Hai, namaku Tsabita. Sekarang, kelas 11 di SMA Putra Nusantara. Sama seperti kebanyakan anak perempuan pada umumnya, aku suka jalan-jalan sama teman, nongkrong di kafe atau perpustakaan sambil ngerjain tugas. Kadang aku juga sering jalan sama pacar. Ups.. Tapi sekarang sudah jadi mantan sih.
Salah nggak sih kalau aku masih menyimpan sedikit perasaan padanya?
Dia itu Manendra. Semua orang mengenalnya sebagai cowok yang lucu, ramah, dan pengertian. Nendra itu definisi boyfriendable. Jadi nggak salah kan kalau aku belum bisa melupakan dia sepenuhnya?
"Tsabita! Lo lagi ngapain sih?"
Aku tersentak saat tiba-tiba suara muncul. Seseorang yang akhir-akhir ini dekat denganku. Namanya Cavan, kalau dilihat-lihat dia hampir mirip dengan Manendra, hanya saja Cavan anaknya lebih ceplas-ceplos.
"Lo yang lagi ngapain? Ngagetin tau nggak."
Cavan mengubah posisinya menjadi menghadapku. Kami berdua sedang duduk di depan kelas samping lapangan basket yang kebetulan saat ini sedang tidak banyak orang, kebanyakan berada di kantin.
"Makanya, jangan ngelamun!" Kata Cavan yang kemudian mengusak rambutku.
"Hai kalian!"
Kami menoleh, mendapati sosok Manendra berdiri di sampingku sambil membawa dua cup jus. Sontak saja aku berdiri. Terkejut dengan kehadirannya yang sama sekali tidak pernah aku duga.
Aku selalu mengira jika setelah hubungan kita berdua berakhir, Nendra tidak akan menyapa ku lagi. Tapi ternyata dugaanku salah. Sekarang dia malah tersenyum manis, sehingga bibirku ikut terangkat, menunjukkan senyumanku untuknya.
"Mau apa?" Cavan bertanya. Dia berdiri tepat di depanku, sehingga menghalangiku untuk terus melihat wajah manis milik Nendra.
"Mau kasih ini ke Tsabita." kata Nendra.
Tiba-tiba dia sudah berdiri tepat di sampingku, yang kemudian langsung mengubah posisiku untuk menghadapnya.
"Nih!" Nendra menyodorkan salah satu minumannya kepadaku. Tentu saja aku langsung menerimanya, kebetulan aku juga sedang haus. "Pulang sekolah, ikut aku ke rumah!" lanjutnya.
"Hah?"
"Mama mau ketemu kamu."
"Tapi kan."
"Nggak ada tapi-tapian. Nanti aku tunggu di depan kelas kamu. Jangan berusaha buat kabur!" katanya kemudian berlalu dari hadapanku. Meninggalkan sejuta rasa aneh yang tiba-tiba saja menyerang tubuhku.
Masih menganggap aku salah jika masih menyimpan perasaan untuknya? Itu semua bukan sepenuhnya salahku kan? Kalau saja Manendra tidak bersikap sedemikian rupa, mungkin saja saat ini aku sudah bahagia bersama Cavan yang sama-sama manis. Tapi sayangnya Manendra tidak pernah berubah.
***
"Tsabita!"
Saat aku baru saja menginjak lantai depan kelas, suara Nendra lagi-lagi membuatku terkejut. Senyuman itu kembali mengingatkanku pada saat aku menerima cintanya. Tentang bagaimana tulusnya ia menyatakan perasaannya padaku.
"Pergi sekarang aja, ya?" tanyanya.
"Tsabita!"
Panggilan itu membuatku dan Nendra mengalihkan pandangan. Kudapati Cavan sedang berlari ke arahku. "Lo jadi pergi?" tanyanya saat telah berada di sampingku.
"Kenapa emangnya?" tanyaku.
"Ada yang mau gue omongin."
"Mau ngomong apa?" bukan aku yang bertanya, tapi Nendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Today's Story
Short StoryBerisi kumpulan cerita pendek. Jangan lupa tinggalkan vote dan comment!! - Yunasyff