Hallo Dharya...
Apa kabar?
Udah lama nggak lihat kamu.
Aku tebak kamu pasti tambah cantik sekarang.
Dan aku jadi ingin melihatmu.
Senja masih ada di hatimu kan?
Maaf kalau aku pernah membuatmu menangis.
Aku tidak tahu kalau semua ini ternyata membuatmu mengeluarkan air mata.
Asal kamu tahu, aku sedih, Dharya. Sedih karena melihatmu menangis.
Oh iya, orang tuamu bagaimana? Mereka baik-baik saja kan?
Kamu jangan khawatir! Namamu sudah tersimpan dalam di hatiku.
~Senja~
***
Nasdharya tidak menangis.
pertahanan hatinya sudah mampu menahan sakitnya perpisahan.
Ekspresi wajah Dharya datar. Seakan-akan, ia tidak merasakan apa-apa saat membaca surat dari seseorang yang pernah ada di hatinya.
"Dharya!" Tika, mama Dharya memanggil. "Kamu masih marah sama Senja?" tanya Tika.
Dharya terdiam.
"Apa sebenarnya alasan kamu tidak mempercayainya?" tanya Tika lagi.
"Dia bohong ke Dharya, Ma." Dharya akhirnya bersuara. Meskipun hanya kalimat yang singkat.
"Bohong gimana?"
"Dia nggak pergi ninggalin aku sendirian kan?"
"Maksud kamu?" Tika mengernyitkan kening, bingung akan ucapan anaknya.
"Senja kemana sih, Ma sebenarnya?" Tanya Dharya dengan suara serak, dia hampir menangis.
"Senja sedang bersama Tuhan." jawab Tika sekenanya.
"Nggak mungkin." Dharya tak percaya. "Kalau dia ada bersama Tuhan, kenapa dia masih bisa mengirimkan surat untukku?"
Tika membisu.
"Mama kenapa diam?" Dharya tersenyum miring. Air matannya mulai mengalir di pipi.
"Kamu sudah membaca suratnya?" tanya Tika memastikan.
"Iya."
"Kamu tahu kenapa Senja mengirimkan surat itu?"
Dharya menggeleng.
"Dia cinta kamu, Rya. Dia sayang kamu." jelas Tika sembari menatap sendu Dharya.
"Nggak mungkin dia sayang atau bahkan cinta sama aku, Ma. Buktinya, dia tega ninggalin aku." Dharya masih tidak mau percaya dengan ucapan mamanya.
"Senja menulis ini, beberapa hari sebelum dia meninggal. Dan dia menitipkan surat itu pada mama."
"Kapan? Kapan Senja sakit, Ma? Dia nggak sakit." Dharya menangis. Isak tangisnya begitu menyakitkan.
"Kamu tahu Senja sakit apa?"
Lagi-lagi Dharya menggeleng.
"Dia sakit gagal ginjal, Nak. Tapi dia tidak pernah menceritakan itu padamu. Senja hanya ingin tidak membuatmu sedih." terang Tika.
Air mata Dharya tidak bisa dibendung lagi. Ia menangis.
"Tapi, apa yang dilakukan Senja malah membuat aku sedih, Ma." ucap Dharya disela isakannya.
"Kamu nggak perlu sedih lagi sekarang!"
"Kenapa?"
"Karena Senja akan tetap dan selalu bersamamu. Di setiap langkahmu. Senja pernah berjanji bukan akan hal itu?"
Masih dengan isakannya, Dharya mengangguk.
Dan di tempat yang jauh berbeda dari Dharya, Senja terlihat tersenyum dengan tulus, beberapa saat setelahnya, tubuh Senja menghilang di balik awan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Today's Story
Short StoryBerisi kumpulan cerita pendek. Jangan lupa tinggalkan vote dan comment!! - Yunasyff