Innc [11]

1.4K 191 271
                                    

Ada tiga hal di dunia ini yang tidak bisa disembunyikan: bersin, bau kentut, dan rasa cemburu.

🍂
____________________________________

...

Di salah satu hotel kawasan puncak dengan fasilitas mewah dan lengkap, orang-orang mulai berdatangan. Para tamu undangan ini akan menghabiskan akhir pekan mereka sebagai peserta workshop dan serangkaian acara lainnya.

Begitu pula dengan Vivi, Chika, Olla, dan Deo. Mereka baru saja melewati pintu utama sambil membawa barang masing-masing.

"Chik, tolong lo cek email. Biasanya udah dikirim rundown acara sama nomor kamar buat kita. Biar abis ini kita langsung check-in," pinta Olla.

"Oke." Chika langsung melakukan perintah Olla. Gadis ini memeriksa seretan pesan yang masuk ke email perusahaan.

"Gimane?" tanya Deo.

"Iya nih, udah dikirim. Aku sama Kak Vivi di kamar 302, Olla di kamar 303, Deo di kamar 206," ujar Chika.

"Lo sama gue sekamar?" tanya Vivi datar.

Chika mengangguk, kemudian memperlihatkan layar ponselnya. "Iya. Nih coba Kak Vivi liat sendiri."

"Terus gue harus solo gitu?" tanya Olla bernada protes.

"Lah bukannye lo Batak?" sahut Deo.

"Seterah elu dah!" balas Olla.

"Ntar lo pasti sekamar sama peserta dari perusahaan lain. Cuma di email ini ngga dikasih tau," kata Vivi pada Olla.

"Ya udeh. Kite langsung check-in aje. Pegel juga nih punggung gue bawa barang-barang lu pada," keluh Deo. Memang benar, Deo lah yang paling banyak membawa beban di punggung dan tangannya, terutama barang-barang milik Olla.

Deo berjalan terlebih dahulu, disusul Olla dan Vivi. Tapi tidak dengan Chika. Karena tepat saat Chika akan melangkah, seseorang memegang lengannya dari belakang.

"Sayang," panggil Gito.

"Eh? Kak?"

Gito tersenyum. "Maaf ya, aku tadi ngga bisa berangkat bareng kamu. Soalnya aku harus berangkat sama anak-anak kantor."

"Iya, nggapapa kok. Lagian aku juga berangkat sama Kak Vivi, sama anak-anak yang lain juga."

"Emang siapa aja yang ikut selain kamu sama Vivi?"

"Olla sama Deo," jawab Chika.

"Hah? Kok empat orang?" Bukannya per perusahaan itu cuma tiga orang?" heran Gito.

"Khusus buat V&F Corp, perwakilannya ada 4 orang," sahut Mario menyebut nama perusahaan milik Vivi. Pria itu datang dari arah samping kanan Chika dengan gaya tegas dan kerennya.

"Mario?" gumam Gito dengan tatapan tidak suka. Tapi ia tak berani berbuat ulah, karena Gito tahu jika Mario adalah putra tunggal Deva dan Veranda yang tidak lain adalah pemilik Tanuwirya.

"Kak Mario baru dateng?" sapa Chika basa-basi.

Mario mengangguk tersenyum. "Dah sana check-in. Udah ditunggu Vivi sama yang lain tuh," ucap Mario sambil menunjuk Vivi dengan dagunya.

"Iya, Kak." Chika tersenyum dan langsung berjalan menuju meja resepsionis, meninggalkan Mario dan Gito yang masih berdiri di posisi yang sama.

Di sisi lain, arah pandang Vivi pun sama dengan arah datangnya Chika. Tapi Vivi tak terfokus pada Chika, melainkan pada Gito yang masih berdiri di depan Mario. Sejak kejadian perkelahian di kantor beberapa hari lalu, kebencian Vivi pada Gito semakin meningkat. Hingga sekarang, Vivi selalu memberikan tatapan tegas jika berhadapan dengan Gito.

InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang