Story 13 || Hello

21 4 6
                                    

Selamat membaca :)

***

Terinspirasi dari
Say Hello To Me - Okdal

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Semua pandangan tertuju pada Abrisam. Semenjak laki-laki yang selalu menatap sendu itu memasuki ruang kelas, gerombolan badboy yang diketuai oleh Raja selalu merecokinya. Mulai dari mendorong, menendang, memukul, mencaci, menyuruh, dan hal lain yang seharusnya tidak dilakukan pada teman setiap hari Abrisam terima.

Abrisam hanya mampu menunduk setiap saat. Ia hanya bisa merasa sedikit nyaman berada di sekolah saat gerombolan Raja sedang tidak ada di kelas.

Abrisam tidak punya teman. Mereka semua takut jika dekat-dekat dengan Abrisam karena akan membuat mereka harus berurusan dengan Raja, mereka tidak mau ikut dibully.

Abrisam sempat mengadu, namun para guru dan orangtuanya sendiri seolah tidak ingin ikut campur. Abrisam akhirnya memilih diam, menerima segala perlakuan buruk Raja dengan lapang dada. Ia selalu berpikir pofitif, bahwa suatu saat nanti, mereka akan mendapatkan balasannya, dan Abrisam bisa kembali hidup normal.

Hampir 2 tahun Abrisam bersekolah, selama itu pula Raja berlaku seenaknya. Tidak ada yang tidak kenal Raja karena dia anak salah satu tokoh kepercayaan rakyat. Begitupula dengan Abrisam, tidak ada yang tidak mengenalnya, siapa yang tidak tahu korban bully satu-satunya Raja? Semua berawal karena ketidaksengajaan Abrisam yang menumpahkan es teh ke sepatu Raja di hari pertama masuk sekolah.

"Gue belum ngerjain PR nih, kerjain ya!" Titah Raja sambil melemparkan buku PRnya tepat di dada Abrisam. Sebelumnya, ia dan ketiga temannya telah lebih dulu mencaci dan memukul Abrisam dengan maksud 'bercanda' dalam sudut pandang mereka. Tapi 'siksa' dalam sudut pandang Abrisam.

Tanpa mau berurusan lebih panjang dengan Raja, Abrisam mengangguk, mengambil buku PR yang terjatuh dengan pelan. Setelah Raja dan yang lainnya pergi, Abrisam berjalan pelan menuju bangkunya, yang di beberapa bagiannya terdapat permen karet bekas ulah gerombolan Raja. Dengan tisu yang selalu Abrisam bawa, permen karet itu ia singkirkan, lalu meja itu ia isi dengan buku paket juga alat tulis.

***

Abrisam masuk ke dalam rumahnya dengan mengucap salam. Tidak ada orang di rumahnya, Ayahnya yang memilih untuk menikah lagi dan pergi keluar kota sama sekali tidak ada niat untuk hanya sekedar mengetahui kabar Abrisam. Sedangkan sang Bunda sangat sibuk bekerja selepas bercerai, beliau selalu pulang tengah malam, dan pergi pagi-pagi.

Abrisam pikir, rumah akan menjadi tempatnya berkeluh kesah. Mengutarakan segala penat pada dirinya dan mendapatkan kasih sayang juga pembelaan dari keluarganya. Namun yang Abrisam dapat justru sebaliknya. Tidak ada tawa, tidak ada sapa, apalagi sebuah belaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Today's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang