Maniak

5.7K 117 17
                                    

"Toneri." Jawab Hinata. Ia memalingkan wajah. Enggan menatap Neji. Merasa berdosa atas perbuatannya. Iaa merasa ridak bisa lebih kotor dari hal ini.

"Apa yang dia lakukan?"

Hinata bisa merasakan jantungnya berdetak kencang karena suara Neji yang begitu dingin dan kaku. Seolah menusuk relung jiwanya. "Dia menciumku, memainkan payudaraku, dan menggodaku selama di depan kelas dengan vibrator."

"Apa kau yang tidak mengenakan dalaman adalah perbuatannya?"

Hinata mengangguk. "Itu hukuman darinya." Hinata takut-takut menatap Toneri. "M-maaf..."

"Mengapa dia melakukannya?"

Hinata menggigit bibir. "Toneri mengancamku akan mengirimkan video itu kepadamu. Saat itu a-aku tidak tahu perasaan Ka-umf!"

Ucapan Hinata terputus ketika bibir Neji kini mengeksploitasinya. Neji melumat bibir Hinata kasar, seolah tidak ada hari esok. Saat ini perasaan mereka telah menyatu. Tidak ada lagi tembok yang memisahkan keduanya. Hinata memberanikan diri merangkul pundak Neji lebih erat. Bernafsu untuk merasakan kulit telanjang Neji yang kini menempel erat dengan kulit telanjangnya.

Neji memainkan lidahnya. Kali ini lidah mereka saling bertaut satu sama lain. Hinata berusaha mendominasi permainan membuat kejantanan Neji semakin menegang. Mengetahui fakta bahwa Hinata juga menginginkan ini membuat Neji tidak bisa lagi menahan ledakan birahinya.

"Nghhh..." lenguh Hinata di sela-sela ciuman panas mereka ketika merasakan batang panas dan berurat milik Neji menggesek vaginanya, menyentuh klitorisnya dengan kasar. Hinata memekik merasakan sentuhan kasar itu membuat perutnya melilit tak karuan. Tanpa sadar ia menaik-turunkan tubuhnya. Seolah menggoda Neji untuk segera memasukkan penis ke dalam liang surgawi wanita itu namun di sisi lain merayu Neji dengan kedua bongkahan besar payudaranya. Memastikan kedua puting mereka saling bertemu dan menggesek satu sama lain. Menghantarkan kenikmatan tiada tara hingga tubuhnya melengkung penuh gairah.

"Kakak..." desah Hinata ketika tautan bibir mereka terlepas. "Tolong..."

Tubuh Neji bergetar mendengarnya. Sensasi gairah yang tak terbendung seolah membakar dirinya ketika mendengar pinta Hinata dengan desahan tertahan. Neji baringkan kembali Hinata dan kini menindih wanita itu. Mati-matian menahan diri untuk tidak langsung memasukkan batangnya yang begitu keras sekarang dalam sekali sentakan ke dalam liang hangat dan ketat milik wanita itu.

Kedua iris perak Neji menatap Hinata. Mencari persetujuan di dalamnya. "Katakan." Napas Neji memberat seiring dengan gairah yang mulai memuncak. "Katakan yang kau inginkan, Hinata."

Hinata tersenyum, wajahnya memerah padam, pandangannya samar akibat diselimuti kabut penuh nafsu. Hinata membawa wajah Neji mendekat dengan rangkulan di pundak pria itu. "Kak... nodai aku... jadikan aku milikmu."

Jleb

Tanpa dikatakan dua kali, Neji kembali melakukan penetrasi ke dalam liang Hinata. Liang itu dengan cepat mencengkeram kuat penisnya dan seolah mencegahnya untuk pergi dari sana. "Hinata..." erang Neji penuh nikmat. Kali ini ia akan melakukannya perlahan. Tak ingin melukai Hinata untuk kedua kalinya.

"Ahhh..." desah Hinata. Vaginanya terasa begitu penuh. Rasa nyeri bercampur nikmat kini ia rasakan. Mengetahui fakta bahwa perasaan mereka telah menyatu seolah mengurangi rasa nyeri pada kewanitaannya yang dibuka paksa.

Neji membenamkan diri di perpotongan leher Hinata yang kini bersimbah peluh. Menjilat urat leher wanita itu dan menggigitnya perlahan. "Hinata..." perlahan ia kembali memasukkan penisnya. Lebih jauh. Lebih dalam.

"Ahnnnn... Kakkkhh..." penetrasi yang dilakukan Neji seolah mengaduk kewanitaannya. Memberikan rasa sakit dan nikmat tak terkira. "Kakkh... akuhh-AHHHNNN." Pekik Hinata kencang ketika penis besar dan panjang milik Neji telah terbenam sepenuhnya dalam liang Hinata.

AmoralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang