Motor yang dinaikinya melaju dengan kecepatan standar, keranjang sawi diletakkan di bagian depan. Sesekali menyenandungkan lagu-lagu perjuangan, dan tak jarang pula menggumamkan lagu berbau orang sedang dilanda kasmaran.
Sejak memasuki puber, memang sesekali ia menyukai beberapa gadis, tetapi itu hanya sekadar suka. Menjelang memasuki sekolah menengah atas, ketertarikan terharap lawan jenis justru menurun dan lebih memfokuskan ketidakpercayaan diri. Namun, semua berbeda setelah ia bertemu dengan gadis berjilbab yang amat meneduhkan wajahnya. Senyum yang selalu menawan hati. Katakan saja dirinya telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Astaghfirullah, fokus dagang, Za. Jangan mikirin cewek!" tegur Reza pada dirinya sendiri ketika pikirannya mulai menjalar ke sana-sini.
Di depan sana terlihat sebuah mobil berwarna biru tua yang sedang berhenti di pinggir jalan, Reza memelankan motornya ketika melewati mobil yang berhenti di jalur searah dengannya. Mendapati seorang tentara berseragam Angkatan Laut yang tengah memandangi ban mobilnya, membuat Reza menepikan motornya di depan.
Mesin motor dimatikan, kemudian menoleh ke belakang. "Kenapa, Pak, mobilnya?" tanya Reza.
Tentara itu sempat terdiam menatapnya, sebelum akhirnya berkata, "Ban bocor, Dek."
Reza lekas turun dari motor setelah melepas helm yang tadi terpasang di kepalanya. Melangkah dengan cepat menuju posisi tentara Angkatan Laut yang sedang menatapnya tanpa kedip. "Bawa ban cadangan, Pak?"
"Bawa."
"Boleh saya bantu menggantinya, Pak?" tanya Reza.
"Memangnya kamu bisa?"
Kedua sudut bibir Reza terangkat. "Alhamdulillah, bisa, Pak."
Tentara itu mengangguk. "Baik, saya ambil ban gantinya dulu." Tanpa perlu menunggu waktu lama, tentara tersebut kembali dengan ban dan beberapa alat perkakas. "Ini." Diberikan kepada Reza yang sudah bersiap.
"Izinkan saya membantu, Pak." Dengan cekatan, Reza mulai bekerja mengganti ban yang tadi bocor dengan ban yang baru. Berkat dilatih oleh pamannya, ia bisa melakukan hal seperti ini dengan mudah.
Melihat bagaimana ketangkasan Reza ketika mengganti ban, sontak tentara tadi bertanya, "Kamu tahu cara ganti ban, dari mana? Atau emang kamu kerja di bengkel mobil?"
Reza menoleh sekilas. "Tidak, Pak. Kebetulan saya dilatih sama Paman saya untuk bisa ganti ban mobil, sebagai bentuk kesiagaan saja kalau seandainya bakat ganti ban dibutuhkan."
Tentara itu tersenyum penuh arti. "Pamanmu seorang montir?
"Bukan, Pak."
"Lalu Pamanmu bekerja sebagai apa, sampai tahu cara ganti ban?" Semakin gencar menanyai.
"Paman saya hanya seorang pekerja kantoran saja, Pak. Kadang pula ditugaskan di lapangan. Berkat pengalaman yang didapatkannya, beliau kerap melatih saya untuk siap terhadap segala bahaya yang akan datang." Penjelasan yang menyiratkan bahwa pamannya seorang tentara.
"Hebat sekali Pamanmu. Kalau boleh tahu, kamu mau ke mana atau dari mana?"
"Saya dari rumah mau ke pasar, Pak."
Dahi tentara tersebut mengernyit heran. "Ke pasar?"
"Iya, Pak. Saya mau jualan sayur sawi."
Kembali tertegun, bahkan sempat termenung beberapa detik. "Wah, hebat. Laki-laki tapi pantang malu untuk jualan. Kamu yang tanam sawinya sendiri, atau stok dari pedagang lain?"
"Tante saya yang tanam, Pak. Karena terlalu banyak, tidak mungkin kami semua makan sayur sawi sampai habis. Jadilah dijual supaya uang hasil jualan bisa ditabung," jawab Reza.
![](https://img.wattpad.com/cover/261528869-288-k798522.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengabdi (Bukan) Mimpinya [TAMAT]
Novela JuvenilHidup dengan menutupi identitasnya sebagai keponakan dari Sang Komandan tentu membuat dirinya acap kali menghadapi konflik umum yang bisa menguji kesabarannya. Yatim semenjak bayi, dan piatu semenjak umur 14 tahun tak pernah membuat semangatnya menu...