Happy Reading Chingu ♡
●
●
●
●
●
✿✿✿Junkyu berlari menyusul Jihoon dan Hyebi sebelum bel masuk. Dengan cepat ia menggeledah saku almamater Hyebi untuk mencari surat itu, pasti ada hubungannya.
"Mencari apa?" Tanya Jihoon dengan kening sedikit berkerut, ia bingung melihat tingkah aneh Junkyu.
Setelah beberapa saat ia akhirnya menemukan surat itu dan langsung dimasukkan ke saku celananya.
"Siapa yang sakit" Perawat baru saja datang membuat Jihoon mengurungkan niatnya untuk menanyai apa yang Junkyu ambil dari saku Hyebi.
"Dia alergi kacang" Jawab Junkyu yang masih terengah-engah
Dengan sigap perawat memasangkan infus dan oksigen kepada Hyebi.
✿✿✿
Saat perawat pamit untuk keluar, Junkyu dan Jihoon terlihat saling diam dengan pikiran mereka masing-masing.
"Jadi, apa yang kau ambil?" Tanya Jihoon tanpa melepaskan pandangannya dari Hyebi yang tengah berbaring lemah
"Park Jihoon. Tolong jangan tanya apapun sampai Hyebi bangun, aku tidak bisa mengatakannya tanpa persetujuannya"
"Apa yang kalian rahasiakan dariku?" Jihoon terlihat sedikit emosi
"Jihoon, tolong jangan tanya apapun lagi, kumohon"
Setelahnya mereka berdua kembali diam menunggu Hyebi sadar.
✿✿✿
Saat bel pulang berbunyi, Junkyu maupun Jihoon bergegas untuk pulang, bukan kerumah mereka melainkan kerumah Hyebi.
Setelah jam pelajaran dimulai Junkyu dan Jihoon diminta untuk kembali ke kelas, tidak ada alasan untuk membolos karena sudah tingkat akhir. Setelahnya Hyebi diizinkan untuk pulang.
BRAK!! PRANG!!
"Dasar anak sialan!"
"Aku tidak pernah menginginkan kehadiranmu!"
"Aku tidak pernah menginginkan kau lahir!"
"Seharusnya dari awal kupaksa wanita itu untuk menggugurkanmu!!"
"Kau dan ibumu benar-benar membuat hidupku sial"
Jihoon dan Junkyu yang sudah berada dihalaman terdiam sangking terkejutnya.
'Situasi macam apa ini' pikir mereka
"Aku juga tidak minta untuk dilahirkan! Jika tidak menginginkanku seharusnya ayah bunuh saja aku!" Terdengar suara Hyebi menyahuti seseorang yang dipanggilnya ayah itu.
PLAK!
"Aku juga sangat menyesal kenapa tidak melakukannya"
Jihoon dan Junkyu bergegas memasuki rumah itu untuk melihat apa yang terjadi. Terlihat sang ayah itu sedikit terkejut melihat kehadiran orang lain disana kemudian bergegas pergi.
Junkyu segera melihat keadaan Hyebi dan Jihoon berniat mengejar laki-laki itu.
"Jihoon" Hyebi menggeleng, suaranya terdengar lemah. Jelas sekali bahwa tadi ia sedang mencoba memberanikan diri untuk melawan ayahnya itu.
Sudut bibir Hyebi terlihat berdarah, pipinya merah. Terdapat luka di telapak kaki dan juga tangannya akibat pecahan kaca yang berserakan dilantai.
Junkyu mengangkat tubuh Hyebi keatas sofa agar tidak terkena pecahan kaca itu lagi.
Kedua kalinya, Junkyu melihat kejadian yang sama. Terlihat gadis dihadapannya itu termenung, ia sama sekali tidak menangis, tatapannya kosong, wajahnya pucat, kondisinya sangat sangat buruk saat ini, baik mental maupun fisik. Bahkan ruam kemerahan akibat alergi siang tadi belum juga hilang.
Tidak kuat untuk menatap Hyebi lebih lama, Junkyu beralih memeluk tubuh yang amat lemah itu berharap bisa mengalirkan energi, hari ini pasti sangat berat untuk Hyebi.
Jihoon? Ia saat ini sedang berdiri memperhatikan kedua temannya itu, otaknya masih memproses apa yang baru saja terjadi. Jujur ia sama sekali tidak tau apa-apa.
✿✿✿"Katakan jika sakit" Ucap Jihoon saat mengobati luka di kaki dan tangan Hyebi. Yang diajak bicara sedari tadi hanya diam tidak merespon apapun.
Junkyu saat ini sedang menyapu lantai yang penuh dengan kaca, tak lama setelahnya terdengar suara isak tangis.
Bukan, bukan Hyebi. Tapi Junkyu.
Ia tidak lagi dapat membendung air matanya, kejadian hari ini pasti sangat menyakitkan bagi Hyebi. Melihat gadis itu bahkan tidak menangis membuat hatinya semakin sakit.
"Kenapa?" Hyebi terkejut saat merasakan ada air yang menetesi tangannya.
Mati-matian Jihoon menahan tangis, akhirnya air mata itu mengalir juga.
"Ya, wae uro??" Tanyanya lagi sambil menangkup wajah Jihoon.
Jihoon mengusap pipi Hyebi yang terlihat memerah , kemudian dilihatnya sudut bibir yang berdarah itu mulai mengering, tanpa suara kembali cairan bening jatuh mengaliri pipi Jihoon.
Diusapnya air mata itu kemudian ia tersenyum manis.
"Nan gwenchana"
Perkatannya membuat kedua anak laki-laki itu menangis semakin keras.
"Ya! Bagaimana kau bisa tersenyum sekarang!" Junkyu melemparkan sapunya ke lantai kemudian menghambur memeluk Hyebi.
"Menangislah Bi, pasti sangat menyakitkan" Lanjutnya sambil terisak.
Dengan kedua tangan yang masih menangkup wajah Jihoon Hyebi terlihat sedikit terkejut melihat Junkyu juga menangis dan memeluk nya dari belakang kemudian menangis sejadi jadinya.
Tidak jauh berbeda dari Junkyu, Jihoon pun menangis kian kuat. Dibawanya Jihoon kedalam pelukannya.
"Aku benar-benar baik-baik saja" Sambil mengusap kepala Jihoon.
"Gomawo uri chingudeul"
✿✿✿
●
●
●
●
●See ya 👋🏽
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍᴏʀᴇ ᴛʜᴀɴ ғʀɪᴇɴᴅs || 𝙿𝙰𝚁𝙺 𝙹𝙸𝙷𝙾𝙾𝙽 𝙾𝚁 𝙺𝙸𝙼 𝙹𝚄𝙽𝙺𝚈𝚄?
Fanfiction𝙴𝚗𝚝𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚊𝚔𝚞, 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚘𝚍𝚘𝚑 𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗𝚖𝚞, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚊𝚔𝚞 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛𝚒𝚖𝚞 𝙰𝚔...