06.

406 62 9
                                    

Fiki terus berjalan menuju UKS dengan Salsa yang berada di gendongannya. Dia melirik pada muka Salsa yang terlihat pucat.

Sampai di ruang UKS Fiki buru-buru masuk dan membaringkan badan dingin Salsa, dia menarik selimut yang ada untuk menutupi tubuh Salsa.

"Dia kenapa?" Tanya dokter yang selalu stay di sekolah

"Pingsan" jawabnya singkat

Ah dokter itu lupa jika bertanya pada Fiki ya akan di jawab singkat padat dan jelas. Tanpa banyak bertanya lagi, dokter itu langsung memeriksa jantung Salsa, denyut nadi yang ada di tangan Salsa juga.

"Kamu pacarnya?" Tanya dokter itu lagi

Fiki yang sedang melihat wajah pucat Salsa langsung menoleh pada dokter. "Bukan.."

Fiki melangkah menjauh dari sana dia duduk pada kursi yang tersedia dekat lemari obat dan alat medis yang lainnya, tidak lengkap namun bisa di andalkan. Fiki mengibaskan tangannya yang terasa seperti es, mengusap rambutnya yang basah karena air hujan, ia meniup niup telapak tangannya.

"Fiki bisa kamu hubungi keluarnya ?"

"Iya"

Fiki keluar dari ruang UKS merogoh kantong celananya mengambil handphone yang terkena air namun beruntung tidak mati.

Ia berdiri dengan bingung sambil melihat handphone nya. Menelpon keluarga Salsa? Mana punya dia nomornya, jangankan keluarganya nomor salsa pun dia tidak punya.

"Ke fen" gumamnya

Ia menempelkan handphone itu pada telinganya yang hanya terdengar suara sambungan telpon yang belum terhubung.

"Napa Fik ? Tumben nelpon lu?!" Suara Fenly to the poin

"Bang Lang ?"

"Ada, kenapa ?"

"Pinjem bentar"

Terdengar suara teriakan Fenly dari telpon itu, sepertinya Gilang sedikit agak jauh dari Fenly sehingga perlu berteriak untuk memanggilnya.

"Halo ?"

"Sekolah sekarang, Salsa di UKS"

"ADIK GUA LU APAIN HAH ?"

Fiki menjauhkan handphone dari telinganya, mengusap sebentar telinganya. Sungguh suara Gilang tidak main main.

"Cepet"

Setelah mengatakan itu, Fiki menutup panggilan bersama Fenly dan juga Gilang. Dia melirik sedikit pada kaca uks, salsa masih pingsan wajahnya masih pucat juga. Fiki ingin masuk ke dalam tapi tubuh dia juga butuh untuk di keringkan.

"Titip sebentar" kata Fiki dari luar, dia hanya menyembulkan kepalanya. Dokter terlonjak kaget dia langsung mengelus dadanya karena kaget.

"Anak itu ya, bikin orang kena serangan jantung aja!" Dumel dokter dari dalam. Ah Fiki tidak mendengarnya dia sudah agak menjauh dari ruang UKS.

••••

Gilang dan Fenly tengah berada caffe mereka sedang mengerjakan tugas sekolah untuk Minggu depan, namun sekarang bukan lagi untuk mengerjakan tugas dua orang ini sibuk membereskan barang yang mereka bawa.

"Cepet fen!"

"Sabar Napa Lang.. mending lu duluan aja sono ke sekolah gua nyusul sambil beresih ini" kata Fenly. Memang wajah Gilang sangat khawatir setelah menerima panggilan dari Fiki.

"Yaudah gua duluan !" Gilang mengambil tas, Hoodie dan kunci motor yang berada di meja.

"LANG–

"BAYARIN DULU FEN BESOK GUA GANTI!" jawab Gilang seolah tahu apa yang ingin Fenly teriaki.

•••

Fiki sudah kembali ke UKS dengan baju olahraga yang dia pakai. Baju olahraga miliknya yang ia simpan pada loker.

"Fiki saya mau ke puskesmas ada yang harus saya urus, dan temen kamu juga sudah tidak apa apa" kata dokter itu, dia membereskan peralatan medis nya.

Fiki tidak menjawab dia memilih untuk memperhatikan wajah Salsa yang masih pingsan, cantik adem itulah yang Fiki pikirkan.

Brak

Pintu UKS terbuka sangat lebar. Pelakunya adalah Gilang dia baru saja sampai dengan wajah cemas baju basah karena hujan rambut lepek namun tetap tampan.

"Sal" ucap Gilang lembut, ia mengusap pelan pipi adiknya.

"Dia kenapa?" Tanya Gilang pada Fiki yang masih duduk

"Pingsan"

Gilang mengusap wajahnya pelan, beda sekali dengan kakaknya.

"Iya gua tau dia pingsan...pingsan kenapa maksud gua !?" Kesal Gilang.

"Ke hujanan" singkat nya

"Ko bisa ? Kelas lu bocor ?" Gilang bingung, kalaupun kelas bocor tidak akan sampai seperti ini kan ?

"Ck ! Mana ada kelas bocor sampe bikin orang pingsan !"

Gilang menatap Fiki, ucapan terpanjang yang pernah dia dengar dari mulut Fiki.

"Terus kenapa?"

"Tanya si Reza" kata Fiki

"Reza?" Ulang Gilang

"12ipa2"

Gilang mengangguk dia tahu sekarang orang yang di maksud Fiki. Dia memang tegas tapi apakah saat hujan wajib memberi hukuman seperti itu pada orang ?

"Titip bentar!" Kata Gilang, dia hendak pergi namun urung saat mendengar leguhan dari mulut salsa.

"Sal, hey buka matanya ini kakak"

Mata salsa terbuka ia mengerjapkan matanya sebentar mencari cahaya di sana.

"Kamu gak papa ?" Tanya GILANG khawatir.

"Engga" jawabnya dengan nada serak. Salsa menoleh pada Fiki yang berdiri di sebelah Gilang. Tadi Fiki langsung ikut berdiri saat Salsa sadar.

"Dia yang bawa kamu" kata Gilang yang paham akan tatapan Salsa pada Fiki.

"Makasih " ujar salsa, Fiki hanya berdehem.

"Kita pulang ya..badan kamu dingin banget kakak takut kamu kenapa napa"

"Iy–

"Yaelah bang baru juga sadar udah langsung di ajak pulang aja..lu mau di pingsan lagi"

Salsa langsung menoleh pada Fiki.

"Lu Fiki kan ?" Tanya salsa.

"Apa ?"

"Lu kagak sakit karena tadi kena hujan kan ?"

Fiki mengerutkan keningnya. "Maksud Lo?"

"Ko tiba-tiba Lo ngomong panjang lebar ?"

Gilang menahan untuk tidak tertawa mendengar ucapan dari Salsa.

"Ck ! Apaan sih!" Kesalnya

Fiki langsung keluar dari UKS dia pulang , malas di ledek oleh ke dua kakak beradik yang berada di dalam sana.




TBC...

Vote ya jangan lupa.

Jangan lupa streaming 'Restu waktu' 👍

Kulkas || Fiki UN1TY [On Going] [MAU DI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang