaf, Kak. Tadi ngantri," dalih Chika.

Vivi membuang napas pendek, kemudian berbalik badan. Gadis berwajah tegas itu melangkah ke arah ruang seminar. Begitupun Chika yang langsung mengikutinya.

.

***

.

.

.

"Jangan bosen ya, hari ini di rundown acara isinya seminar doang." Mario berucap setelah seminar pertama selesai.

Pemateri baru saja keluar ruangan, sehingga para peserta workshop bisa bersantai sambil menunggu pemateri berikutnya.

"Kalo bosen ye tinggal tidur aje, ribet amat," celetuk Deo yang duduk tepat di samping Mario.

"Tidar tidur! Molor mulu ye pikiran lo! Liat aja ntar pas balik ke kantor, gue aduin ke Kak Jinan kalo pas workshop kerjaan lo molor doang," ancam Olla.

"Waduh, itu sih namenye lo nyari perkara, La. Pan lo tau kalo Jinan kagak suka orang males."

"Ya makanya jangan males!" sahut Olla.

"Iye iye. Cerewet banget sih. Abis sarapan kemenyan lo ye?" balas Deo.

"Iye. Kemenyan sama kembang. Mau apa lo? Mau gue kunyah sekalian?"

InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang