Innc [3]

1.1K 205 187
                                    

Supaya—dengan bodohnya kamu menampar dirimu sendiri. Itulah tujuan nyamuk diciptakan.

🍂
___________________________________

...

"Badrun!!" teriak Olla kesekian kalinya.

Pagi ini Olla harus memaksa Vivi untuk bangun dari tidurnya. Karena pukul 8 nanti gadis itu harus memimpin presentasi di PT. Tanuwirya.

"Nghh.." Vivi menggeliat di atas kasur.

"Bangun! Lo kan mau presentasi, Drun!" Olla menggoyang-goyang kasar betis Vivi.

"Jam berapa sekarang?" tanya Vivi dengan suara paraunya.

"Jam tujuh!" jawab Olla asal, supaya Vivi segera bersiap-siap.

Vivi membuka mata dan mengerjap beberapa kali. "Jam tujuh?"

"Iye! Ah capek gue bangunin badak mabok!"

Vivi menarik tubuhnya untuk duduk, sambil berusaha menahan pusing yang sangat terasa di kepalanya.

Olla paham, kemudian ia menyodorkan segelas limun untuk Vivi. "Nih, biar kepala lo kagak kliyengan, tadi Si Deodoran yang bikin," kata Olla.

Vivi menerima dan meneguk habis minuman itu. Beruntung ia memiliki sahabat seperti dua manusia itu, karena mereka selalu ada saat Vivi membutuhkan.

"Gue tunggu di luar. Lo mandi, cepet! Noh, Deo udeh ngomel-ngomel," kata Olla sambil melangkah ke luar kamar.

"Hm," balas Vivi. Kini ia turun dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi.

Vivi menatap dirinya sendiri di depan cermin. Wajah kacau dan rambut acak-acakan seolah telah mengingatkan atas apa yang telah ia lakukan semalam. "Gue semalem mabuk?" gumamnya pelan.

Selalu ini yang terjadi. Bagi Vivi, meneguk minuman beralkohol adalah jalan keluar untuk melupakan kerumitan hidupnya. Pelampiasan dari segala hal yang terus menjadi sumber rasa sakit di hati Vivi.

...

...

"Tuh makan, sarapan dulu, biar ntar lu kagak pingsan," kata Deo sambil menyodorkan roti isi pada Vivi.

"Ya, lu berdua udah makan?" tanya Vivi.

"Udeh," jawab Deo dan Olla bersamaan.

Kini mereka bertiga berada di dalam mobil yang sedang berlaju menuju kantor. Mereka akan menjemput Chika, sekaligus mengambil berkas yang berisi konsep iklan untuk PT. Tanuwirya.

"Drun, lu kemaren ngapain sih mabok sendirian? Kalo lu kenape-kenape gimane coba? Lo boleh mabok, tapi ajak gue sama Olla. Paling engga, ade yang jagain elu pas pulang," kata Deo.

"Tau. Mana semalem lo pingsan di parkiran. Untung ada Chika. Coba kalo engga, bisa diapa-apain lu sama om om," tambah Olla.

"Chika? Siapa?" tanya Vivi bingung.

"Itu yang jual cendol di pasar malem. Alias, lu itu cuma mabok, bukan amnesia, jangan sampe kepala lu gue getok pakek spion mobil ye!" sewot Deo.

"Ya kan gue ngga tau." Vivi masih memasang tampang tak berdosanya.

"Chika sekretaris lo, Drun. Tega bener lo lupain dia," kata Olla.

"Oh Chika yang itu? Kirain siapa," balas Vivi pelan.

"Emang ada berapa Chika di hidup lo ha?" Deo masih menimpali.

"Satu sih, dia doang."

"Udeh udeh," lerai Olla. "Yang jelas ntar lo harus bilang makasih ke Chika. Kemaren lo itu pingsan di parkiran. Dan parahnye, lo nindihin Chika. Kesian tuh anak, pasti badan dia sakit semua gara-gara ketimpa badan lo."

InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang