Misi

14 3 0
                                    

"Oke, tunggu ya!" Aku berdiri, menghampiri lelaki itu.

*****

"Em, permisi Kak," ucapku yang berdiri di belakangnya. Ia menoleh, menatapku dari ujung kaki hingga kepala kemudian mengernyitkan dahinya, mungkin saja dia heran dengan keberadaanku.

"Iya, ada apa ya?" tanyanya sopan. Oke, lumayan juga nih cowo -batinku.

"Minta tolong apa?" tanyanya sembari menghisap sebatang rokok yang sedari tadi tertaut di sela-sela jarinya.

"Saya ada tugas, yang penilaiannya dari like terbanyak. Boleh minta tolong, bantu like postingan saya di IG, nggak? Oh, iya btw IG saya akun privat jadi harus difollow dulu, sebagai gantinya nanti saya follow pake ke-3 akun saya, gimana? Mau, nggak?" tawarku dengan wajah memohon.

Untungnya aku memilliki akun khusus untuk kelas kepenulisan, jadi tidak terlalu mencurigakan.

Ia tampak berpikir, "Oke, mana akunnya?" Gotchaa!!! Tepat sasaran. Senyumku merekah, kemudian menyodorkan ponselku. Dia berkutat dengan ponselnya, mulai membuka aplikasi berwarna merah bercampur ungu dan kuning. Setelahnya, aku kembalii ke tempat dudukku menghampiri Agatha.

"Gimana?" tanyanya, khawatir aku gagal menjalankan misi.

"Berhasil, dong!" ucapku dengan bangga. Aku merogoh ponsel yang ada di sakuku, beberapa detik kemudian ada notifikasi masuk dari instagram, tentunya dari lelaki tadi. Aku menepati janjiku, untuk memfollownya dengan ketiga akunku tentu saja yang satunya adalah akun milik Agatha sedangkan dua lainnya adalah akunku, akun fake dan second accountku.

*****

Aku merebahkan tubuh di kasur setelah melakukan tadarus malam, ah hari ini cukup melelahkan walaupun kegiatanku sama seperti biasa.

20.10 WIB tok tok tok ....

"Dek, ayok makan abis itu belajar!" seru Mama dari depan pintu kamarku.

"Iya, Ma sebentar Fay lagi ngistirahatin badan."

"Eits, rebahan mulu! Ayok, udah ditunggu Papa, kasihan capek abis pulang kerja biar bisa istirahat."

"Ish, Papa aja terus," rajukku.

Mama membuka pintu lalu masuk menghampiriku, "Uluh-uluh sayang, cemburu sama Papa nih, ceritanya?" tanya Mama sembari mencolek hidungku, "udah sayang ngambeknya, yuk, makan abis itu belajar," lanjut Mama sambil menarik lembut tanganku.

Sesampainya di ruang makan, aku disambut oleh ejekan Papa, "Kucel banget tuh muka," ledeknya sambil menaruh hp yang baru saja ia mainkan.

"Ini loh, Pa. Ada yang cemburu, katanya apa-apa Papa terus," jelas Mama, sembari memberikan nasi di piring Papa.

"Ya jelaslah, Papa kan suaminya," ucapnya bangga sambil menaik turunkan alisnya dua kali seolah meminta dukungan dari Mama.

"Iyain ajadeh, biar cepet," tukasku. Ntahlah, aku sedang tidak mood untuk bercanda, ada sesuatu yang mengganjal di benakku. Aku segera menyelesaikan makan malamku, kemudian izin kembali ke kamar untuk belajar.

Fokus belajarku teralihkan oleh kenop pintu yang berdecit, "Sebentar!" pintaku, kemudian aku berlari kecil ke arah pintu dan membuka kuncinya. Terlihat sosok wanita cantik, berumur 38 tahun dengan gaya rambut bob potongan layer cocok sekali untuk wajah Mama yang bulat, bahkan memberikan kesan lebih muda dari umur sebenarnya.

Cinta dari Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang