Meratapi

4.9K 720 62
                                    








Renjun duduk bersandar pada bahu lebar kekasihnya yang sedang fokus mengetik di laptop. Benar-benar... Hah~ sudahlah. Seharian penuh ini, dia dan Jaemin berada di apartement milik sang kekasih.

Tidak ada cuddling ataupun lovely dovey keduanya sibuk dengan dunia masing-masing. Lebih tepatnya Jaemin yang sibuk dengan urusannya, sementara Renjun di biarkan begitu saja.

"Belum selesai???".

Renjun menoleh pada Jaemin yang masih fokus mengetik. Ini benar-benar menyebalkan! Tau begini, lebih baik dia ikut Ibunya pergi ke pasar untuk berbelanja dari pada harus menemani Jaemin mengerjakan tugas yang tidak tau kapan akan selesai.

"Belum".

Tuhkan! Kenapa kekasihnya ini begitu menyebalkan? Tapi Renjun sangat mencintainya! Bagaimana ini!?

"Apa masih sangat lama? Aku ingin kita berjalan-jalan Jaemin, dari pagi sampai sekarang jam 2 siang kamu terus berkutat dengan laptop!".

Entahlah... Renjun marah atau tidak, dia tidak tau. Yang jelas saat ini dirinya merasa perasaan aneh muncul di hati, begitu mengganjal dan mengganggu. Namun, dia sendiri tidak tau perasaan apa ini?

Di tambah tidak ada respon sama sekali yang Jaemin tunjukan setelah dia berbicara seperti itu. Seolah perkataan Renjun hanyalah angin lalu yang hanya lewat.

Akhirnya dia memilih bangkit dari posisi duduk bersandar pada bahu Jaemin dan memilih pergi menuju dapur, mengecek apakah ada makanan yang bisa Renjun makan atau tidak. Sebelum pergi ke daputlr juga dia menyempatkan melirik Jaemin.

Tidak ada sama sekali gerakan. Setidaknya Jaemin merasa bersalah pada dirinya atau membujuknya... Atau apalah itu. Berharap saja terus Renjun! Sudah tau kekasihmu itu cuek, kau pergi minggat dari apartementnya saja pasti Jaemin tidak perduli.

Mau bagaimana lagi? Sifat Cuek Jaemin itu benar-benar menyebalkan, Renjun hanya bisa bersabar dan mengerti. Di dapur dia tidak bisa menemukan satupun makanan atau bahan makanan.

Kulkas? Kosong! Yang ada hanya satu botol air dingin disana, lemari makan? Bersih! Tidak ada sama sekali piring berisi makanan atau apapun itu. Renjun menggeleng tanda tidak paham lagi dengan kekasihnya itu.

Dia pun memilih kembali ke ruang tamu, dimana Jaemin masih asik duduk di sofa sambil terus berkutat dengan laptopnya.

"Aku pergi saja. Mau mencari makan".

"Hmm".

Renjun hanya menatap nanar pada Jaemin disana, segera Renjun mengambil tasnya serta ponsel yang ada di atas meja dengan kasar. Lalu pergi melenggang keluar dari apartement Jaemin.

Dia pergi dengan perasaan marah dan kecewa... Tidak bisakah Jaemin tidak harus terus mementingkan tugas, tugas dan tugas!? Atau urusannya sebagai asisten dosen!? Baru saja kemarin Renjun di telantarkan selama sebulan lebih tanpa kabar karena kesibukan sang kekasih, apa itu tidak cukup!?

Sampai-sampai waktu libur mereka yang seharusnya dipakai untuk beristirahat atau berkencan kesana kemari dipakai untuk kesibukan Jaemin. lagi???

Bahkan Renjun dari pagi belum sarapan, makan siang pun terlewat hanya demi menemani dan menunggu kekasihnya selesai dengan urusannya, tetapi Jaemin tak kunjung selesai. Dia tau, mungkin ini sangatlah penting bagi Jaemin. Renjun mengerti...

Tapi— hah... Sudahlah. Renjun lelah jika harus mempeributkan hal ini lagi dan lagi, ini juga salahnya yang kurang mau memahami situasi dan sifat Jaemin, sepertinya dia harus lebih bersabar.


Iya. Renjun harus lebih bersabar.







×××







"Ha~~~!".

Jaemin meregangkan seluruh otot-ototnya yang terasa pegal. Dia menutup laptop yang sedari tadi di pakai untuk mengetik tugas laporan praktikum minggu lalu. Di liriknya jam dinding di ruang tamu apartementnya, sudah jam 17:35. Ternyata waktu berjalan begitu saja tanpa dia sadari.

Pandangannya berkeliling menatap sekitar. Dia tidak perlu menghidupkan lampu saat hari sudah mulai gelap, lampunya akan otomatis menyala sendiri ketika kegelapan mulai menyergap.

Saat matanya menatap jaket hoodie milik sang kekasih, sedetik kemudian Jaemin baru sadar bahwa sedari pagi Renjun berada disini. Lalu kemana dia sekarang?

Dia pun bangkit dan berjalan menuju kamar pribadi miliknya. Disana tidak ada Renjun yang biasanya tidur jika Jaemin meninggalkannya untuk mengerjakan tugas.

Jaemin pun kembali ke ruang tamu untuk mengambil ponselnya. Mengecek apakah ada pesan penting atau pesan dari sang kekasih. Tetapi tidak ada sama sekali pesan masuk.

"Mungkin Renjun sudah pulang".

Setelah mengucapkan hal itu, Jaemin memilih untuk memesan makanan dan bergegas membersihkan diri. Cuek dengan keberadaan Renjun yang entah dimana sekarang.

Sudah di bilang sebelumnya... Bahwa Jaemin itu dingin dan cuek orangnya.




×××




Seseorang duduk di pinggir jembatan sepi, tempat dimana biasanya dia melepas beban pikiran dan rasa sakit. Seseorang itu adalah Renjun yang tengah meratapi langit senja serta matahari tenggelam.

Hatinya begitu tenang dan indah ketika melihat pemandangan di depan mata. Hah... Seolah beban yang selama ini Renjun pikul sendiri hilang begitu saja.

Tuhan selalu adil. Itu yang Renjun tau.

Di setiap kesakitan ada saja obatnya dan obat itu bisa di dapat dari manapun, setidaknya Renjun bersyukur akan hal itu. Setelah lelah berjalan-jalan kesana kemari sendirian, dia memutuskan untuk singgah di tempat ini dan dia tidak menyesal sedikitpun singgah di sini.

Dia tidak mempunyai teman satupun. Baik di kampus atau di rumah, Renjun hanya seorang mahasiswa yang tidak pandai bergaul. Sebenarnya... Bukan dia tidak pandai bergaul, Tetapi orang-orang di kampus menjauhinya.

Ya... Kau tau bukan seperti apa dan karena apa?

"Bahkan sampai sekarang Jaemin tidak mengirim ku satupun pesan".

Ponsel yang digenggamnya saat ini tidak menampakan tanda-tanda akan ada datang pesan atau telpon dari seseorang yang Renjun sebut kekasih. Tidakkah Jaemin khawatir padanya yang tiba-tiba pergi? Dia hanya bisa meratapi ponselnya dengan tatapan nanar. Tatapan yang jika semua orang melihatnya... Ikut Sakit dan terluka.





The Cold JAEMREN [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang