#J (END)

490 12 0
                                    

Aneh, pada hari itu Satoshi merasa sangat aneh perasaannya. Seperti ada yang mengganjal dan perasaan sangat tak enak menghampiri relung hatinya. Karena perasaan yang mengganjal inilah akhirnya dia memutuskan untuk memutar balik mobilnya dan kembali menuju apartmentnya.

sesampainya di apartmen, Satoshi melihat aliran darah dari arah kamar mandi. Seketika Satoshi panik dan langsung membuka pintu kamar mandi dengan kencang. Satoshi membeku, dia melihat Tomoya tergeletak si lantai dengan pisau berada di tangan kirinya dan dua buah dada palsu yang berada di lantai.

Satoshi sangat shock, dia menghampiri Tomoya perlahan dan memeluknya perlahan dengan erat sambil menangis meraung-raung.

Tomoya yang masih memiliki sedikit kesadaran pun langung tersenyum melihat Satoshi memeluknya dengan erat. Dia berfikir sudah lama sekali Satoshi tak memeluknya. Tomoya senang amat sangat senang. Dia tersenyum dan berlinang air mata. Satoshi menyadari bahwa Tomoya masih sadar.

"To Tomoya?? Kau belum meninggal kan aku kan? Aku senang kau masih bertahan, maafkan aku. Aku janji tak akan mengulanginya kembali. Kumohon, jangan tinggalkan aku. Aku tak tau, harus apa tanpamu. Ayo kita ke rumah sakit sekarang" Satoshi

Satoshi berbicara sambil menangis melihat Tomoya tersenyum padanya.
Tomoya pun berbicara dengan suara yang sangat lemah.

"Satoshi-kun, maafkan aku karena tak bisa menjadi yang kau mau. Inisiatifku hanya membawa kita pada hubungan terburuk. Aku amat sangat mencintaimu, tapi maaf aku harus pergi. Sampaikan maafku pada Ayah dan Ibu, katakan pada mereka bahwa aku sangat menyayangi mereka dan aku minta maaf karena aku bukan anak yang baik dan harus meninggalkan mereka.

Maaf juga aku belum bisa membahagiakan mereka. Terima kasih kalian sudah sangat baik dan menyayangiku dengan sepenuh hati. A (Tomoya terbatuk dan memuntahkan darah) aku sangat mencintaimu Satoshi-kun, sampai jumpa di kehidupan selanjutnya" Tomoya

Selesai bicara, tak sempat Satoshi berbicara namun Tomoya sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

Sedetik kemudian, Satoshi merasa seluruh dunianya hancur. Tak ada yang tersisa untuknya. Separuh jiwanya......akhirnya pergi meninggalkannya. Dia pun menangis sejadi-jadinya.

(Di tempat lain beberapa jam sebelum kejadian yang sangat memilukan itu)

Ibu mereka merasakan perasaan yang amat sangat menyesakan dada hingga tiba-tiba menangis. Ayah pun bingung kenapa Ibu menangis. Setelah itu Ibu menceritakan semua rahasia yang telah disimpannya bersama Tomoya, tentu saja ayah murka.

Ditambah lagi karena Tomoya tak ada kabar selama beberapa bulan. Setelah mempertimpangkan berbagai hal, Ayah dan Ibu memutuskan untuk mengunjungi Tomoya dan Satoshi. Hari itu juga Ayah memesan tiket pesawat menuju Hokaido.

.     .     .     .     .

Ayah dan Ibu sampai di depan kamar apartmen Tomoya dan Satoshi, pintu menganga sedikit dan terdengar suara isakan memilukan dari Satoshi. Ketika membuka pintu, Satoshi menengok pada Ibu dan Ayahnya, kemudian Satoshi pun jatuh pingsan.

Ayah dan Ibu sangat shock melihat Tomoya bersimbah darah dan Satoshi yang pingsan. Ibu mengangis sambil berlari menghampiri anak-anaknya dan Ayah sibuk menelepon ambulan dan polisi untuk menyelidiki kasus ini.

.     .     .     .     .

Seminggu pun berlalu, Tomoya sudah dimakamkan disebelah makam neneknya. Hasil penyelidikan polisi menyatakan bahwa Satoshi tidak bersalah karena tak ada sidik jari di pisau tersebut, melainkan sidik jari Tomoya sendiri.

Tapi....

Begitu hebatnya shock yang dialami oleh Satoshi, sehingga menyebabkan dia koma tanpa sebab. Belum ada tanda-tanda dia akan bangun dari tidur panjangnya. Setiap hari ibu dan ayah selalu bergantian menjaganya. Sampai pada hari ke sembilan dia koma, akhirnya dia bangun.

Kimi Wa - Divné Other Side Part II (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang