Kota Kembang

10 2 4
                                    

uri eomman maeil naege malhaesseo
[Ibuku berkata padaku setiap hari]

eonjena namja joshimharago
[untuk selalu waspada terhadap lelaki]

sarangeun machi buljangnan gataseo
[Karna cinta itu seperti bermain api]

dachinikka Eh
[Aku akan terluka]

Suaraku bergema memenuhi apartemen, saat menyanyikan lagu blackpink yang berjudul playing with fire namun itu tak berlangsung lama hingga akhirnya kegiatanku terhentikan oleh getaran dari benda pipih berbentuk persegi panjang itu.

~~
"Halo?!"

"Iya, Al? Gimana?"

"Cepetan ke sini, gua udah suruh orang buat jemput lu!"

"Ha? Ke sini, ke mana?"

"Gua udah di cafe deket apartemen, buruan waktu gua nggak banyak!" titahnya, kemudian memutus sambungan telepon.
~~

Aku menyapu pandang hingga ke sudut cafe, tak kutemukan batang hidung dari laki-laki itu sampai lambaian tangan menarik perhatianku, dan dapat kupastikan bahwa itu adalah Aldevaro. Akupun bergegas menghampirinya ...,

Prankk ..., aaaa ....

Karena terlalu fokus pada satu objek aku tak sengaja menabrak waiter yang sedang membawa jus jeruk.

"M-maaf, Kak. Maaf, saya nggak sengaja," ucapku panik, lalu berjongkok dan ikut memunguti pecahan gelas yang bercecer di lantai.

"Ada apa ini?!" Suara bariton itu cukup membuatku dan waiter di hadapanku terjingkat.

"Maaf, Pak. T-tadi kakak ini anu ...," jelasnya terbata sambil menundukkan kepalanya. Mungkin dia ingin menjelaskan jika aku yang menabraknya hanya saja dia tidak enak denganku. Lagi pula, siapa pria ini? Pemilik? Manager? Atau apa? Ah sudahlah, itu tidak penting.

"Maaf, ini kesalahan saya karena ceroboh tadi," jelasku menyela penjelasan waiter di depanku karena aku tau pasti dia segan untuk menjelaskannya, "kalau gitu saya permisi dulu." Aku pergi tanpa menunggu jawaban dari pria itu.

Aku berjalan menghampiri Al, dengan sedikit noda di baju dan pashminaku.

"Ada masalah apa, tadi?" tanyanya.

Aku menatapnya sinis, "Al nggak liat, apa pura-pura nggak ngeliat sih?"

Dia terkekeh sejenak memasukkan tangannya ke dalam saku celana, mengambil sekotak rokok, pematik, kemudian berdiri meraih ponsel yang terletak di atas meja lalu keluar. Di luar ia terlihat sedang berbincang dengan seseorang melalui ponselnya sembari menyesap sebatang rokok yang ada di sela-sela jari telunjuk dan jari tengahnya. Beberapa saat kemudian dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan memadamkan asap yang keluar dari ujung rokok lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Jadi, gimana? Mau bahas apa?" tanyaku saat Al sudah menjatuhkan bokongnya di kursi depanku.

"Sabar, lu minum aja dulu. Sebentar lagi Bagas bakalan ke sini bawain lu baju."

"Eh? Nggak usah, nggak usah repot-repot. Toh juga ini kesalahan Fay sendiri kok," tolakku tak enak.

"Udah santai aja kali, lagi pula kan gua yang udah maksa lu buat ke sini. Dan gua punya tanggung jawab buat mastiin selama lu sama gua, lu baik-baik aja."

Cinta dari Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang