Hollowness
.
誰かお願いします.
——
Pandangan menukik tajam.
Aura kehampaan memenuhi retina merah. Kepala bertumpu pada kedua kaki menekuk, sibuk memperhatikan lantai kayu tua sebagai alas duduk. Meratapi beberapa celah berlubang akibat lumut dan rayap, cat vernis ikut luntur seiring hari berganti.
Bau anyir menusuk kuat siapapun orang di sekitar sana. Mungkin saja tidak akan ada orang yang menyadari. Dalam rumah tua pinggiran Tokyo terdapat sebuah keluarga terasing. Namun baru saja gugur tanpa sisa, mereka dibantai oleh keturunannya.
Tak ada rasa iba ia pandangi keadaan orang tua dengan kondisi tak utuh lagi. Kepala hanya tinggal tengkorak saja, badan tercabik-cabik bisa dikatakan sudah tak mirip tubuh manusia. Mata ruby bertemu pandang saat menoleh ke kanan, tatapan bengis dari ibu menyalang. Walau sedang meregang nyawa ia bertahan tanpa kedua tangan dan kaki yang kini sudah tak terpasang di tempat.
"SAMPAH TERKUTUK HARUSNYA KAU MATI KENAPA KAU TETAP HIDUP?!".
Teriakan serak menggelegar, hampir merasa pita suara terputus akibat volume suara membesar. Bergantung pada sisa tenaga ia mencoba untuk mencaci lagi anaknya.
"KENAPA KAU HARUS LAHIR DI DUNIA INI?! PEMBAWA SIAL!". Lanjutnya tetap melayangkan hinaan tak berperikemanusiaan di depan bocah berusia 8 tahun. Tubuh bersimbah darah menyeret lantai, meninggalkan sisa bercak merah.
Tangan kecil naik walau dilanda gemetar hebat, bibir tipis tak kunjung terbuka atau menyahut seruan kencang dari depan. Air mata sudah mengering akibat terlalu lama menangisi kekejaman.
Kumohon hentikan......
Batin meronta untuk segera berlari atau kabur dari dunia, namun ia tak akan bisa.
Seseorang, pasti akan ada seseorang
Mata mulai menutup, tangan yang menggantung di udara bergerak seolah menggenggam sesuatu. Bersamaan dengan itu tubuh sekarat terpotong habis dalam ukuran acak. Memperlihatkan organ perut berceceran dimana-mana, membuat mual muntah oleh bau amis kuat.
Telapak menarik jemari, menciptakan kepalan keras sampai kuku memutih pucat.
"Aku monster?".
Guyuran air membangunkan raga yang baru saja bisa menutup mata. Tubuh terlonjak akibat suhu dingin menyentuh tanpa ijin. Membuat gigilan keluar dari badan ringkih, ia meringis dikala ember melayang tepat ke arah badan. Secara reflek kedua tangan digunakan untuk perlindungan, mungkin tetap akan membuahkan rasa sakit tanpa terkecuali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollowness [ Gojo Satoru ]
FanfictionPada awalnya menurut [ Name ], Gojo Satoru adalah guru tak bertanggung jawab dan sangat menyebalkan. Namun tak ada yang tau apa akhirnya. Takdir tidak selamanya indah tidak seperti [ Name ] yang hanya menghindari kekosongan dalam hidupnya, Gojo Sato...