Hollowness
."次の世界で会いましょう".
––
Ketika dua hati saling mengikat tali, membenamkan berbagai janji tak pasti. Deru takdir membuat mereka bertemu dan melalukan kebodohan besar seumur hidup. Gadis bermasa lalu kelam diatas mimpi tingginya, dan pria kejam tanpa belas kasihan yang ingin mencari tau untuk apa dia tetap menghembuskan nafas dalam harapan.
Namun waktu terlalu naif, pertempuran berdarah harus mengiringi setiap detik antara mereka.
"Menyerah dan enyalah bocah".
Bagai angin lalu, peringatan itu terabaikan. Ia tetap gesit melayangkan pukulan isak tangis dalam keputusasaan. Tak ada kekuatan lagi dalam kepalan tangan lecet, tenaga menguap tiap kaki menapaki bumi.
Sahutan kilat membelah langit, mendung seolah mendukung betapa remuk perasaan dua insani ini. Angkasa kian menghitam siap untuk menangis, mengatasnamakan hujan sebagai alasan samping ketika derasnya air mengguyur tiap petak tanah.
Erangan lepas akibat punggung renta menghantam pohon dengan mulus, menimbulkan retakan dari kayu pinus. Berlali walau tertatih, ia tau kedua kaki lelah sehabis pertarungan tak boleh dipaksakan untuk berdiri lagi. Raut menyedihkan itu mulai menggelap, melewati secara acak tiap rintangan menjulang sebagai akal bulus mengulur waktu.
Arena becek berlumpur dihiasi tapak kaki yang mulai memudar, setiap serangan dilancarkan namun sia-sia. Tak akan mengenai sang raja begitu saja, hancur lebur menjelma menjadi debu seperdetik saat hampir mengenai sasaran. Kendati demikian bayangan gajah menyusul dari belakang, berakhir hancur terbakar api.
"Aku tidak akan menyerah".
Kekehan keluar dari wajah meremehkan, berdiam diri di tengah-tengah areal lapang. Senyum penuh noda walau kedua manik merah tengah memancarkan sesak pedih.
"Caranya? Dengan kondisimu yang sekarang? Jangan bercanda".
Angin kencang berhembus dari barat, mengalir diantara liuk pepohonan, menerbangkan dedaunan gugur entah kemana. Pertarungan masih berlangsung, serangan terus ditujukan untuk si pria walau hanya ditahan tanpa niat membalas. Otak yang biasanya kosong mulai dipenuhi kepingan memori indah di tempat ini, sangat berbeda karena sekarang hutan Pinus itu malah menjadi akhir dari mereka. Jalan setapak penuh tawa menyisakan jejak merah berdarah, bagai metafora kebahagiaan satu persatu kenangan hancur dihantam gelombang.
Sepasang iris vermilion memejam erat, lalu terbuka dan membelah pohon yang tengah melesat kencang ke arahnya. Ia menoleh lurus walau sadar rantai kematian menahan paksa anggota gerak tubuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollowness [ Gojo Satoru ]
FanfictionPada awalnya menurut [ Name ], Gojo Satoru adalah guru tak bertanggung jawab dan sangat menyebalkan. Namun tak ada yang tau apa akhirnya. Takdir tidak selamanya indah tidak seperti [ Name ] yang hanya menghindari kekosongan dalam hidupnya, Gojo Sato...